02# Tentang Kita

296 37 3
                                    

Harum masakkan menyeruak masuk ke penciuman siapapun yang memasuki dapur. Sosok puan dengan rambut yang jatuh di atas bahu itu mengangkat sepiring tumis kacang panjang yang masih mengepul, baru saja dia angkat dari penggorengan.

Jari-jari lentik itu meletakkannya sempurna di atas meja makan, menatap deretan makanan lainnya yang ada di sana dengan senyum simpul berharap bahwa Juan dan Mahesa menerima masakan sederhananya dengan senang hati. Hanya tumis kacang panjang yang dia campur beberapa udang, tempe goreng berserta sambal, tiga telur ceplok, dan tak lupa sekaleng kerupuk yang wajib ada di setiap jam makan mereka.

"Wahhhh." Cantya menatap sosok Juan yang baru saja keluar dari pintu kamarnya. Mata anak laki-laki itu berbinar saat melihat menu makanan yang seadanya itu.

"Sini sarapan." Ungkap Cantya yang mulai menata makanan yang ada di atas meja itu untuk adiknya. Juan menarik salah satu kursi yang ada di sana dan mendudukkan dirinya.

"Bang Hesa mana, Kak?" Cantya terdiam saat mendengar pertanyaan dari Juan, beberapa saat setelahnya Cantya mulai bersikap biasa-biasa saja.

"Masih siap-siap."

Juan mengangguk singkat menanggapinya. Membiarkan wanita itu kini mulai menata lauk di atas piring miliknya. Namun tak lama arah pandang wanita itu teralihkan saat mencium parfum seseorang yang tak asing untuknya. Dengan cepat kepalanya terangkat dan menemukan sosok Mahesa yang sudah rapi.

"Mas? Sini sarapan dulu." Mahesa tak mengatakan apapun dan memilih menarik salah satu kursi yang ada di sana, mendudukkan dirinya tanpa seucap kata.

"Mas lembur hari ini?" Wanita itu menaruh sepiring nasi dan lauk di depan Mahesa, menatap suaminya yang kini juga sama-sama menatapnya.

"Hmm."

Tak berselang lama pria itu memutus kontak mata dengan Cantya dan memilih menyuap sesendok nasi yang sudah disiapkan Cantya. Ada yang berbeda dari Mahesa sejak tadi malam. Laki-laki itu tak banyak bicara, padahal biasanya dialah yang tak pernah berhenti melontarkan lelucon yang kadang membuat tawa Juan pecah di meja makan itu. Namun kini, laki-laki itu hanya diam. Sangat fokus dengan sepiring nasi yang akan dia habiskan.

"Aku selesai. Mau berangkat." Juan mengerti masih ada pertentangan di antara kedua pasangan ini, dia memilih untuk menyuap nasinya dengan lebih cepat dan akhirnya selesai.

"Sama siapa, Ju?"

"Sama Ricky, Sean izin katanya ada ada acara keluarga." Jawab Juan sembari mengambil tas sekolahnya dan berjalan kearah Cantya. Laki-laki itu mengulurkan tangan untuk berpamitan sebelum pergi, dan disambut hangat oleh Cantya.

"Hati-hati, ya. Pulang sekolah jangan kemana-mana lagi. Kalo ada kegiatan langsung kabari Kakak."

"Iyaa. Juan berangkat. Bang?"

Mahesa menatap anak laki-laki yang kini mengulurkan tangan padanya, dia menyambutnya dengan cepat.

"Jangan nakal di sekolah. Belajar yang bener." Juan mengangguk, anak itu langsung saja berjalan kearah pintu depan.

"Juan pamit, Kak, Bang, assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam."

Setelah Juan benar-benar menghilang di balik pintu itu, keadaan kembali sunyi. Mahesa hanya terdiam sembari mengunyah pelan, sedangkan Cantya juga tak tahu harus memulai percakapan dari mana.

"Hm... Mas, kamu ga dapet cuti Minggu ini?" Mahesa mengangkat kepala untuk menatap Cantya yang kini duduk tepat di depannya.

"Enggak. Kata Reyhan kafe nya mau buka cabang lagi."

"Dimana?"

"Aku belum tau."

"Oh.." Keadaan kembali hening. Cantya mengetuk-ngetuk meja makan itu dengan kuku-kukunya yang mulai memanjang karena merasa bosan. Dia menatap suaminya lamat-lamat, sepertinya Mahesa masih marah dengan kejadian kemarin.

2. Asmaraloka Milik Bandung | Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang