6 - Bisnis?

13 2 0
                                    

Barys memerhatikan Aldys yang hendak pulang namun memberhentikan langkahnya untuk menatap bangunan panti tersebut. Barys pula mengikuti kemana arah Aldys menatap. "Ada apa Nona Aldys?" Tanya Barys karena ia tidak menemukan apapun yang aneh atau mencurigakan. Aldys menggeleng lalu tersenyum. "Semoga tempat ini menjadi rumah bagi mereka yang tidak punya rumah." Ucap Aldys dan Barys hanya menatap Aldys.

"Tau kenapa saya membangun rumah panti ini?" Tanya Aldys dan memerhatikan Barys dari balik kacamata hitamnya. Barys menggeleng. "Agar mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan dulu." Ujar Aldys. "Tidak pernah merasakan tidak ada rumah bagi mereka untuk tempat mereka berpulang." Lanjutnya sedikit parau.

Aldys pun setelah berkata seperti itu masuk ke dalam mobil. Barys mendengar suara Aldys yang berubah seperti menahan tangisnya. Barys pun masuk ke dalam mobil. Kali ini Barys lah yang mengemudi, dikarenakan Fatih bergantian membantu Barys untuk menjemput Serra sekolah. Barys mengemudi mobil dan sedikit mengatur kaca spion tengah untuk bisa melihat Aldys.

Ia menangis dari balik kacamata hitamnya, Barys bisa melihatnya. Barys tidak bertanya ataupun mengajak Aldys berbicara terlebih dahulu. Memilih untuk membiarkan Aldys mengeluarkan emosinya.

Bermenit-menit Barys menempuh perjalanan, namun sepertinya ini bukanlah jalan pulang menuju rumah Aldys. Aldys sedikit tersadar ketika Barys langsung memarkirkan mobil tepat di pinggir jalan yang sedikit sepi. "Kita kemana ini?" Tanya Aldys dan Barys tersenyum kecil. "Mungkin Nona Aldys butuh udara segar." Ucap Barys dan mempersilahkan Aldys untuk berjalan terlebih dahulu menyelusuri rumput ilalang yang ternyata indah sekali.

Semilir angin menerpa wajah Aldys dan Aldys perlahan mengatur laju pernafasan, menetralkan emosinya.

Ketika sudah sedikit berjalan lebih jauh dari tempat mobil terparkir, Aldys melihat sebuah air mancur tepat di tengah ilalang tersebut dan sudah sangat tidak terawat namun masih memancurkan airnya. Aldys pun memilih untuk duduk di sebuah bench yang ada di dekat air mancur dan menikmati angin dan pemandangan sunset di saat golden hour. Barys pun ikut duduk di samping Aldys.

Lama mereka berdua berdiam diri saling menikmati suasana. "Saya izin membawa Nona kesini, karena saya lihat Nona butuh sesuatu untuk menetralkan emosi." Ucap Barys dan Aldys pun menatap Barys dari balik kacamatanya.

"Tau darimana tempat ini?" Tanya Aldys dan Barys tersenyum dan mengangkat kedua bahunya, memberikan gestur ketidaktahuannya. "Tiba-tiba ketemu tempat ini ketika cari tempat untuk menyendiri." Jawab Barys. Aldys pun membuka kacamatanya dan bersender di bench. Ia tengadahkan kepalanya, membiarkan angin menerpa wajah dan rambut, ia pejamkan mata menikmatinya. Barys yang duduk di samping Aldys, menatap begitu indahnya ciptaan tuhan ini. Rambut, wajah dan tubuhnya serta wanginya.

Barys pun mengikuti gerak Aldys ketika angin kembali menerpa. Aldys membuka matanya melihat Barys yang ikut memejamkan matanya menikmati suasana ini. Aldys tersenyum sembari menatap Barys, lalu ia kembali pejamkan mata.

5 menit mereka berdiam dan saling berkecamuk di pikiran masing-masing mereka. Barys pun membenarkan duduknya dan sedikit mengubah posisi duduknya lebih sedikit menghadap ke Aldys. "Nona Aldys." Panggil Barys dan Aldys pun menatap Barys sembari sedikit membenarkan duduknya. "Kalau ada sesuatu, ungkapin aja." Ucap Barys dan Aldys masih diam sedikit tidak mengerti apa arti ucapan Barys.

"Jangan dipendam, Nona. Agar saya tau apa yang harus saya lakukan." Ucap Barys dengan lembut dan seketika Aldys ingin sekali memeluk lelaki ini, namun tidak boleh. Ia adalah seorang wanita bersuami.

Mereka berdua pun kembali hening dan menikmati suasan yang tenang ini untuk menenangkan pikiran sejenak.

***

Bring Me to LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang