lima

989 124 12
                                    

Sebanyak 57 pasangan diduga Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) diamankan Satpol PP di pekan baru...

"Dunia makin edan." Celin menatap lurus layar kaca didepannya sambil terus mengomentari berbagai hal yang disiarkan disana.

Roseanne memandang sang Umi tanpa arti. "Emang edan. Manusia kayak udah gak punya malu. Punya aib bukannya ditutupin malah diumbar dan cari teman yang serupa."

Kini pandangannya beralih pada sang adik yang ikut berkomentar dengan kepala menunduk memisahkan tulang ikan dengan dagingnya untuk menjadi lauk malam ini. "Cuma orang yang gak punya iman yang ngelakuin itu." Celin memandang anak-anaknya.

"Kalo kalian nemu orang kayak gitu jauhin aja. Gak bener dijadiin temen."

Roseanne hanya menunduk, pura-pura sibuk dengan semur ikan mujaer dipiringnya. Hanya tidak mau berkomentar, takut oversharing. Apa kata ibu dan adiknya jika si sulung ini adalah bagian dari orang-orang yang mereka bicarakan?

Apalagi sang ibu cukup religius, terbukti dari dia yang tak pernah absen pengajian setiap hari kamis dan sabtu. Meski hanya untuk numpang tidur setidaknya dia yang paling rajin.

"Itu mereka orang tuanya tau enggak sih?" Gumam Ryujin.

"Kalo misal anak kalian datang terus bilang dia LGBT kalian bakal ngapain? Tanya Celin.

" Eum diruqyah kayaknya." Jawab Ryujin.

"Sé?"

"Gak tau, gak mau nikah."

Celin menghela nafasnya "kenapa? Trauma sama bapak?"

Roseanne mengangguk samar. Tak hanya itu, ada hal lain. Perasaan menyimpang ini... Membuatnya ragu. Atau mungkin trauma itu yang membuatnya memiliki perasaan ini?

"Gak semua laki-laki itu sama Sé. Temen-temen kamu udah pada nikah."

"Bukan soal ketinggalan teman-teman. Percuma juga pagi akad sore pisah."

"Jangan jangan lo juga belok ya?" Tuding Ryujin yang pada dasarnya tak bisa positive thinking pada kakaknya.

"Bisa gak sih lo jangan nethink sehari aja!?"

"Tapi kalo Ryujin bener, kamu bener-bener sih..."

"Kok nuduh?"

"Siapa tau yakan."

"Lagian hati gak bisa dipaksakan." Gumam Rosé.

"Kalo emang gak bisa maksain mending mati daripada hidup sebagai pendosa."

o0o

Sudah berhari-hari Roseanne merintih. Rindu sangat dengan sang kekasih, namun apa boleh buat jika kekasih gelapnya itu sedang pulang ke rumah mertuanya di luar kota.

Mereka hanya bisa bertukar pesan dan mengirim beberapa foto. Tapi itu tidak cukup!

Brak

Sendok terhempas dari tangan berurat itu. "Cape gue."

Orang yang juga membuat kopi disampingnya menoleh "ngapa nge?"

"Kangen Bu Jen."

"Istri orang ege."

Roseanne mendelik pada orang disampingnya, gadis ber nametag Lalisa itu menyeruput kopinya. "Lo gak usah pura-pura bego deh."

"Cari aman apa salahnya"

"Gak asik lo." Roseanne duduk dan meminum kopinya dengan kaki naik turun menendang udara.

"Malah santai... Ayo loh, kerjaan kita masih banyak." Ajak Lisa.

Fxck It UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang