Broken Heart💔 Part 2

374 20 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم


Sebulan kemudian...

Ternyata cuti melahirkan dari kegiatan Persit itu sedikit membosankan. Aku yang terbiasa sibuk di keorganisasian Ranting Persit dan kompi merasa sangat sendirian hanya berada di dalam rumah setiap hari, walaupun sesekali mengunjungi rumah tetangga untuk datang saat undangan makan bersama yaa paling lama hanya sejam saja karena bayiku masih rentan dengan lingkungan luar.

Bahagianya saat jadwal posyandu tiba, aku bisa bertemu kembali dengan ibu - ibu kompi dan bertukar informasi seputar kegiatan Persit selama aku cuti. Rasanya tidak sabar lagi untuk bisa aktif berkegiatan seperti biasanya.

"Hari ini jadwal posyandu jam 8.00 ya Sayang, nanti Mas jemput aja ya!" ucap suamiku saat ia bersiap untuk apel pagi.

"Emang Mas longgar pagi ini? Nggak papa kalo aku jalan kaki aja sama Bu Arif." sahutku padanya. Lagipula lokasi posyandu di samping klinik Mayon tidak jauh dari rumah.

"Eh... ini perdana Ahmad mau timbang dan imunisasi jadi Ayah harus temani. Iya kan Dek?" Jawabnya sambil mengusap pipi Ahmad yang saat ini makin bulat. "Kira-kira BB mu naik berapa ya Dek? Ayah penasaran, ini pipi kok jadi kayak bakpao ya. Hehehe... " tawanya geli disambut dengan senyum manis Ahmad.

"Pasti banyak naiknya itu, Yah. Wes ndang berangkat sana keburu apel." aku menghampirinya di kamar dan menyiapkan Ahmad untuk mandi pagi.

"Oke... berangkat dulu ya, Nak. Nanti jam 8.00 Ayah jemput, assalamu'alaikum!"

Aku mencium punggung tangannya dan ia segera pergi dengan Vario hitamnya.

"Mandi dulu ya Sayang! Hmmm kecutnya anak Mama, hehe... "

Ahmad pun tersenyum dan sedikit terkekeh.

Di Posyandu Melati.

"Alhamdulillah ya, Bu Aji. Adek Ahmad BB nya 5,2 kg sekarang. Waaah... naiknya 1,5 kg dalam sebulan ini. Tetep lanjut ASI kan, Bu?" ucap seorang Kader Posyandu setelah menimbang bayi Ahmad.

"Masyaa Allah, alhamdulillah Bu... Saya optimis hanya ASI saja ini." jawabku penuh bangga. Yaa... sebagai new mom, aku sangat percaya diri untuk bisa memberikan anak pertamaku yang terbaik. Tentu saja hanya ASI sampai usianya 6 bulan nanti.

"Bagus, Bu. Semangat meng-ASI-hinya yaa! Silahkan lanjut mengantre di dalam ruang imunisasi ya, Bu." balasnya lagi sambil menyodorkan buku pink KIA.

"Baik, terima kasih ya Bu Agus!"

Aku pun masuk ke dalam ruangan kecil yang masih bersebelahan dengan klinik KSA, tempat suamiku bekerja. Mungkin sekitar 5x3 meter yang dibagi dua dengan pembatas tirai di tengahnya. Sisi kanan untuk ruang imunisasi dan sisi kirinya untuk ruang pemeriksaan kehamilan. Sangat sederhana ya! Tapi walaupun kecil tempatnya, kami tidak pernah berdesakan saat mengantre. Semua begitu patuh dan teratur menunggu giliran sesuai nama yang disebutkan, juga para nakes yang bertugas selalu datang tepat waktu jadi kami tidak perlu menunggu lama untuk pemeriksaan dan imunisasi.

Posyandu dimulai jam 8.00 sampai 11.30 WIT. Peserta yang terdaftar adalah para ibu dari kompi Markas, kompi A, kompi B, kompi C (yang berada di luar batalyon) dan kompi Bant. Banyak kan! Tapi tetap bisa terselesaikan tepat waktu lho! So awesome...

Kini giliran bayi Ahmad yang akan disuntik vaksin BCG di lengan kanannya sebagai pencegahan diri dari kuman Tuberculosis. Walaupun aku juga seorang perawat, aku tetap merasakan cemas di saat seperti ini. "Sakit sedikit ya, dek!" bisikku pada Ahmad. Dan setelah jarum keluar dari kulitnya, Ahmad baru menangis kencang.

"Bu, nanti bekas suntikannya jangan dikompres ya! Biarkan saja karena nanti akan menghasilkan tanda di kulitnya Adek. Insyaa Allah tidak sakit kok!" jelas petugas yang mengenakan baju serba putih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang