Ini adalah pengalaman pertama Raya menjadi seorang panitia. Jujur saja, sejak SMP sampai SMA, Raya tidak tergabung dalam organisasi apapun. Hidupnya terlalu santai dan tidak mau ribet. Sampai dia akhirnya masuk Antropologi dan melihat kinerja senior-seniornya di Komunal. Raya tertarik, sangat tertarik.Dengan memasang Headphone di telinganya yang memutar lagu The Beatles berjudul Here Comes The Sun, juga mengemut permen susu milikita, Raya berjalan menyusuri kelas-kelas di Fakultasnya.
Kemarin setelah rapat selesai, divisi dokumentasi dikumpulkan menjadi empat orang. Tidak banyak memang, karna divisi ini tidak terlalu membutuhkan tenaga yang berlebihan.
Raya, teman seangkatannya yang bernama Sefa dan Hugo, dan tentu saja sang senior aneh bernama Anala Lautan Bumantara.
Raya tidak terlalu dekat dengan Sefa, dia bukan teman se-kelompok Raya saat inisiasi kemarin, pun bukan juga teman yang sering bersapaan dengannya. Raya hanya tau namanya, dan kelasnya, berbicarapun belum pernah. Kalau Hugo, laki-laki itu sangat friendly sehingga Raya beberapa kali berbicara dengannya.
"Udah dari tadi, Go?" tanya Raya yang baru saja sampai di depan sekre himpunan. Ada Hugo yang duduk di bangku-bangku kayu seorang diri sedang bermain ponsel.
"Eh Ray.. lumayan, gue takut telat jadi datang kecepetan. Kak Laut udah dateng kok sama Sefa di dalam sekre."
Ah, ternyata Raya yang datang terakhir. Padahal ia sudah wanti-wanti agar tidak telat. "Maaf yaa gue telat, habis nyuci tadi."
"Santai aja njir, belum mulai kok karna emang perjanjiannya jam 3 sore. Ini baru setengah tiga." Raya ikutan melihat jam di ponselnya, ternyata benar ia tidak terlambat.
Akhirnya si cantik duduk di hadapan Hugo, memandangi laki-laki itu yang sedang bermain game online. Permen yang diemutnya tadi sudah habis, juga lagu The Beatles tidak mengalun lagi di telinganya.
Tidak sopan mendengarkan lagu memakai Headphone jika ada seseorang di sampingmu.
Kampus sedang sepi, karna sekarang sabtu. Tidak sepi-sepi sekali sih, karna di samping sekre mereka yaitu sekre tetangga, masih ada beberapa anak Sosiologi yang sedang bertukar pikiran. Raya takjub pada tiap kata yang keluar dari mulut mereka.
"Ini kita ngapain sih kumpul hari sabtu? Terus kumpunya di kampus lagi..hadeuhhh," dumel Raya.
Hugo menoleh dan akhirnya mematikan ponselnya setelah melihat Raya bosan sambil menggoyang-goyangkan kaki. "Ide Kak Laut, kayanya biar sekalian ada kegiatan, nggak rebahan di kosan."
"Lah, dia doang kali yang rebahan doang di kosan, gue bersih-bersih, nyuci, sibuk gue kalo weekend."
"Iya deh, si paling sibuk."
Bukan Hugo yang menyahut, tapi Laut yang baru keluar dari sekre bersama Sefa di belakangnya. Seniornya itu tersenyum manis, menyapa Hugo lalu duduk di samping Raya. Sementara Sefa, mengambil tempat di sisi Laut yang lain.
"Kita mulai bagi-bagi tugas gimana? Biar nanti pas acara nggak keteteran?"
Rapat divisi ini dimulai, tapi sebelum itu Raya berpindah duduk di sebelah Hugo, membiarkan dirinya berhadapan dengan Laut dan Sefa.
"Jadi tadi Sefa sama Kak Laut sudah diskusikan bagaimana kinerja kita nanti di saat acara berlangsung. Untuk memotret momen-momen penting, itu yang akan ambil dari sisi utama atau sisi depan itu Kak Laut, sisanya Sefa yang bakal ambil dari sisi yang sekiranya bagus," kata Sefa menjelaskan.
"Terus kalo misalnya temen-temen kerabat minta di foto, nanti yang bakal foto itu Raya. Nah yang stay di depan photo booth itu Hugo." Laut menambahkan ucapan Sefa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antropolo(ve)gi : Lautan Raya
Fiksi PenggemarSebagai seseorang yang berada di dalam lingkup yang sama, tentu hal wajar jika terjadi yang namanya jatuh cinta. Kebiasaan selalu berada di sisi masing-masing sepanjang waktu menjadi pemicu rasa itu tumbuh, lalu merembet tak terhentikan. Di Antropol...