32. Si Duda dan Keteledorannya

2.8K 482 90
                                    

SOREEEE SEMUAAA
🔞
.
.
.

Beberapa waktu belakangan, Jerry dan Kalya jarang memiliki waktu berdua. Bukan tanpa alasan, keduanya memang sengaja lebih berfokus pada kesehatan Aya. Bahkan di telepon, pembahasan mereka seputar masalah anak-anak. Kalya benar-benar mengurungkan niatnya berhenti mengajar sampai Aya dan Ansha lulus. Jerry senang mendengar kekasihnya mengambil keputusan tersebut, dia jadi lebih tenang sekalipun sedang tidak di sisi anak-anak karena ada Kalya yang mengajar sekaligus menjaga kedua putrinya. Tapi, bukan hanya Aya dan Ansha yang membutuhkan perhatian Kalya, ada lelaki berstatus duda yang merupakan papa dari anak-anak tersebut yaitu, Jerry Bratama Yuda. Fokus pada Aya, tak membuat Jerry lupa akan rindunya pada sang kekasih. Setelah pekerjaannya selesai, Jerry mengirimkan pesan pada Kalya, bertanya apakah wanita itu ada di rumah atau tidak. Jerry ingin bertemu, membayar rindunya pada Kalya.

Kalya❤️ : Iya, aku di rumah

Kalya❤️ : Baru aja pulang dari rumah kamu habis ngajar anak-anak, sempet kongkow juga

Kalya❤️ : Kamu mau ke sini? Kalau iya sekalian beliin sosis, aku bikinin nasi goreng biar kita makan malam bareng

Dokter tampan itu mendadak bersemangat. Jerry bergegas pergi ke rumah Kalya dan membeli apa yang wanitanya minta. Tiba di rumah Kalya, Jerry mengetuk pintu. “Bentar Mas!” Tak lama pintu terbuka, menampilkan Kalya yang mengenakan kaos putih dan celana pendek. Jerry tersenyum. Betapa senang hatinya tiap kali melihat wajah Kalya. “Titipan aku mana?”

Jerry berubah cemberut. “Aku sedih lho Sayang. Bukannya disuruh masuk atau ditanyain kabar malah nanya titipan.”

Kalya terkekeh. “Lupa. Ayo masuk.” Tanpa ragu, Kalya merangkul kekasihnya, membawa Jerry masuk ke dalam.

“Gak ada siapa-siapa emang di rumah?”

Jerry celingukan, kediaman Kalya nampak sepi. Tidak seperti biasanya.

“Iya. Raihan di kos temennya, Mama nginap di rumah Bibi, Papa di luar kota ngurusin kerjaan.” Kalya melepaskan rangkulannya begitu sampai dapur. “Sosisnya mana?”

Jerry tiba-tiba memegang resletingnya.

“Mas mau ngapain?!”

“Sosis, 'kan?”

“Ih gak jelas!” Pipi Kalya mendadak memanas. Tak habis pikir Kalya dengan candaan dewasa kekasihnya. Bisa-bisanya Jerry bercanda seperti itu.

Jerry tertawa melihat ekspresi Kalya. “Bercanda Sayang. Lagian mana ada punyaku sosis, ini lebih gede dari sosis. Kamu tau sendiri, 'kan?”

“Mas aku tonjok ya kamu?!”

“Aduh takut ditonjok Kalya.”

“Ish nyebelin.” Kalya merebut kantung plastik yang berada di tangan Jerry. “Aku masak dulu. Kamu mau ngapain terserah. Mau minum tinggal ambil, mau–”

“Cium?”

Kalya mendelik. “Gak. Aku goreng bibir kamu di teflon.”

Lagi-lagi Jerry tertawa melihat betapa galaknya Kalya. Lelaki itu berjalan ke arah kulkas dan mengambil minuman bersoda dari sana. “Jangan pedes-pedes masaknya, kasih sayur yang banyak, inget perut kamu sensitif.” Jerry berpesan sebelum menenggak minumnya.

“Liat siapa yang ngomong? Yang makannya sering telat, sering minum soda, kopi.”

“Dan makan mie.” Jerry menyahut.

“Awas ya Mas kalau kamu sampai jatuh sakit. Aku gak mau jenguk.”

“Ya ngapain jenguk? Kan kamu nanti yang ngurus aku, kamu calon istri aku.” Jerry menghampiri Kalya yang sedang memotong-motong sosis dan sayuran. Lelaki itu bersandar pada tembok agar bisa melihat jelas wajah Kalya dari depan. “Ibu mau ketemu kamu tau Kal.”

BAD JERRY [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang