Keindahan siang itu perlahan mulai menghilang seiring rembulan yg datang menggantikan posisi mentari. Membiarkan sang mentari untuk beristirahat sejenak sebelum esok bersinar kembali. Kicauan burung pun mulai tersingkir dgn datangnya kabut kabut yg membawa kedinginan.
Setelah memutuskan untuk bermalam di rumah tua yg mereka temukan, kelima sahabat itu tidak perlu risau lagi untuk bergantian berjaga ketika malam. Hanya perlu menyiapkan keberanian kalau kalau ada sesuatu yg tiba tiba ikut bergabung dgn mereka di dalam rumah.
"Bryan mana?" Tanya Josh pada Bible yg sedang menikmati mie instan sebagai makan malamnya.
"Keluar bentar katanya, gue juga gatau pergi kemana." Jawab Bible yg memang tadi sempat bertemu Bryan ketika Bryan akan pergi.
Disaat keempat temannya sedang berkumpul, entah apa yg di lakukan Bryan malam malam begini di luar sana. Bryan memang salah satu teman yg kadang suka menyimpan banyak misteri. Bahkan hanya Bible saja yg mengetahui jika Bryan memiliki kemampuan indera ke enam. Bukan tidak mau memberi tahu lainnya, Bryan justru tidak mau yg lain tau karena itu bukan hal yg menyenangkan menurut Bryan.
"Guys.."
Tidak berapa lama Bryan muncul dari luar pintu dgn menenteng sebuah kantong plastik di tangan kanannya. Bryan tampak lebih bersemangat dari sebelumnya, seperti ada sebuah rencana besar di dalam otaknya.
"Dari mana lo?" Tanya Fiko pada Bryan yg mulai membuka kantong plastiknya.
"Gak penting gua dari mana, Yg penting ini"
Bryan mengangkat sesuatu dari dalam kantong plastik, sebuah boneka kayu dgn batok kelapa sebagai kepalanya. Entah dari mana Bryan mendapatkan boneka itu."Jelangkung?"
Bible, Josh, Build dan Fiko menatap Bryan dgn ekspresi bingung dan terkejut. Ingatan mereka kembali pada kejadian beberapa bulan yg lalu ketika melihat jelangkung di tangan Bryan.
"Bry lo gila yah, ngapain lo bawa bawa beginian."
Build berdiri dari duduknya, wajahnya sangat marah pada Bryan. Entah ada kenangan buruk apa antara Build dan jelangkung hingga membuat dia sangat marah.
"Malam ini kita bakal main jelangkung. Kalian inget kan tujuan kita kesini ngapain. Kalian gak berpikiran kalo kita lagi liburan kan. Ingat tujuan kita disini ngapain, bikin film horor." Jelas Bryan tanpa menghiraukan Build yg menatapnya sangat marah.
"Enggak nggak gua gak mau. Gua gak setuju, gua gak mau. Lo kelewatan Bry, ini bahaya dan lo masih gak kapok juga." Lagi Build menolak rencana Bryan yg membuat suasana semakin kacau.
"Bry, Biu bener, kita pernah mainin ini dan lo tau sendiri kan akibatnya gimana." Josh coba memberi pembelaan terhadap Build.
"Itu karena waktu itu kita gak siap aja, kita belum ngerti cara mainin yg bener. Udah lah percaya sama gue semua bakal baik baik aja. Biu please... Percaya sama gue." Sahut Bryan coba meyakinkan semuanya, terutama Build yg mati matian tidak mau bermain jelangkung lagi.
"Bible, Fiko.. lo berdua setuju kan sama gue?" Tanya Bryan pada Bible dan Fiko yg hanya diam saja.
"Josh?" Lanjut Bryan juga meminta persetujuan dari Josh.
Sejenak mereka saling bertatap mencari kesepakatan. Build tetap kekeh tidak mau ikut bermain, sementara lainnya hanya diam seakan menyetujui rencana Bryan.
"Okay gue ikut." Akhirnya Bible pun setuju.
"Gue juga" begitu juga dgn Josh.
"Gue... Gue... Gue ikut" jawab Fiko sedikit ragu karena Build menatapnya intens.
Build tidak menyangka teman temannya akan memainkan permainan konyol itu lagi. Permainan yg sudah jelas jelas mendatangkan bahaya bagi mereka. Awalnya memang baik baik saja, tapi mereka tidak pernah tau akhirnya akan seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Haunted Island (BibleBuild) ✔️
HorrorPerjalanan yg awalnya menyenangkan berakhir dgn berbagai macam teror setelah mereka melakukan ritual pemanggilan arwah penasaran. "Kami pergi berlima, tolong biarkan kami pulang berlima juga." * BibleBuild *