JINGGA JINGGA MIMPI - BAB III ( LILY )

2.6K 7 10
  • Didedikasikan kepada Annisa P. Cinderakasih
                                    

BAB III

                Sia-sia. Entah sudah berapa kali aku mencoba untuk bangkit, namun sia-sia. Jangankan untuk bangkit, sekedar untuk menggerakan tubuh ini saja aku tidak kuasa. Aku mencoba mengingat-ingat, di mana ini. Aku masih mencoba untuk itu, tapi aku tidak bisa. Aku mencoba mengatur posisiku. Aku sekarang tengkurap dengan tangan kanan berada di bawah dadaku, dan tangan kiri lurus berada di samping pinggangku. Mungkin tangan kanan itulah yang membuat dadaku sedikit sakit dan nafasku naik-turun agak tidak terarur, bisa dibilang sedikit berat. Kepalaku kini terasa tidak nyaman, sedikit pening mungkin.

              Aku mencoba memindahkan tangan kananku untuk membuat nafasku menjadi teratur dan menghilangkan rasa sakit di dada, tetapi lagi, aku tak kuasa melakukanya. Ada sesuatu yang aneh dengan tubuhku. Sesuatu yang tidak biasa. Aku kehilangan kekuatan untuk mengendalikan tubuhku sendiri. Ada sesuatu yang salah, dan aku tidak tahu apa itu. Apakah mimpi itu? Apakah mimpi itu yang melakukan semua ini kepadaku? Mengambil alih pikiranku, menguasainya dan tidak membiarkan pikiranku bebas untuk mengendalikan tubuhku. Yah, sepertinya benar. Nyatanya, aku tidak bisa mengendalikan tubuhku, namun aku bisa untuk mengingat mimpi itu dengan baik. Mimpi yang mau tidak mau mengingatkanku pada kehidupan kami lima belas tahun yang lalu.

***

             Hari-hari setelah ayah meninggal, untuk beberapa hari berasa kelabu. Sangat kelabu, bahkan bisa disebut hitam bagi kami semua. Setiap orang dari kami, memiliki alasan masing-masing atas kelabunya hari-hari tersebut.

                                                                         *

            Ibuku, selama mungkin seminggu semenjak ayah meninggal, tak sekalipun terlihat matanya bercahaya, bebas dari sembab. Selalu sembab. Di tanganya, sebuah sapu tangan tidak akan pernah terlepas. Ibu sering duduk di depan rumah dengan tatapan kosong. Hanya duduk saja. Jika pada saat ayah masih hidup, ibu sering duduk seperti itu mengamati orang-orang dan kendaraan yang berlalu lalang di jalan, maka saat ini tatapan ibu kosong. Terlihat sama sekali tidak berniat untuk memperhatikan apa yang lalu lalang di jalan. Bahkan kadang malah ibu yang di amati oleh orang-orang yang lalu lalang itu. Orang-orang yang mengenal ibu, akan berhenti sejenak, atau paling tidak akan memandang ibu untuk beberapa saat. Entahlah apa yang ada di pikiran mereka. Mungkin mereka merasa iba. Iba atas nasib buruk yang dialami ibuku.

               Bagaimanapun juga, orang-orang itu akan lebih mempermasalahkan tentang ibu yang akan menjadi tulang punggung keluarga daripada permasalahan ibu ditinggal oleh suaminya, orang yang dicintainya. Mereka iba karena ibu yang masih berusia cukup muda, tiga puluh Sembilan tahun, kini harus menanggung empat anaknya yang masih belum bisa hidup sendiri. Hal lain yang akan memberatkan ibu adalah fakta bahwa ibu bukanlah seorang wanita pekerja. Ibu adalah wanita rumahan, seorang ibu rumah tangga sejati. Ibu memang seorang yang giat bekerja. Memasak, mencuci, mengurus anak-anak, dia lakukan sendiri. Sebenarnya, keluarga kami sebelum ayah meninggal lebih dari mampu untuk memperkerjakan pembantu. Ayah pernah beberapa kali mengemukakan gagasan ini kepada ibu.

               Pada suatu siang di hari yang cerah sebelum ayah jatuh sakit, ayah pulang dan mendapati di samping halaman rumah terdapat banyak sekali jemuran. Yah, hal ini dapat dimaklumi karena memang anggota keluarga kami enam orang dan fakta lain bahwa ayahku sering membeli pakaian untuk anak-anaknya dan juga ibu. Sering, sehingga masing-masing dari kami memiliki baju yang cukup banyak. Dan di rumahku hanya ada satu orang yang melakukan pekerjaan mencuci untuk pakaian sebanyak itu : ibu. Ayah menyadari hal ini, dan menghampiri ibu yang berada di dapur.

“Masak apa Bu?” Ayah bertanya yang rupanya sedikit mengejutkan ibu.

“ Lhoh, Bapak sudah pulang?”

JINGGA JINGGA MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang