Cukup lama Bible berkutat dgn mesin yg tidak kunjung menyala juga. Entah apa yg membuat speedboad itu tidak bisa menyala, karena menurut Buble mesin prahu cepat itu masih sepenuhnya baik baik saja.
"Gue nyerah, bakar aja ni prahu sekalian" ucap Bible yg sudah frustasi karena tidak berhasil membenarkan mesin itu.
"Yaelah bro coba sekali lagi aja siapa tau bisa" pinta Josh agar Bible mencoba sekali lagi.
"Lo aja sono, gua sih ogah" tolak Bible.
"Emang pulaunya masih jauh Bry?" Tanya Build.
"Enggak sih, tuh udah kelihatan paling kalo berenang sepuluh menit juga nyampe" jelas Bryan sambil menunjuk sebuah pulau.
"Yaudah kalo gitu kita berenang aja kesana, daripada buang buang waktu disini" ucap Fiko.
"Berenang kesana? Enggak gak mau, bahaya kali Fik" ucap Build yg memang sudah ketakutan dgn kejadian tadi.
"Kalo gak mau ikut juga gapapa, disini aja sampe ntar malem." Sahut Bible membuat Build berpikir dua kali.
Setelah berdiskusi lagi, akhirnya mereka berlima memutuskan untuk berenang ke pulau tersebut.
"Bang nanti tolong di cek lagi mesinnya, kalo udah bener nanti langsung nyusul kita kesana" ucap Bryan pada orang yg mengemudikan speedboad tersebut.
Dan akhirnya mereka berlima pun mulai melanjutkan perjalanan dgn berenang. Tidak butuh waktu lama untuk mencapai pulau tersebut. Hanya sepuluh menit sama seperti perkiraan awal Bryan.
Meskipun dgn sedikit gangguan di tengah perjalanan mereka, itu tidak membuat sekelompak manusia itu menyerah. Lelah sudah pasti, tapi keindahan pulau tanpa nama itu seakan menghilangkan semua kelelahan itu.
“lo yakin ini tempatnya Bry? Ini keren banget sumpah, gak ada serem seremnya” Ujar Josh sedikit meragukan.
“lo jangan tertipu sama keindahannya. Ini masih terlalu awal guys, kita gak tau kan apa yg bakal kita alami selanjutnya. Jadi kalian siap siap aja. Karena yg indah belum tentu nggak bahaya.” Bryan berjalan kearah Josh yg berdiri paling depan memperhatikan setiap sudut pulau itu.
Mereka pun mulai berjalan beriringan memasuki area pulau disana. Tampak masih sangat asri, belum banyak tangan manusia yg menyentuhnya. Tapi seperti apa yg di katakan oleh Bryan, ‘yg indah belum tentu tidak berbahaya’. Mereka tidak akan pernah tau apa yg akan terjadi atau mereka temui di setiap langkah selanjutnya.
“Fiko gue kok merinding yah, udah gitu makin gelap lagi.” bisik Build yg menempel erat pada Fiko.
“apaan sih Biu, jangan bikin gue jadi ikutan parno dong” Fiko dan Build pun mempercepat langkahnya menyusul Bible yg berjalan paling depan.
Cukup dalam mereka menerobos hutan untuk mencari tempat yg tepat untuk mendirikan tenda. Semakin kedalam hawa dingin semakin menusuk nusuk tulang. Padahal hari belum terlalu malam, tapi keadaan begitu gelap hingga terpaksa menggunakan senter untuk menerangi jalan mereka.
“1.. 2.. 3.. 4.. 5.. 6.. kok 6?” Bryan yg berjalan paling belakang menghitung teman temannya yg sedang berjalan di depan. Mereka pergi hanya berlima yaitu Bible, Joshua, Bryan, Build dan Fiko. Tapi ketika Bryan menghitung, mereka menjadi 6 orang.
“Satu Bible.. Dua tiga Biu sama Fiko.. Empat Josh.. Lima.. Lima siapa?” Bryan bingung sendiri siapa yg ikut bergabung dalam perjalanan mereka itu.
Bukannya takut atau memberi tau teman temannya kalau ‘orang asing’ ikut dalam perjalanan mereka, Bryan justru mengeluarkan kamera dan mulai merekam. Sedikit deg deg an memang, tapi begitu lah Bryan yg memiliki nyali lebih besar dibandingkan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Haunted Island (BibleBuild) ✔️
HorrorPerjalanan yg awalnya menyenangkan berakhir dgn berbagai macam teror setelah mereka melakukan ritual pemanggilan arwah penasaran. "Kami pergi berlima, tolong biarkan kami pulang berlima juga." * BibleBuild *