genep

937 128 7
                                    

Layar komputer adalah Satu-satunya sumber cahaya yang bersinar di ruangan temaram itu setelah cahaya purnama. Mata bertameng kaca itu memindai setiap baris kata yang tertera di sana dengan teliti. Tidak ada yang bisa mengalihkan perhatiannya saat ini.

Hingga sebuah tangan meraba pundaknya dengan lembut. Dia mengalihkan pandangannya pada seorang perempuan yang langsung duduk diatas pahanya sebelum ia dapat melihat wajah perempuannya ini. Tanpa basa basi ciuman terjadi, entah kenapa Jennie terasa lebih agresif sekarang.

Ya meski dari dulu dia juga yang minta duluan.

Tangan mungil Jennie meraba rahang itu dengan penuh gairah tak tertahankan sampai si blonde kewalahan dan berakhir melepaskan tautan bibir mereka.

"Kenapa dilepas!?"

"Kamu lagi gak baik Babe? Cium aku segitunya." Tanya Roseanne menataonya sekilas lalu kembali fokus pada laptopnya.

Jennie berdesis lalu menarik dagu Roseanne untuk kembali menatapnya "aku curi curi waktu buat nemuin kamu bukan buat dicuekin gini ya Rosie. Dari aku datang sampai sekarang kamu sibuk ngapelin laptop kamu. Emang ada apasih? Selingkuh ya?"

Roseanne tersenyum dengan penuh keteduhan "enggak Babe. Aku gak cuekin kamu kok, Aku juga kangen kamu." Dia menarik punggung sempit itu kedalam pelukannya dan mendekapnya dengan hangat.

"Tapi nanti ya, Blink sama Once lagi ribut lagi."

Fxck.

Jennie mendorongnya "aku ngerasa rendah diduain sama idola kamu."

"Kenapa ngerasa gitu? Kamu lebih tinggi dari Chaeyoung Twice kok."

"Stop ngomongin idola kamu didepan aku. Dan stop bilang aku lebih baik dari mereka. Emang aku cewe apaan!?"

"Cewe Pak Hanbin."
"Cewe aku dong."

Jennie mengerlingkan matanya "kayaknya aku pulang aja. Buang buang waktu aku disini, tau gitu aku turutin mau Rora pergi ke Timezone." Perempuan mungil itu bangkit dari duduknya dan pergi keluar dari ruangan itu.

Roseanne hanya memandangi punggung yang kian menjauh itu. Helaan nafas terdengar, Jennie memegangi dadanya setelah itu lalu tangannya meraih baju-baju diatas sofa.

Tangan lain ikut meraihnya, Roseanne tersenyum simpul saat Jennie menoleh padanya "mau dibawa semua baju nya?"

"Rosie," Panggil Jennie lelah.

Roseanne hanya membalasnya dengan dehaman. "Aku cape."

Tangan Roseanne berhenti memunguti baju-baju itu dan lebih memilih memandang wajah lelah kekasih gelapnya "kamu kok gaada banget ngehargain usaha aku luangin waktu buat kamu?"

Roseanne hanya memandangi kakinya.

"Aku masih pacar kamu kan? Tiba-tiba banget kamu kayak gini."

Roseanne memandang mata kucing itu dengan kosong.

"Kamu berubah setelah aku pergi beberapa hari doang. Kamu ketemu siapa selama aku gaada?"

Roseanne menggeleng, menjauhkan fikiran anehnya dan meraih kedua tangan Jennie "maap sayang, aku fikir kamu butuh istirahat makanya aku tinggal tadi."

"Jelas-jelas kamu cuekin aku!" Dia melepaskan genggaman Roseanne dan kembali mengemasi bajunya.

"Okay okay." Roseanne membalikkan Jennie agar memandang kearahnya "war nya gak asik. Cuma adu prestasi,"

"Emang yang seru adu apa?"

"Adu mulut."

Mwah

"Kayak gitu." Roseanne menghela nafas. "Maaf."

Jennie menaikkan sebelah alisnya kala menyadari raut wajah itu. "Aku cuma coba ngalihin perhatian dari hal yang gak mau aku inget tapi berputar terus di kepalaku dengan nonton artis-artis yang aku suka..."

"Kamu lagi punya masalah? Kok gak cerita?" Elusan dipipi Roseanne telah membuktikan jika kekesalan Jennie telah melebur. Roseanne memang paling bisa jika soal meluluhkan perempuan beranak satu itu.

Roseanne menggeleng "bukan masalah. Cuma rada ganggu aja."

"Kamu gak mau ceritain ke aku?"

"Gak lah, ternyata daripada nontonin artis peluk kamu lebih ngalihin fikiran." Roseanne menempelkan pipinya pada pipi Jennie dan memeluknya dengan erat.

"Aku serius. Kamu lagi banyak fikiran ya? Soal kerjaan? Aku ngasih kamu terlalu banyak kerjaan?"

"Enggak." Roseanne menariknya untuk duduk di sofa dan melihat keluar jendela apartemen.

"The moon is beautifull isn't it?"

Jennie mendongkak dan mencubit pipi Roseanne "I love you too." Setelahnya Jennie mengeratkan tangan Roseanne di perutnya.

"Kak..."

Jennie menoleh cepat karena panggilan Roseanne yang tak pernah dia dengar itu. "Kenapa-"

"Aku minta maaf."

"Buat udah nyuekin aku? Udah biasa."

Iya, Roseane itu cuek. Dulu... Saat awal-awal bertemu.

Roseanne orang yang pendiam dan cenderung cuek sekitar. Hanya akan berbicara secukupnya dan tidak akan memulai pembicaraan dengan siapapun.

Sampai saat itu...

Jennie harus terjebak dalam situasi awkward bersama si jangkung untuk beberapa malam secara berturut-turut. Jika bukan karena pekerjaan mungkin Jennie tidak mau terlibat dan lebih memilih untuk menjalaninya bersama orang lain.

Namun kinerja Roseanne sangat memuaskan, dia tidak bisa melepaskan karyawan hanya karena suasana hatinya.

Untuk beberapa malam mereka dan tim hanya terlibat percakapan penting seputar pekerjaan saja. Hingga di malam terakhir, Roseanne pulang paling terakhir bersama Jennie.

Tanpa sengaja dia melihat Roseanne membaca artikel dengan bendera pelangi didalamnya.

Fix

Jennie merasa menemukan bangsanya sendiri. Iya, bangsanya. Karena meski telah menikah dan punya anak, simpang tiga dalam hatinya tak pernah padam. Dan hari itu dia kembali menghidupkan lampu sein yang dia pikir sudah konslet itu.

Mungkin bagi orang lain itu hanya bendera biasa, namun untuk gadis bernama xiaomey ini...

Lanjutin dah sana!

Cape gue!

Tolong apresiasinya untuk author kalian yang baik hati, tidak sombong, tak pernah mengeluh, rajin, dan bertanggung jawab ini karena selalu menyempatkan diri menulis disela kesibukannya dengan menekan bintang dibawah. Jika berkenan boleh meninggalkan komentar mengedukasi dibawah ini. Jika tidak silahkan share ke grup keluarga dengan caption "mommy i'm gay!"

Untuk kelanjutan cerita silahkan swip keatas, jika nampak iklan berarti wetpet kamu belum premium.

Sama sih.

Jika ada tulisan anda berada diakhir cerita itu berarti anda bisa menunggu update selanjutnya sampai waktu yang tidak ditentukan.





Fxck It UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang