01. 𝐨𝐦𝐞𝐠𝐚

693 68 7
                                    

Selamat membaca...

"Gak usah menyesal, ini kan memang takdir. Lagipula, aku bisa jadi temen kamu lebih lama, kita sama-sama omega."

Sia-sia saja. Sudah berkali-kali ia mendapat nasihat dan kata-kata penenang dari orang-orang terdekatnya. Hari ini sudah tiga orang berbeda, belum empat hari yang lalu juga. Mereka terus bergantian menghiburnya.

Kali ini ia terlihat sangat keras kepala.

"Ya ampun kamu tuh mikirin apa aja sih? Omega itu cuman status, gak penting kok. Kita semua sama aja, kita disini saling sayang. Masa cuman karena itu kamu udah gak semangat lagi?"

Ia menghela nafas mendengar celotehan sahabatnya yang kian menjadi.

"Kamu tahu sendiri kan, aku seumur hidup disini tuh latihan pedang, panahan, berkuda, berburu, itu semua hal yang dilakuin alpha. Tapi sekarang? Sia-sia." Pangeran bersurai emas itu menekuk wajahnya. Bukan untuk pertama kali tentunya.

"Itu gak sia-sia kok, Mada. Walaupun yang kamu pelajari itu kebanyakan dilakukan alpha tapi kamu bisa kan buat jaga-jaga. Bisa buat melindungi diri sendiri."

"Lagian itu juga bermanfaat selagi kamu masih sendiri. Siapa tahu kamu bisa ngelindungi ratu pas jalan-jalan. Atau mungkin nolongin orang yang dijahatin."

"Hm. Nanti bakal aku coba relain."

Setelah sahabatnya pergi, omega male itu melamun sembari mencongkel-congkel tanah dengan kayu. Salah satu temannya itu pasti sudah menyerah untuk menghibur dirinya. Tatapan yang ia tunjukan kosong. Pikirannya sedang kalut dengan persoalan yang ia ciptakan sendiri.

Sejauh ini pertanyaan utamanya masih mengapa ia harus ditakdirkan sebagai omega?

Bukannya menganggap omega adalah sosok yang hina atau tercela. Seperti yang ia ucapkan tadi, ia merasa sia-sia dengan yang selama ini ia lakukan. Kakaknya seorang raja dengan status alpha yang dikenal bijak dan pandai bertarung. Tentu ia tak mau kalah.

Nyatanya satu bulan yang lalu dimana ia heat untuk pertama kali mengungkapkan bahwa ia adalah omega. Untuk kedua kalinya kerajaan Atlanta memiliki keturunan omega male. Mereka tak mempermasalahkannya kok.

"Mada! Aku mau jalan-jalan ke desa! Kamu mau ikut?" Ajak ratu, kakak iparnya.

"Nggak kak! Aku lagi males ke desa!" Sang ratu menautkan keningnya. Tak biasanya adik iparnya seperti itu. Biasanya ia sangat bersemangat.

"Gak usah tanya kenapa! Tenagaku lagi habis!"

Sang ratu menggelengkan kepala. Memahami tingkah laku sang adik ipar yang terlihat tidak rela setelah terungkap second gendernya. Wanita dengan baju mewah itupun berjalan diikuti beberapa pelayan. Meninggalkan sang pangeran bersurai emas itu sibuk dengan dunianya.

Lamunan itu terus berlanjut sampai malam tiba. Jika saja sang kakak tidak datang sendiri untuk memanggilnya mungkin ia masih lanjut melamun.

Makan malam kerajaan berlangsung dengan khidmat. Tidak ada yang bersuara dengan mulut saat makan karena itu aturan mereka. Kalau melanggar harus di gelitik sampai nangis kata ayah.

"Siapa yang mau bercerita dulu?"

Salah satu tradisi kerajaan yang ditetapkan oleh sang ayah yaitu bercerita tentang kejadian apa saja yang dialami seharian setelah makan malam. Hal ini dilakukan agar menambah kedekatan keluarga dan memberikan saran tentang kejadian yang diceritakan.

"Anak ayah masih kayak bebek tuh!" Sang pangeran yang merasa pun menoleh menatap kakaknya. Tidak ada sepatah kata apapun yang terucap lalu kembali memandangi piringnya.

𝐒𝐀𝐍𝐃𝐘𝐀𝐊𝐀𝐋𝐀 (mildangz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang