Kini mala sudah sadar, dan langsung dipulangkan, sebenarnya zira, alisya, dan nenek, mau menanyakan hal tadi yang disampaikan dokter, kepada mala, tapi mereka tidak egois, jadi mala harus istirahat terlebih dahulu.
"Mala kamu istirahat yang cukup ya, ntar kalo butuh bantuan ngomong aja ya"
"Iya nek, makasih, mala permisi"
Mala memasuki kamarnya, juga menutup pintunya, dirinya duduk disofa, memikirkan hal tadi, dia aneh saja, tadi rakha peduli kepada dirinya, sekarang ia dibiarkan saja oleh rakha, atas perlakuan chelsea kepada dirinya.
Mala sedikit kecewa, dia sudah berharap besar, bahwa rakha akan tulus menganggap dia sebagai istrinya, tapi nyatanya?
..........
Mala masih sedikit pusing, akibat benturan saat pingsan, dirinya merebahkan tubuhnya di sofa, sambil menatap langit², kenapa tidak dikasur saja?
Ingat kan, rakha tidak memperbolehkan Mala untuk tidur dikasur?
Mala tidak tau, dirinya harus bagaimana lagi, susah untuk menaklukkan hati rakha, jika tidak ada chelsea mungkin Mala bisa.
Tok... Tok.... Tok
"Masuk"
"Ini nyonya, saya buatkan bubur untuk anda"
"Makasih,saya jadi ngerepotin bibi"
"Ini sudah kewajiban saya nyonya, yaudah saya permisi"
"Makasih sekali lagi bi"
"Sama sama nya"
Mala tidak langsung memakannya, dirinya benar benar tidak nafsu sekarang, yang dipikirannya adalah rakha, dan rasa kecewa nya.
Sampai pintu kamarnya terbuka, Mala masih menatap ke depan dengan arah kosong, pria itu heran dengan Mala, yang sedari tadi melamun.
Rakha masuk begitu saja, dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur, tanpa menanyakan kabar Mala.
Mala yang tadi melamun, kini tersadar, pandangan Mala beralih ke rakha, melihat rakha langsung merebahkan saja, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun ke dirinya.
Mala masih sedikit kecewa, jadi ia tidak berlama lama di kamar, dia menuju pintu keluar, tidak memikirkan kakinya yang sedikit sakit, Mala terus berjalan, sampai bi indah melihat Mala berjalan, padahal kakinya belum sembuh.
"Nyonya Mala mau kemana? Kan nyonya belum sembuh kakinya, kalo mau perlu apa², biar saya aja "
"Nggak papa kok bi, saya mau menghirup udara segar aja di taman"
"Saya bantu ya nya"
"Nggak usah bi!, biar saya sendiri saja"
"Tapi nyonya baik² aja kan? "Mala mengangguk
" yaudah saya permisi"
Mala menuju ke taman, tanaman yang begitu indah, udara disana pun segar, juga sepi, itu hal yang membuat Mala nyaman, berada ditempat sepi, karena itu sedikit menyembuhkan luka dihatinya.
"Harusnya aku menolak keras, untuk perjodohan ini, aku menyesal" dirinya benar-benar menyesal, namun takdir sudah menetapkan, mau gimana lagi, dia tidak bisa bertindak apapun, apalagi ini soal pernikahan, tidak mudah untuk berpisah, karena mala tidak ingin jika bercerai dirinya harus menikah lagi, mala ingin dipernikanya yang satu ini bisa kekal.
Dirinya mengingat kembali, sejak dia di bandung, disana dia mendapatkan kehangatan, bukan kekerasan, setiap hari selalu tertawa, bukan kesedihan.
Dia ingin kembali kesana, dirinya ingin manja lagi disana, memang Mala itu gadis yang manja saat disana, keluarga nya pun sangat menyayanginya, dia juga rindu kepada sahabat sahabatnya, yang selalu membuatnya tertawa, dengan lelucon yang mereka keluarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terluka (Rakmal)
General Fiction"mau sampai kapan kamu kayak gini?, kapan kamu bisa cinta sama aku? " ∘∘∘∘∘ "Tidak akan pernah, gue nggak bakal cinta sama lo, dan lo nggak usah ngarep, kita hanya dijodohkan TITIK. " ∘∘∘∘∘ "aku akan berusaha!" ∘∘∘∘∘ "Per.cu.ma" °°°°°°°°°°° Laki lak...