Masih plesbek
Suara pintu terbuka mengambil atensi Roseanne. Sang Bos yang memperhatikannya semakin mendekat "sudah beres?"
Roseanne menggeleng sebagai jawaban "masih lama?"
"Sepertinya iya. Kemarin saya gak masuk jadi pekerjaan numpuk."
"Kemarin kemana?" Jennie Ruby Jane menarik kursi dan duduk disebelahnya sambil memperhatikannya bekerja.
"Sakit Bu, cuma sekarang udah agak baikan."
Terlihatnya Roseanne masih menggosok hidungnya dengan jari, Jennie gak tega. "Udah malem, pulang aja Sé,"
"Gapapa kok, sedikit lagi. Ibu kalau mau pulang silahkan. Biar saya yang kunci pintu."
Jennie menggeleng "gapapa lanjutin." Dia bersandar dan melipat tangan, memperhatikan wajah bule itu dari samping. "Kamu belasteran kah?"
Roseanne menoleh dan mengangguk. "Bapa orang Australia."
"Pantes. Oh ya ngomong-ngomong kamu sendiri aja yang lain kemana? Nayeon?"
"Anaknya sakit. Harus pulang cepat."
"Chaeyoung?"
"Ada urusan sama Bu Mina."
"Jadi tinggal kamu sendirian?"
"Sekarang berdua sama Ibu."
Berdua???
"Oh ya Ibu kok belum pulang?"
"Tumben banget dia mau buka percakapan."
"Iya nih, tadi ada beberapa laporan yang harus di cek."Roseanne mengangguk lalu mematikan komputer.
"Udah?" Tanya Jennie.
Roseanne mengangguk "kamu pulang naik apa?"
"Eum... Nanti telfon ade suruh jemput."
Jennie menaikkan sebelah alisnya dan melihat kearah jam dinding "yakin kamu minta adik kamu jemput? Apa gak khawatir minta jemput malam malam gini?"
Iya juga...
Tak ada jawaban. Mungkin Roseanne juga bingung. "Udah jangan difikirin. Saya anterin aja ayo."
"Eh? Tapi..."
"Gapapa. Ayo beresin barang kamu. Kita ambil dulu kunci mobil nya."
Mau gak mau Roseanne menyusul karena Jennie semakin menjauh. Dan tibalah mereka di ruangan Jennie. Aroma khas tercium.
Bau pandan:v
Gak dong... Yakalee
"Sebentar, saya lupa nyimpen dimana." Jennie mulai menggeledah laci mejanya. "Oh ya kamu duduk dulu. Jangan berdiri terus nanti pusing. Lagi sakit kan?"
Waktu sudah hampir tengah malam. Roseanne mulai terkantuk dan Jennie menyerah mencari kuncinya. "Gimana dong bu?"
"Saya juga gak tau."
Keduanya hanya diam di ruangan sunyi itu. "Mau minum?"
"Ha?"
"Istirahat dulu, siapa tau nanti tiba-tiba inget." Jennie bangkit dari duduknya dan menuju kulkas "nyari sesuatu saat lagi terburu-buru itu susah nemuinnya."
Diletakkannya sebotol minuman diatas meja "minum gak?"
Melihat anggur mahal dihadapannya membuat Roseanne tergiur juga. Ya kali minum yang murah mulu. "Minum."
"Oh? Orang sepolos kamu minum juga kah?"
"Gak anggur mahal gitu sih."
"Cobain lah. Ni"
Dasar durjana. Orang sakit dikasih anggur. Dua tiga anggur merah, Roseanne mulai menyerah. Pandangannya mulai berputar disertai sedikit rasa mual, pusing, dan kesemuyan di area dagu, dikata iklan!? Berbeda dengan Jennie yang hanya menuangkan untuknya. Tanpa minum sedikitpun.
"Hah! Pusing juga ya." Roseanne bersandar pada sofa dengan kepala keatas mempertontonkan leher putihnya yang naik turun.
Jennie menelan ludah, shibal...
"Pusing? Mau air hangat?"
Roseanne mengangguk, dia bahkan tak mendengar dengan jelas apa yang Jennie ucapkan. Matanya terbuka dengan kaki yang sedikit terangkat menandakan dia akan terbangun dari posisinya.
Jennie yang hendak melangkah pun terjatuh tersandung kaki jenjang si Bule. Adegan tumpang gindih bagai di film film romansa pada umumnya pun gak dapat dihindari.
Hembusan nafas berat dan bau alkohol tercium jelas dari Roseanne yang sedang Jennie tindih. Merasa Jennie tak kunjung berdiri Roseanne kembali membuka matanya "bu Jen..." Suaranya terengar serak. 'Roseanne sialan.' Umpat Jennie dalam hati.
"Bu-
" Diem dulu."
Alis itu hampir beradu, "Bu Jen-
" Tck, kamu mau tutup mulut kamu atau saya yang sumpal pake bibir"Terkejut, apa yang baru saja ibu satu anak ini katakan? "Bu jangan gini ini gak bener."
"Siapa kamu ngajarin saya yang benar dan yang salah hm?"
Roseanne masih memperhatikan perempuan itu dengan seksama, waspada jika dia melakukan sesuatu padanya "lagian saya cuma mau lihat kamu sedekat ini. Emang gak boleh?"
Glek
Elusan tangan mungil itu didadanya membuatnya merinding, apalagi dengan hembusan nafas yang menerpa lehernya dengan hangat.
Saat itu Roseanne sadar jika perempuan ini... Ingin bermain dengannya.
Jennie memandangi tangan panjang yang melingkar dipinggangnya itu. Kembali memandang mata Roseanne untuk meminta penjelasan. "Ini apa Bu?" bisik Roseanne.
"Haruskah saya jelasin semua ini... Disaat kamu udah tau maksud saya apa."
"Ini terlalu cepat bukan? Kenapa harus sekarang?"
"Gak ada yang terlalu cepat sekarang ini. Kamu tinggal lakuin." Bisik Jennie di akhir.
"Yakin mau ngelakuin sama saya?"
"Ya, kamu akan saya antar besok pagi dan libur sehari. Lusa kembali kesini."
"Sebagai pacar saya." Lanjutnyam
Roseanne menjilat bibirnya sendiri yang terasa kering. Memandangi mata kucing dan bibir Jenie bergantian. "Saya dapat apa jadi simpanan ibu?"
"Semuanya."
"Tubuhku, cintaku, hartaku, asal tetap ada disampingku, semuanya milikmu."
"Saya di kontrak?"
"Ini perjanjian cinta"
"Adakah perjanjian dalam cinta?
" Setiap cinta butuh janji." Jennie menangkup sebelah pipi itu "dan itu janjiku."
Kecupan pertama Jennie pada Roseanne malam itu menjadi pembukaan kisah cinta terlarang ini dimulai. Semuanya berjalan sesuai rencana, hubungan yang indah dan benefit yang besar meski terkadang Roseanne merasa dirinya hanya sebagai seorang bayi gula, bukan pacar gelap.
Dan sejak saat itu juga Jennie memiliki pandangan berbeda pada bule satu ini, Entah kenapa sekarang Roseanne memiliki aura sekuat ini, Aura nya beda, blink tau sendiri 👍
Lo gak usah keluar konteks deh. Daripada sok tau dan memancing keributan mending lo nanya maksudnya apa, jangan menggiring opini seenak jidat lo. Emang lo siapa anj, gw gabutuh opini lo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fxck It Up
Fanfictionเรื่องนี้มีเนื้อหาสำหรับผู้ใหญ่ ไม่ว่าจะเป็น GxG การนอกใจ ความสัมพันธ์ใกล้ชิด และอื่นๆ ควรอ่านใบสั่งยาของแพทย์จะดีกว่า หากเรื่องราวยังคงดำเนินต่อไป ให้โทรแจ้ง 911