09

349 41 7
                                    

•--------------•

typo ada dimana-mana
jangan lupa vote and comen!

•--------------•

"Habis dari mana kamu dek?"

Sontak aku terkejut tiba-tiba ada Sae berada di sandaran tembok dekat pintu masuk. Bagaimana tidak kaget coba menakuti diriku untung diriku tidak memiliki riwayat jantung, dan lebih kaget bersamaan dia memanggil dek? tidak salah dengar bukan.

"Dek saya lagi tanya kamu habis darimana?" Tanya Sae.

"Dek?" Ucap (name) saat Sae mengatakan dek itu merasa aneh saja jika dipanggil seperti itu.

"Adek, tak masalah kan memanggil itu?" Jawab Sae dengan wajah datar khasnya.

"Yaa.. ngga ada masalah." Ujar (name) berenjak ingin naik tangga untuk kekamar namun kali ini suara bariton itu membuat bulu kudukku merinding.

"Adek, belum jawab pertanyaan saya lho tadi."

Waduh lupa buset, diriku membalik badan." Habis pulang sekolah."

"Pulang sekolah sesore ini? Dan itu kaki adek lututnya kenapa di perban?" Tanya Sae sepertinya sedang introgasi.

"Oh, ini habis jatuh di festival Bonobono. Tapi udah diobatin luka kecil doang ini mah," Jawab (name) mengukir senyum hingga mata terbentuk bulan sabit.

Merasakan sesuatu yang hangat dibadan seolah-olah memberi kenyamanan dan hangat, perlahan aku membuka mata dan kini Itoshi Sae tepat dihadapanku memeluknya sesekali tangannya mengelus tubuhku.

"Lain kali berhati-hati," Bisik Sae mempererat pelukannya dan diriku balas pelukan sang kakak.

***

Kini kedua instan berada diruang tengah menonton tv, ya sebenarnya si bukan aku yang menonton melainkan kakakku Sae sedang fokus menonton pertandingan sepak bola begitu serius.

Tidak ada obrolan apapun hanya hening, ditanya dimana orang tua? Jelas sedang kerja diluar kota entah kapan pulang. Mengharapkan Rin? Sepertinya mustahil dia aja nginap dimana hingga tidak ingin pulang kerumah, sepertinya dirinya harus mempersatukan mereka agar akur.

"Dek." Panggil Sae sekian hening tak ada obrolan.

"Iya?" Jawabku dan tentunya Sae tidak menjawab melainkan mendekati duduk berdekatan.

Nempel mulu perasaan bikin jantung jedag-jedug tak menentu.

"Adek lulus sekolah kapan?" Tanya Sae mengulur tangan mengusap kepalaku dan mata masih tertuju ke siaran tv.

"Kapan ya? Berapa minggu lagi mungkin.. lupa males mikir." Jawab (name) mengingat kapan lulus sekolah dirinya aja pusing dengan buat lagu baru dan masalah ia alami.

Sae terkekeh lalu menatap sang adiknya."Setelah lulus masuk SMA Blue Lock gimana?" Usulnya.

"Mama sama Papa juga ngasih usul ke sekolah itu,"

"Bagus dong. Udah larut tidur sana besok sekolah." Usir Sae.

"Ih ngusir aku gitu?"

𝐀𝐒𝐓𝐑𝐎𝐏𝐇𝐈𝐋𝐄, ɪᴛᴏꜱʜɪ ꜱɪʙʟɪɴɢTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang