Aldys menatap dirinya dari pantulan kaca. Ia mengenakan make-upnya untuk menutupi segala luka dan memar yang ada di wajahnya. Hal ini sudah menjadi rutinitas bagi Aldys. Ia sudah tidak tahan dengan semua ini, namun ia tidak bisa melakukan apapun.
Demir yang sedang memakai dasinya menatap Aldys. Ia lalu berjalan mendekat dan Aldys tidak menghiraukannya, ia masih berfokus mengaplikasikan make-up nya saja. Demir lalu sedikit menunduk agar melihat dirinya dan Aldys dari pantulan kaca. Demir tersenyum lembut. "Maafkan saya, tadi malam sayang. Saya benar-benar kelewatan dan kelepasan." Ujar Demir dan Aldys hanya diam dan melanjutkan make-up nya.
"Mau maafkan saya?" Tanya Demir. Aldys melirik ujung matanya dan dengan muaknya. Berulang kali terjadi kejadian seperti tadi malam, berulang kali pula Demir meminta maaf kepada Aldys setelah kejadian.
"Pakailah make-up di ujung bibir dan di lebamnya, agar tidak terlihat." Ucap Demir dan Aldys hanya mengangguk. Demir pun mengambil jasnya dan hendak keluar. "Aku tunggu di meja makan. Kita sarapan bersama." Aldys hanya mengangguk.
Aldys pun menimpa berulang kali tepat di ujung bibir dan lebamnya agar tidak terlihat. Sakit karena lukanya belum sepenuhnya tertutup tapi ia harus meng-cover lukanya agar tidak terlihat oleh pers maupun paparazzi. Ia malu nantinya dan memikirkan reputasinya.
Setelah selesai ia pun turun dan ikut sarapan bersama. Di bawah Demir sudah menikmati sarapannya bersama Elsa (anaknya Demir dari istri sebelumnya). Elsa hanya menatap tajam Aldys. Sedari dulu ia tidak pernah suka dengan Aldys dan mungkin tidak akan sama sekali. Menurutnya, Aldys adalah orang ketiga di pernikahan pertamanya Demir karena jarak mamanya meninggal dengan pernikahan Demir dan Aldys hanya berselang 3 bulan saja.
Aldys pun tidak memusingkan Elsa. Ia akan berbuat semestinya kalau perlu saja karena apapun yang dibuat Aldys tidak akan pernah dianggap atau diapresiasi oleh Elsa.
"Sudah bangunkah ratu?" Tanya Elsa dan Aldys tau ratu tersebut dimaksudkan ke dirinya. "Elsa." Panggil Demir untuk mengingatkan. Elsa menatap ayahnya malas lalu melanjutkan makannya.
Aldys tidak menghiraukannya sama sekali. Ia mengambil lauk dan memakannya dengan tenang. Membutuhkan waktu 10 menit bagi Aldys menghabiskan sarapannya. Ia tidak bisa langsung beranjak dari meja makan, karena Demir masih menikmati sarapannya. Aldys pun memerhatikan Elsa yang sedang memainkan pancakes nya. Aldys tidak menegur atau apapun, karena ia tidak ingin mengganggu Elsa.
Tak lama Demir pun meletakkan garpu dan pisaunya. "Hari ini apa agenda kamu?" Tanya Demir sambil mengambil jasnya dan berdiri. "Belum ada. Mungkin siang nanti mau keluar." Jawab Demir dan Demir pun mengecup pipi Aldys. "Hati-hati. Tetap bersama Barys." Ucap Demir.
"Dan Elsa kemana hari ini?" Tanya Demir dan Elsa menatap malas ke ayahnya. "Mungkin ngampus atau nongkrong sehabisnya." Demir mengangguk lalu mencium kepala Elsa. "Cepat pulang, jangan kelayapan. Jaga diri." Ucap Demir dan Elsa pun mengangguk. Demir berpamitan sama mereka berdua lalu pergi.
Tinggal lah Aldys dan Elsa berdua diri. "Jadi, siapa Barys? Cadangan? Simpanan?" Tanya Elsa yang membuat Aldys benar-benar muak. Bagitupun Aldys mengontrol dirinya agar tetap slay. "Semoga saja." Balas Aldys lalu beranjak pergi dari meja makan ini.
Ia pun beranjak menuju ruangan lukisnya, yang mana ini menjadi tempat pelarian dirinya jikalau ia sedang penat atau banyak pikiran. Melukis adalah salah satu cara bagi Aldys untuk menjaga kewarasan mental dalam dirinya.
"Nona Aldys." Panggil Barys ketika Aldys sedang berjalan menuju ruangan lukis. Langkah Aldys terhenti dan langsung melihat Barys bersama Serra.
"Nona hari ini kemana? Jam berapa?" Tanya Barys dan Aldys hanya diam dan menatap Serra lalu Barys. "Saya pagi ini di rumah, mungkin siang atau sore baru keluar." Jawab Aldys selang beberapa detik dari pertanyaan Barys. Barys mengangguk. "Kalau gitu, saya izin mengantar Serra dulu." Ucap Barys dan Aldys pun mengangguk. Tak lama Serra pun berjalan mendekat ke Aldys dan menjulurkan tangannya untuk menyalam Aldys. Tanpa ada suruhan atau perintah dari Barys. Murni inisiatifnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me to Life
RomanceSeorang ayah yang merangkap peran menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah untuk seorang buah hatinya, Serra. Single parent dan seorang mantan prajurit negara karena cedera menjadi tantangan bagi Barys. Mengandalkan hidup dengan gaji pensiun dini...