4 - Hanya Bisa Diam.

25 2 0
                                    

PERHATIAN..!!
Sebelumnya mau infoin, cerita ini ada unsur kekerasannya yaa wee.
Jangan ditiru yaa teman-teman!
Harap bijak dalam membaca semuanya, Terima kasih!

***

Aldys pun selesai mengerjakan agenda pertamanya hari ini sebelum ia memasuki agenda keduanya. Barys yang sedang berdiri menunggu kemana Aldys setelah ini, hanya bisa standby. Tak lama Aldys keluar dari ruangan dan Barys pun langsung mengambil langkah untuk berjalan disampingnya Aldys.

"Agenda selanjutnya kemana, Nona?" Tanya Barys dan Aldys yang mengenakan kacamata hitamnya berjalan cepat bak model. "Latihan tenis." Balas Aldys dan Barys pun mengenakan kacamatanya juga karena mengingat sore ini pun masih terik harinya.

Barys dengan sigap membukakan pintu untuk Aldys dan Aldys langsung masuk. Barys menutup pintu lalu berlari ke kursi penumpang depan.

Fatih sudah tau agenda apa yang akan dilakukan Aldys setelah ini, karena ia sudah tau dan ingat bahwa setiap hari rabu dan kamis adalah jadwalnya Aldys untuk bermain tenis, sehingga Fatih langsung mengendarai mobil menuju venue tenis outdoor tempat Aldys berlatih tenis.

***

Aldys turun lalu membawa tas olahraganya yang berisi baju ganti, sepatu olahraga dan toiletries. Barys menawarkan dirinya untuk membantu membawa tas Aldys, namun ditolak. "Terima kasih, saya bisa sendiri." Ucap Aldys dan Barys pun mengangguk dan hanya mengikuti kemana Aldys pergi.

"Barys mungkin pulang aja, soalnya saya disini lama dan takut membosankan." Ucap Aldys dan Barys menggeleng. "Saya nggak bisa, Nona. Kerja saya hari ini belum selesai, kalau Nona juga belum selesai." Balas Barys dan Aldys pun menaikkan kedua alis matanya terkesima mendengar ucapan Barys.

Aldys mengangguk. "Terserah, tapi jangan terlalu dekat dan mencolok. Saya malu kalau dianggap berlebihan atau lebay." Ucap Aldys dan Barys pun hanya diam. "Kalau kamu mau ikut main iuga nggak apa. Mau?" Tanya Aldys dan Barys pun hanya menggeleng. "Saya disini aja, Nona." Ucap Barys dan Aldys pun tersenyum kecil dan mengangguk lalu berjalan masuk ke lapangan dan langsung disambut oleh pelatih tenisnya dengan cipika-cipiki.

Barys yang sedang berjalan sedikit menjauh dari lapangan langsung mengernyitkan kedua alis matanya. Mungkin hal itu adalah hal biasa bagi mereka. Namun bagi Barys jika Aldys adalah istrinya ia tidak membenarkannya sedikit pun, meski sudah dekat sekali.

Barys mengambil teropong mini dari saku jasnya yang mampu melihat objek mini yang dilihat dengan mata saja, namun sebesar gaban jika dilihat dari teropong mini ini.
Ia mengawasi Aldys melalui teropongnya.

Barys melihat begitu lihainya Aldys bermain tenis. Ikatan rambut, outfit dan kemahirannya dalam berolahraga semakin membuat atraktifnya seorang Aldys itu. Diam-diam Barys mengagumkan Aldys seorang diri. Jarang ada seorang wanita yang masih menyempatkan diri untuk berolahraga dari padatnya aktifitas.

Selang satu jam-an Aldys bermain tenis, Aldys pun selesai dan menghampiri Barys. "Sebentar saya mau ganti baju dulu." Ucap Aldys dan ia melihat outfit Barys yang awalnya berjas sekarang hanya kemeja putih saja. Mungkin kepanasan, karena Aldys bisa melihat keringat yang menyucur di dahi Barys.

Begitupun, Barys masih mengikuti Aldys hingga di depan toilet wanita. 15 menitan Barys menunggu dan akhirnya Aldys pun selesai. Barys menarik nafasnya perlahan untuk menikmati wanginya Aldys.

Barys pun langsung mengambil tas tenisnya Aldys dan sambilan menenteng jas nya. Barys tidak bertanya atau menawarkan, ia langsung mengambil tasnya Aldys karena ia baru teringat kalau wanita ditanya pasti ia tidak akan mau atau jujur.

Bring Me to LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang