06. 𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧𝐠

269 46 1
                                    

Thanks buat yang udah support cerita ini, dan kalau kalian mau ngajak aku temenan aku pasti mau banget kok. follow aja nanti aku back

banyak typo! nanti dibenerin

Selamat membaca...


Berdua dengan Kaivan?

Ia tak sepenuhnya setuju, berbeda dengan tubuhnya. Saat langkahnya tertinggal oleh langkah Kaivan yang lebih cepat ia segera menyusul dengan berlari kecil. Agak kesal dengan serigala di tubuhnya, antusias sekali. Si Kaivan sendiri diam-diam menelan senyumnya melihat Mada tampak kecil walau sebenarnya tinggi mereka tak beda jauh.

Sang dominan berinisiatif untuk menggenggam tangan kiri si omega. Mada tak mengelak. Ada rasa hangat yang menjalar di tautan mereka. Pula detak jantung Mada yang bisa dibilang tidak normal. Ini yang ia benci saat bertemu Kaivan, menjadi gugup dan tidak bisa berkutik.

"Kenapa?"

"Apa?"

"Kamu malu punya mate kayak aku?"

'Kenapa harus malu? Kamu tuh ganteng banget!'

"Kenapa tanya gitu?"

"Kamu gak mau temen-temen kamu tahu kalau aku mate kamu."

Mada tak mengelak, nada bicara Kaivan terdengar sedih. Tangannya yang digenggam oleh Kaivan membalasnya. Mencoba menghilangkan kesedihan lawan bicara.

"Aku gak yakin, aku belum siap."

"Gak yakin kalau aku mate kamu?"

Mada bisa mencium feromonnya, Mada bisa mendengar suara rendahnya. Pria yang memulai menautkan genggaman mereka sepertinya marah.

"Iya." Mada terdiam sejenak. "Aku gak tahu kamu siapa dan darimana. Kamu tiba-tiba aja dateng jadi mate aku. Aku gak kenal dan, aku masih belum terima."

Brakk!

"Aww!"

Tanpa aba-aba, Kaivan membenturkan tubuh Mada di pohon membuat si pangeran terkejut. Lalu dikungkungnya tubuh yang lebih kecil itu sembari memandangnya lekat.

Bohong kalau Mada tidak merasa takut. Kaivan menyeramkan, feromonnya sangat menusuk penciuman Mada, dan tatapannya tidak memberikan toleransi sama sekali.

'Aku takut!'

Kaivan mulai mengikis jarak wajah mereka. Mada memejamkan mata. Selain tak tahan melihat tatapan tajam dan dominan ia juga tak siap menyaksikan apa yang akan terjadi.

Dan benar, Kaivan menempelkan bibir mereka.

Kaivan terdiam, apalagi Mada. Tidak bisa disebut ciuman karena bibir mereka hanya menempel, tidak lebih. Lalu Kaivan melepasnya dan menatap wajah Mada yang ia tebak sedang ketakutan.

"Buka mata!" Dengan takut, Mada membuka matanya. Lalu Kaivan mencengkram dagu sang pangeran untuk menemukan tatapan mereka.

"Untuk saat ini, kamu boleh beranggapan apa aja sama aku. Kamu boleh marah, kamu boleh gak terima kalau takdir kamu omega, kamu boleh berperilaku kayak alpha sesuai keinginan kamu dulu. Tapi ingat! Aku Mate kamu."

Satu kata yang sangat mewakili keadaan Mada saat ini. Takut.

Ia tidak pernah setakut ini kepada siapapun, walaupun kemarahan ayahnya sekalipun. Kini ia menangis, menangis untuk pertama kali setelah ia menginjak masa remaja.

Tubuhnya lalu mendapat pelukan yang sangat erat dari sang mate yang ia ragukan. Sangat erat. Karena sekuat apapun Mada, ia tetaplah seorang omega.

"Ayo pulang."

𝐒𝐀𝐍𝐃𝐘𝐀𝐊𝐀𝐋𝐀 (mildangz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang