Rezatama 39 🦋 Belajar Bahagia

547 37 4
                                    

Suasana ruang percetakan ramai seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana ruang percetakan ramai seperti biasanya. Suara mesin yang mencetak ribuan buku memenuhi ruang tersebut. Hilir mudik para pekerja menambah kesan sibuk disana. Waktu istirahat semakin dekat. Beberapa pekerja mulai berbincang di sela bisingnya mesin, menentukan tempat mana yang akan mereka kunjungi untuk mengisi perut.

"Reza, bisa bicara sebentar?" Pria berpakaian kaos putih itu menghentikan kegiatannya sebelum istirahat saat melihat Ahnaf berdiri dengan wajah muram dan tubuh tak bertenaga.

"Tidak akan lama."

Akhirnya Reza menerima ajakan Ahnaf setelah berpikir sejenak. Ia masih kesal dengan Ahnaf yang meninggalkan Naisha di hari pernikahan itu. Namun di lain sisi merasa berterimakasih karena kejadian itu, kini ia disatukan dengan Naisha. Wanita yang ia cintai.

Keduanya duduk bersebelahan ditemani riuh para pengunjung taman. Ahnaf memainkan jemarinya abstrak sementara Reza duduk tenang dengan pandangan lurus ke depan.

"Bagaimana keadaan Naisha?"

"Dia baik."

"Syukurlah." Suasana kembali canggung. Reza tak bicara apapun, menunggu pria di sebelahnya kembali berujar.

"Tolong jaga Naisha dengan baik." Kepala Ahnaf tertunduk dalam, mengatakan kalimat pendek itu bukanlah hal yang mudah baginya. Dulu ia berharap dialah orang yang bisa mendampingi Naisha, selalu ada bersamanya. Namun takdir berkata lain.

"Tanpa lo minta, gue bakalan jaga dia dengan baik," ucap Reza sedikit ketus.

"Terimakasih karena sudah datang ke pernikahan itu dan menjadi pengantin pengganti." Nafas Ahnaf tertahan di kerongkongan. Sementara Reza masih setia menunggu kalimat yang akan Ahnaf ucapkan.

"Gue benar-benar menyesal ga datang ke pernikahan itu. Gue terus menyalahkan diri sendiri karena kejadian itu. Lebih parahnya, mungkin gue gak bisa memaafkan diri sendiri kalau lo juga gak datang. Jadi terimakasih sudah hadir dan menggantikan gue disana."

"Gue yang seharusnya berterimakasih."

Reza menarik napasnya dalam. Nada ketusnya mulai terdengar bersahabat, "karena lo, sekarang gue bisa mendapatkan kebahagiaan gue dan menyadari perasaan yang selama ini selalu gue tepis."

"Lo bener cinta sama Naisha?" Reza mengangguk dengan senyum lembutnya.

"Gue rasa cinta gue habis di Naisha." Tetes demi tetes kristal bening terjun dari pelupuk mata Ahnaf. Nyeri yang menyayat hati membuat napasnya sesak.

"Terimakasih karena sudah mencintai Naisha dengan segenap hati."

"Lo gak perlu berterimakasih. Mulai sekarang, lo juga gak perlu khawatir lagi tentang Naisha. Lupain dia, jalani hidup dengan baik tanpa rasa bersalah dan bahagialah dengan kehidupan lo yang sekarang."

Tangis Ahnaf semakin menjadi, perlahan Reza mengangkat tangannya. Merangkul pundak Ahnaf dan sesekali mengusap punggung pria itu.

***

RezatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang