6. Tidak Mau Pergi

145 24 5
                                    

Setelah permainan konyol pemangil arwah itu berakhir, tidak ada satu pun dari mereka yg coba membuka pembicaraan. Pikiran mereka sama sama mencerna apa maksud dari pesan terakhir Sekar sebelum dia pergi.

'Aku bersama kalian. Ini rumah ku... Aku tidak akan pergi.'

Kalimat itu seakan menjadi pemikiran terpenting bagi mereka saat ini. Terutama Bryan yg seakan mendapatkan salam perpisahan dari Sekar. Bahkan Bryan merasakan sendiri sesuatu menabraknya hingga terjatuh. Sosok wanita muda yg berdiri tepat di sebelah Build juga dia lihat ketika baru menyalakan lilin untuk memulai permainan tadi. Tapi Bryan tidak mau menceritakannya pada teman temannya. Bukan apa apa, justru apa yg dia lihat pasti akan membuat yg lain semakin takut dan panik.

"Guys kayaknya ini gak mungkin deh."

Setelah keheningan cukup lama akhirnya Fiko memberanikan diri untuk memulai pembahasan permainan mereka tadi. Fiko merasa permainan tadi hanya di dramatisir oleh salah satu dari mereka.

"Maksud lo? Apanya yg gak mungkin?" sahut Josh yg kurang paham dgn perkataan Fiko.

"Yah jelangkung tadi, Yg dia bilang gak mau pergi. Itu gak mungkin, gak mungkin dia gak mau pergi. Pasti ini cuma akal akalan salah satu di antara kalian buat bikin yg lain takut. Bisa aja kan kalian sengaja gerakin jelangkungnya dan nulis kayak gitu."

Persepsi Fiko membuat yg lain saling bertatap tidak percaya. Perkataan Fiko seolah menuduh salah satu dari mereka sengaja mempermainkan jelangkung tersebut.

"Maksud lo apaan sih, lo nuduh salah satu dari kita curang gitu? Aneh lu." ucap Bible tidak terima.

Perdebatan pun semakin memanas dgn saling tuduh. Entah lah, sepertinya permainan tadi membawa pengaruh buruk untuk kepercayaan mereka terhadap teman sendiri.

"Gua gak percaya. Apalagi sama lo bertiga, gua yakin kalian udah rencanain ini semua buat bikin gue sama Build ketakutan."

Fiko tetap mati matian menuduh Bible, Josh dan Bryan yg sudah merencanakan semuanya. Mereka sudah membuat skenario sedemikian rupa sebelum memulai permainan.

"Fik, kita bertiga gak mungkin seniat itu. Lo kok jadi nyalahin kita gini sih." ucap Josh yg juga mulai sewot dgn pendapat Fiko.

"Apanya yg gak mungkin, bisa aja kan." sahut Fiko yg mulai meninggikan nada bicaranya.

"Udah stop apaan sih kenapa jadi ribut gini, main salah salahan gak jelas. Anak kecil banget tau gak kalian." Build coba melerai perdebatan sahabat sahabatnya tersebut.

"Lo juga.. Kalo lo gak minta buat berhenti, gua gak bakal ngusir Sekar tadi. Bisa aja dia tersinggung gara gara lo minta berhenti gitu aja."

Bahkan Build yg coba menengahi keadaan pun juga ikut terkena imbas kekesalan Bryan pada Fiko. Bryan merasa ini kesalahan Build karena meminta Bryan untuk menghentikan permainan begitu saja. Bisa saja Sekar tersinggung akan hal itu dan tidak mau pergi.

"Kok lo jadi nyalahin gue sih Bry. Justru semua ini salah lo, lo yg ngajak kita buat main jelangkung, lo yg ngundang Sekar dateng kesini. Masih mau nyalahin orang lain lo?" ucap Build tidak terima karena di persalahkan oleh Bryan.

"Lo semua bisa tenang gak sih" teriak Bible yg berdiri dari duduknya dan menatap keempat temannya dgn seksama.

Seketika semua diam dan sibuk dgn kemarahannya masing masing. Bible sudah tidak tahan dgn acara saling tuduh yg terjadi di antara mereka. Di ambilnya kamera yg mereka gunakan untuk merekam permainan jelangkung mereka tadi. Menurut Bible, jawaban terbaik dari perdebatan itu adalah melihat sendiri apa yg terjadi tadi melalu kamera tersebut.

"Sekarang kita lihat rekamannya bareng bareng, kita lihat ini nyata atau cuma rekayasa seperti yg Fiko bilang."

Bible pun mulai memutar hasil rekaman tersebut dan meletakkannya di atas meja agar bisa di lihat bersama sama. Awalnya semua baik baik saja sebelum api yg menyala di atas lilin benar benar benar diam tak bergerak meskipun angin bertiup begitu kencanngnya. Kamera pun masih merekam dgn jelas gambar mereka sampai ketika Bryan mulai menanyakan siapa nama arwah yg datang. Kamera tersebut tiba tiba menjadi buram seperti rusak, hanya garis garis putih yg muncul di layarnya.

"Kok burem?" tanya Josh yg merasa aneh dgn hal itu.

Bible meraih kembali kameranya dan mengecek mungkin saja kameranya sedikit eror. Mereka memulai lagi melihat rekaman tersebut dari awal, tapi tepat di menit yg sama kameranya kembali buram tidak menampakan gambar apapun.

"Biarin dulu." ucap Bible mencegah tangan Bryan yg ingin meraih kameranya.

Setiap detik rekamannya tetap berjalan seperti sedia kala. Hanya saja rekaman tersebut tidak menampakan gambarnya. Ketika sampai di menit ke lima belas kamera kembali menyala, tepat ketika Bryan terjatuh ke lantai. Agak sedikit aneh memang, tapi mereka belum berani menyimpulkan.

"Tunggu tunggu... Ulang lagi videonya."

Build merasa ada sesuatu yg aneh dalam video mereka hingga akhirnya kembali mengulang untuk memastikan apa yg dia lihat.

"Stop stop" ucap Build meminta Bible untuk menghentikan rekaman di menit keenam.

"Lihat itu"

Bible memperbesar pada titik yg di tunjuk oleh Build. Sesuatu yg berada di samping pintu yg terbuka. Sesosok perempuan muda tengah berdiri mengawasi mereka yg melakukan ritual pemanggil arwah.

"Puter lagi.... Stop stop.."

Build kembali menghentikan rekamannya di menit ketujuh tepat ketika arwah sekar masuk ke dalam jelangkung.

"Bukannya kita cuma berlima disini. Itu siapa?"

Build menunjuk ke seorang wanita yg berdiri tepat di sampingnya. Bible memperbesar gambarnya agar melihat dgn jelas siapa wanita itu. Tapi nihil, wanita itu membelakangi kamera. Yg dapat di pastikan hanya pakaian yg di kenakan olehnya, baju putih lusuh dan compang camping di beberapa bagian. Serta seperti bekas darah yg mengalir dari bagian bahu sampai stengah pahanya.

"Oh my god" ucap Fiko yg langsung menutup mulutnya tidak percaya dgn apa yg dia lihat.

"Lanjutin lagi sampe abis" perintah Build lagi.

Video pun kembali di putar, bahkan rekaman buram itu mereka saksikan kembali. Kelima pasang mata itu seakan tidak ingin berkedip sedikit pun demi mendapatkan keganjilan dalam rekaman tersebut.

"Stooopp." teriak Fiko yg menyadari suatu keanehan lagi dalam video tersebut.

"Dia ilang, gak ada." ucap Fiko menunjuk posisi awal wanita tadi yg kini sudah menghilang tepat ketika Bryan terjatuh tadi.

Tidak ada yg berkata sedikit pun. Perasaan mereka masih sama sama mencerna sesuatu yg mulai membuat mereka bertanya tanya. Wanita itu benar benar ada di dalam rekaman tersebut.

Siapa wanita itu?
Apa itu Sekar?
Atau sosok yg lain?
Kenapa Bryan tidak melihatnya tadi?

Begitu banyak pertanyaan yg muncul di benak mereka. Mungkin kah ini menjadi awal buruk yg akan mereka alami? Entah lah.

Bible menatap Bryan yg juga menatapnya. Tatapannya seakan bertanya apa Bryan melihat sosok wanita itu tadi. Bryan yg sadar akan hal itu pun langsung menggeleng pelan dan menundukan kepalanya. Bukan.. Bukan Bryan tidak melihat wanita itu, justru dia melihat dgn jelas tapi hanya beberapa detik saja kemudian lenyap.

"Gue mau pulang." lirih Build yg sudah benar benar takut dgn hal itu.

Semua mata tertuju pada Build, sementara pria manis itu hanya menunduk menatap lantai yg dia pijak.

"Gak bisa Biu, kita gak bisa pulang sekarang. Lo tau kan kapalnya baru jemput kita lima hari lagi." ucap Bryan yg coba menjelaskan.

"Tapi gue takut disini" lanjut Build.

"Biu... Kita semua juga takut. Tapi mau gimana lagi." Fiko coba menambahkan.

"Okay iyah. Tapi gua gak mau disini, kita harus pergi dari sini." pinta Build memelas pada teman temannya.

"Kita mau kemana Build? Lagian ini juga udah malem." sahut Josh yg tidak tega melihat wajah sedih Build.

"Kita pikirin itu besok aja. Ini udah malem, kita semua butuh istirahat. Dan demi keamanan kita semua, mending kita tidur bareng bareng disini." tutur Bible pada semuanya.

Mereka berlima pun setuju dgn pendapat Bible. Dua buah alas tidur mereka gelar di ruang tengah. Setidaknya mereka akan merasa lebih aman ketika melihat teman teman lainnya berada ditempat yg sama. Hari yg cukup melelahkan dan juga menegangkan. Energi juga perlu untuk di istirahat kan sejenak.

The Haunted Island (BibleBuild) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang