Si Pembawa Trauma.

670 108 14
                                    

Selamat membaca!


‼️ Kissing ‼️



Ku bawa kaki jenjang ku menuju taman yang lumayan sepi ini, dingin angin malam menerpa wajahku.

Aku hanya sendiri pergi kemari, tak begitu jauh dari kos ku. Mungkin 45 menit aku berjalan hingga sampai disini. Entah ada maksud apa.

Aku melamun, berjalan di jalan setapak yang ada di taman ini. Tak ada yang ku pikiran, aku tadi berjalan tak tentu arah hingga tiba-tiba sampai disini.

Taman ini memiliki danau di tengah nya, tak begitu luas tapi indah. Aku duduk di pinggir danau itu.

Sayup-sayup dari kejauhan aku mendengar seseorang memanggil namaku. Lumayan familiar dengan suara itu. Aku menoleh mencari sumber suara. Hingga melihat siluet seseorang, degup jantung ku berpacu dua kali lebih cepat. Aku mematung, hingga seseorang itu tepat berada di depanku.

"Rain."
"Kamu disini ternyata.. Apa kabar?"

"Pergi lo." Ucapku, mempertahankan diri.

"Rain, aku-"

"Pergi!"

Dia memegang tanganku, langsung ku hempas tangannya.

"Rain, aku kangen..."

"Lo gila anjing!"

"Kamu kok jadi kasar."

"Lo bejat anjing!"

Dia mencengkeram lenganku kuat, aku meringis merasakan cengkeraman nya.

"Rain, lo kemana aja ha? Gue di keluarin dari sekolah gara-gara lo!"

Dengan sedikit terisak aku berteriak, "Salah lo sendiri anjing!"

Dia menyeringai, "Mau gue ewe juga ha?"

Salah satu tangannya mengelus pipiku, aku panik, merinding, ketakutan. Air mataku mulai turun dari pelupuk mataku.

"Gak! Anjing lepasin!" Teriakku sambil menggeleng ribut.

Aku berusaha melepaskan cengkeraman nya, namun tak ada hasil. Dia terlihat semakin menyeramkan dimataku. Di batinku, aku hanya menginginkan seseorang untuk menolong ku saat ini juga.

Tuhan sedang baik kepadaku. Seseorang yang menurutku selalu muncul seperti pahlawan kesiangan menampakkan dirinya. Gavin, meninju pipi dari seseorang yang membuat ku memiliki trauma aneh, dan menyesakkan. Dia menghajarnya habis-habisan. Dan aku hanya bisa terduduk, sambil menangis melihat perkelahian itu.

Gavin mendekat padaku, aku langsung memeluknya erat. Debaran di dada ku tak kunjung mereda.

"Takut vin, takut, aku.. Aku takut, takut.." Gumam ku terus-terusan.

Tangannya mengelus punggung ku, menenangkan diriku dengan sesekali membisikkan kata penenang padaku.

"Stt, iya ada gue disini gapapa, gue disini." Bisiknya.

Butuh beberapa waktu hingga tangisan ku mereda, lalu dia mengajak ku untuk kembali ke kos.

Beruntung kos sudah sepi, aku menarik pelan tangannya. Dia menoleh.

"Mau.. Sama lo.. Takut.." Cicit ku tak berbohong.

Dia melihat tanganku yang masih sedikit bergetar, lalu membawa ku masuk ke dalam rengkuhan nya.

"Gapapa Rain, dia ngga ada disini." Bisiknya.

Kami pun memasuki kamar milik Gavin.

Aku terduduk di tepi kasurnya, termenung disana. Dia duduk di hadapan ku dengan salah satu tangannya memegang pakaian.

"Ganti baju dulu."

Aku mengangguk mendengar tuturan nya.

Kami berbaring bersebelahan setelah mengganti pakaian kami masing-masing. Tidak tidur, hanya berbaring sambil menatap langit langit kamar.

"Rain, boleh tanya?" Celetuknya tiba-tiba.

"Iya.. "

"Itu tadi siapa?"

Aku sudah menduga dia akan menanyakan hal ini, tak ada niatan untukku menutupi.

"Tadi itu, mantan gue sewaktu SMA. Dulu dia ketauan hs gara-gara seseorang ngirim email ke gue video dia hs sama selingkuhan nya. Setelah itu dia dikeluarin dari sekolah sama si cewe juga. Entah apa hubungannya, abis itu gue kaya ada trauma kalau lihat pasangan cewe cowo ngelakuin skinship berlebihan gitu. Inget kan waktu lo nemuin gue di toilet fakultas? Waktu itu gue lagi jalan di lorong, terus liat ada pasangan cewe cowo skinship."

Dia mengubah posisinya tengkurap memandangku.

"Waktu itu perasaan lo gimana?"

"Jelas kaget, marah, bingung, sedih, kecewa, jadi satu.. Gue langsung pergi ke kelas dia, gue tonjok dia."

"Hahaha, keren."

"Vin.."

Dia memandang kepadaku semakin intens.

"Gue.. Gatau kenapa pengen bilang ini.."
"Jangan.. Jahat ya?"

"Rain.. Gue gatau kalau ini jahat apa ngga.."
"Tapi firasat gue bilang kalau gue harus ngelakuin ini sekarang.."

Aku masih menunjukkan raut bingung ku.

Bibir kami menempel sepenuhnya, aku sedikit melebarkan mataku terkejut.

Hingga Gavin mulai menggerakkan bibirnya, melumat bibir atas dan bawahku secara bergantian. Salah satu tangannya berada di tengkuk ku, membawaku semakin masuk dalam lumatan itu. Tangan nya yang lain membawa kedua lenganku menuju bahunya.

Aku sedikit membuka mulutku, hingga lidahnya melesat kedalam, mengabsen deretan gigiku, menggelitik langit-langit mulutku. Aku melenguh pelan.

Tangannya yang berada di tengkuk ku dia gunakan untuk bertumpu, dan tangan nya yang lain bergerak mengelus pinggangku. Aku sedikit menggeliat kegelian ketika tangan nya perlahan naik ke dadaku. Jari-jari nya perlahan memelintir puting ku dari luar baju yang ku pakai.

Lenguhan ku kembali terdengar, dia terkekeh rendah di tengah ciuman kami yang tak kunjung berakhir.

Tangannya dengan sengaja menyusup di balik kaos yang ku pakai. Menggerayangi tubuhku dengan tangannya yang menurutku terasa dingin. Aku tersentak dengan lenguhan yang teredam ketika dia dengan sengaja memainkan kukunya tepat di puting dada ku.

Aku memukul bahunya beberapa kali, hingga melepas tautan kami.

Aku menenggelamkan wajahku pada bantal di bawahku. Merasa malu untuk bertatapan dengannya.

Suara tawa nya kembali terdengar di telingaku.

"Diem!" Ucapku teredam bantal.

Dia semakin tergelak, tawa nya semakin menguasai indra pendengaran ku.

Aku menendangnya main-main, malu sekali.












Satu vote dari kamu sangat membantu buat aku semangat ngelanjutin cerita Rain, so please di pencet yaa tanda vote nya! Terimakasih!

Tunggu Rain di kelanjutan cerita yaa

Cause I'm With You [ Gyuicky ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang