Yukhei, bayi kecil berusia dua puluh bulan itu duduk dengan manisnya diatas tempat tidur. Kakinya terlipat dengan manis, sementara ibunya sedang duduk dihadapannya sedang memakaikan baju hangat di tubuh mungilnya.
"Nah! Sudah selesai.... Lucas sudah tampan!"
Jongin berkata dengan senyum manisnya setelah selesai memakaikan sebuah topi berbulu yang terlihat hangat berbentuk kepala kucing pada putranya itu.
"No, no. niyo..." lucas menjawab sekenanya menatap Jongin dengan bibir mengerucut lucu. Tidak, dia bukan sedang kesal atau apapun. Dia hanya sedang bertingkah lucu didepan ibunya."No? Aniyeo?" ulang Jongin meyakinkan dirinya sendiri dia tidak salah dengar. "Shireo?"
Tapi bukannya menjawab Lucas justru tertawa melihat ibunya terlihat bingung dengan alis menyatu. Jongin yang menyadari bayinya sedang berbuat usil langsung menciumi perut bulat putranya, membuat Lucas kecil tertawa semakin keras. Membuat Lucas terjungkal kebelakang dengan tawa yang semakin keras karena Jongin justru menggelitiki perutnya sekarang.
"Ya... anak pintar sudah bisa bicara sekarang?" Jongin semakin gemas.Yukhei nya dalam beberapa bulan akan mencapai umur dua tahun sekarang sudah mulai bisa berbicara walaupun masih sering tidak jelas dan itu-itu saja. Tapi setidaknya tidak semalas dulu.
Saat ibu anak itu masih asik tertawa pintu kamar kamar mandi terbuka dan seseorang keluar dari sana dengan pakaian kerja yang sudah rapi. Tentu saja itu Daddy nya Lucas, Oh Sehun.
"Aigoo... jagoan Daddy sudah wangi."
"Dad! Dad! Na! na!" anehnya Lucas sangat jelas saat memanggil ayahnya itu. Lucas antusias sekali melihat ayahnya, tangannya terulur kepada Sehun meminta digendong dengan mulut yang berisik sekali mengucapkan Na yang dia maksud adalah aku, ayo gendong aku Dad. Ya seperti itu maksudnya.Sehun hanya tertawa melihatnya dan Jongin mengangkat Lucas untuk kemudian menurunkannya di lantai lalu anak itu mendekat pada ayahnya.
"Tunggu disitu dan jangan dulu minta digendong." Papanya memerintahkan dan Lucas mengerti, dia menurut dengan berdiam tidak lagi menjulurkan tangan. "Papa masih harus memakaikan dasi pada Daddy mu."Sehun tertawa kecil, menoleh menatap lurus pada istrinya yang sedang membuka laci kecil dan mengambil dasi dari sana lalu kemudian memakaikannya dengan telaten pada suaminya.
"Kau pandai melakukannya."
"Kau hitung saja berapa tahun aku melakukan ini untukmu."
Mendengar itu Sehun kembali tertawa.Memang sudah lama sekali Jongin melakukan ini untuk Sehun, bahkan sebelum mereka menikah dan Sehun harus ke kantor Donghae untuk magang Jongin lah yang memasangkan dasi untuknya. Sudah berapa lama? Sehun hampir tidak bisa menghitung, sudah lama sekali Jongin menemaninya.
"Kau yang terbaik, hyung." Sehun memberikan ciuman seringan bulu pada bibir Jongin.
"Kau tidak lihat anakmu ada di sini?" Jongin mendelik dan melihat Lucas yang hanya mengedipkan mata, masih tenang di dekat kaki Sehun, tampak tak terganggu sama sekali.
"Lucas tidak akan mengerti apa-apa. Oh, kau sudah cek rekeningmu?"
"Ha? Kenapa memangnya?"
"Uang bulanan untukmu sudah aku masukkan ke sana. Kau harus mengeceknya dan harus segera memberiku kabar." Sehun menjelaskan sambil berlalu mengambil dompetnya yang diletakkan diatas meja kecil. "Dan ini..." tangannya bergerak mengambil banyak uang dari dalam benda persegi panjang itu. "Untuk keperluanmu di rumah." Menyerahkan pada Jongin tanpa ragu."DAD! DAD! UUUUUUNG!"
Baru saja tangan Sehun berpindah pada tangan Jongin. Si kecil bergerak ribut dan berteriak histeris, membuat ayahnya menatapanya bingung. Tangan kecilnya bergerak brutal menarik celana Sehun.
"Oh, ada apa denganmu hm?"
"Dad..." lucas menarik-narik tangan Sehun saat Sehun sudah berjongkok dihadapannya. Sementara sang ayah mengerutkan kening tidak mengerti.
Ia jadi menyesal karena jarang berada di rumah hingga dia tidak mengerti apa yang sedang dinginkan anaknya sekarang. Berbeda dengan Jongin yang dengan mudahnya mengerti apa yang sedang Lucas coba sampaikan.
"Lucas mau apa hm?" Sehun masih tidak juga mengerti.
"DAAD!"
"Dia ingin uang, Sehun." Suara Jongin menyela. Dia ikut berjongkok bersama orang kesayangnnya. "Kau mau uang kan?"Si kecil mengangguk dengan semangat sampai topi kucingnya ikut bergerak dengan lucu. "Ung!"
"Uang?"
"Kau tidak akan pernah menyangka bahwa anakmu ini suka sekali dengan uang." Sedikitnya Jongin ingin tertawa mengingat tingkah putranya itu. Dan ia lupa menceritakannya pada Sehun. "Entah aku harus mengatakannya sangat lucu atau menyebalkan."
"Kenapa memangnya?"
"Lucas tahu mana uang nominalnya besar dan kecil dan dengan pintarnya dia akan mengambil yang nominalnya besar, sedangkan yang sedikit akan dia buang ke tempat sampah."
"Hahaha.... Benarkah?"
"Coba saja." Jongin menantang.Dengan itu Sehun membuka kembali dompetnya , memilih dua udang dengan nominal berbeda. Ia memberikan pada Lucas dan langsung diambil dengan antusias.
"Tto-uuunnn..." entah apa yang coba anak itu katakan. Tapi lihatlah kedua pipi berisi itu memerah dan mata coklatnya terlihat berbinar. Lucas kecil sudah menyukai uang padahal dia masih bayi.
"Cassu-ya, uangnya Papa minta boleh?" Jongin menengadahkan tangan meminta pada Pangeran kecilnya.
"No! Niyo!"
Sehun tertawa gemas. Jagoannya ini kenapa suka sekali bertingkah lucu?.
"Geure... kalua begitu simpan saja uangnya." Jongin jelas-jelas menyuruh Lucas menyimpan uang itu. Bisa dimana saja, diatas meja, di lantai, nakas dekat tempat tidur, atau bahkan di tempat tidur saja. Tapi tidak dengan..."Kkeut!"
Tempat sampah.
Oh, ya! Setelah mendengar perintah dari ibunya dua kaki Lucas berjalan mendekat pada tempat sampah kecil dekat meja kaca. Anak itu membuang uang dengan nominal kecil kedalam tempat sampah sementara satu lembar lagi masih dia pegang dengan erat.
"Hehe... Ppa, kkeut!"
Jongin mendesah dan menatap Sehun setelah berhasil membuktikan pada suaminya. "kau lihat kan? Mau jadi apa jagoan mu itu nanti?"
"Dia akan menjadi pengusaha yang banyak uang, tentu saja." Sehun beranjak dan menggendong Lucas lalu mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara. Hingga gelak tawa kecil memenuhi kamar mereka.Sementara Jongin sudah beranjak mengambil uang yang Lucas buang ke tempat sampah.
"Uh, pangerannya Daddy suka uang? Iya?" Sehun menciumi perut bulat putranya, mencoba membuat kenangan menyenangkan sebelum meninggalkan jagoannya seharian. Karena bisa saja ia pulang larut dan Lucas sudah terlelap.Jongin jadi berpikir, mungkin iya Lucas mereka akan menjadi pengusaha seperti ayahnya, ayah mertuanya, kakaknya, dan suaminya. Bukan jadi seniman seperti dirinya, sepertinya dirinya akan tetap menjadi satu-satunya seniman di keluarga.