04# Kota Kenangan Miliknya

229 32 0
                                    

Hidup itu tentang pilihan, tapi bukan berarti pilihan yang sudah diambil secara bulat adalah jalan yang paling tepat.

— Asmaraloka Milik Bandung

.
.
.

Tiga laki-laki itu tengah menatap sebuah layar yang menampilkan rekap penjualan kafe yang sepakat mereka beri nama 'Layang Kangen' satu tahun yang lalu. Reyhan tak pernah bercanda dengan ungkapan yang dia lontarkan saat itu, bahwa suatu saat dia akan membuka sebuah kafe yang pemiliknya adalah mereka bertujuh. Mungkin kafe ini juga akan diteruskan oleh anak cucu mereka suatu saat nanti.

"Kafe daerah Bekasi, itu peminatnya banyak banget. Bahkan di sana kekurangan karyawan. Kemarin gue, Azka sama Bang Hesa udah cek kesana buat cari karyawan baru, dan kita nambah karyawan lagi tiga orang," ungkap Reyhan, Satya yang mendengar itu mengangkat alisnya.

"Tiga orang? Jadi sembilan karyawan dong?" Mahesa mengangguk menjawab pertanyaan dari Satya.

"Soalnya tuh pelanggannya banyak banget, Sat. Banyak yang pengen kumpul di kafe nya tapi kekurangan kursi dan terpaksa take away. Akhirnya kita sepakat buat bikin bagian outdoor," jawab Mahesa.

Mahesa menjelaskan bagaimana mereka saat datang ke sana beberapa hari yang lalu. Cafe benar-benar penuh dengan pengunjung, sehingga mereka memutuskan untuk menggunakan lahan parkir sebagai bagian outdoor dan parkir mereka geser ke sebelah kanan bangunan kafe.

"Persentase penjualan bulan ini juga melonjak drastis."

"Wahh, pantesan gaji gue kemarin naik!" Entah datang dari mana Azka tiba-tiba sudah ada di mulut pintu. Laki-laki itu mendudukkan dirinya untuk bergabung.

"Naik dikit," ucap Satya dengan pulpen yang sudah berulang kali berbenturan dengan pelipisnya.

"Gimana kalo kita buka cabang baru?" Mendengar apa yang dikatakan Reyhan membuat Satya dan Mahesa tertegun.

"Rey, kita udah buka empat cabang," sahut Azka.

"Yaa.. Dilengkapin dong jadi lima. Pokoknya setiap kabupaten di Jawa Barat harus ada Kafe Layang Kangen!"

"Iya, Ka, nggak pa-pa. Biar kita jadi sukses. Kalo kita stuck di satu tempat dan jualan di daerah sini doang kan nggak banyak jadinya yang tau." Satya mengangguk, menyetujui ungkapan Reyhan.

"Kemarin Sean juga bilang, pengikut Instagram Layang Kangen naik, jadi 15 ribuan." Mahesa ingat saat Sean mengatakan bahwa pengikut Instagram cafe ini naik, berarti cafe mereka memiliki peminat yang cukup banyak.

Sean memang berada di bagian editing, bersama Ricky juga. Mereka biasanya akan membuat design poster untuk promosi, atau bagian dekorasi kafe. Mereka semua benar-benar berbagi tugas. Mahesa dan Reyhan biasanya memantau penjualan kafe setiap harinya, Azka dan Juan biasa mengisi kafe dengan menyumbangkan beberapa lagu untuk mengisi kesunyian, sedangkan Satya bertugas untuk merekrut karyawan saat mereka merasa karyawan kafe kurang.

"Makanya kita buka cabang baru. Pusat kota yang kita rasa bakalan punya minat banyak buat Layang Kangen," ungkapan Reyhan membuat mereka semua berpikir keras. Mereka tak pernah meragukan tekad Reyhan untuk berbisnis, karena dia benar-benar bisa membaca minat masyarakat terutama anak muda dalam keadaan seperti ini.

"Kita buka cabang baru, di Bandung." Mendengar Bandung, mereka semua langsung menatap Reyhan.

"Nggak kejauhan?" pertanyaan yang dilontarkan Azka membuat Reyhan terdiam beberapa saat, hingga akhirnya laki-laki itu menggeleng kecil.

"Bandung itu kota, Ka. Kalo kita bisa bangun kafe di sana, terus insyaallah kalo peminatnya banyak kita bisa buka cabang lagi di sana. Terus makin merembet ke sini, ke sana, akhirnya bisa banyak, kan?" Reyhan meyakinkan Azka bahwa Bandung itu pilihan terbaik.

2. Asmaraloka Milik Bandung | Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang