05. 𝐤𝐞𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭

290 43 1
                                    

thanks buat yang udah suka sama cerita ini

btw, kalian suka mada yang kayak gimana?

awas typo!

cw// blood, lick

Selamat membaca...


Sebuah tangan lain menggapai tangannya yang terluka. Sangat lembut namun tetap membuat Mada meringis menahan perih. Ia pun mendongak melihat siapa pemilik tangan itu.

"Kaivan?"

"Ini kenapa mate, kok bisa luka?"

Walaupun perih tak menghalangi Mada untuk menarik tangannya yang terluka dari genggaman si rambut pirang berkulit putih alias Kaivan.

"Gara-gara kamu!"

"Aku? Seharian ini aku baru aja ketemu sama kamu loh, mate!"

"Bisa gak sih gak usah panggil mate? Geli!"

"Kamu pengen panggilan lain? Sayang misalnya? Atau omega?"

"Nggak."

"Luka kamu, mau aku obatin?"

"Gak perlu, nanti tambah sakit."

"Kamu kenapa sih? Katanya luka gara-gara aku padahal aku gak ngapa-ngapain. Atau karena kamu mikirin aku ya jadi ceroboh terus luka?"

Astaga dia ini. Tepat sekali tebakannya.

"Pergi sana! Lihat kamu malah makin sakit."

"Kan yang sakit tangan kamu, masa mata kamu juga ikutan sakit?"

"Gak usah kebanyakan tanya! Kamu pergi atau aku yang pergi?"

"Kalau aku gak mau?"

"Yaudah aku pergi."

Kaivan mencengkram lengan Mada untuk mencegahnya pergi.

"Aku obatin." Ucap sang dominan telak dengan suara rendahnya.

Tubuh serigala Mada tak menolak karena memang membutuhkan sang mate didekatnya. Juga Mada sendiri yang merasa terintimidasi dengan suara berat milik Kaivan.

Kaivan membungkukkan tubuhnya, menempatkan wajahnya tepat diatas tangan Mada yang terluka. Sang pangeran sendiri hanya memperhatikan dari atas.

Selanjutnya, mulut si dominan tepat melingkupi luka milik pangeran. Lidahnya mulai menyapu kulit yang mengeluarkan darah. Mada sempat mendesis untuk itu.

Detik berikutnya Kaivan telak menghisap seluruh darah yang keluar tanpa tersisa. Ia melakukannya tanpa merasa jijik sebab itu darah sekalipun. Selesai membersihkan darah yang tersisa Kaivan pun menjilat garis luka milik sang mate lalu mengakhiri kegiatannya.

Kain bajunya ia kenakan untuk mengelap air liur yang tersisa di tangan kiri sang pangeran. Terakhir bisa pangeran omega itu lihat kalau tangannya bersih bagai tiada luka sama sekali.

"Tidak sakit kan, mate? Aku pergi dulu ya, mate! Kapan-kapan kita ketemu lagi."

Sebelum pergi, Kaivan menyempatkan untuk mencium bekas luka yang ia sembuhkan tadi. Lalu berjalan dengan entengnya setelah membuat jantung seseorang berdetak kencang karenanya.

"Loh pangeran? Sudah sembuh?"

"I-iya sudah sembuh. Aku ke kamar dulu ya."













































Malam harinya, Mada menemani sang kakak ipar yang sedang merajut. Namanya Heira, mate sang kakak yang berasal dari desa. Salah satu hobinya untuk mengisi kesepian disaat sang suami tidak ada di istana. Mada selalu takjub dengan hasil rajutan sang ratu. Kalau sang kakak tidak ada ia diam-diam meminta hasil rajutan istrinya. Karena memang sangat bagus.

𝐒𝐀𝐍𝐃𝐘𝐀𝐊𝐀𝐋𝐀 (mildangz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang