Happy Reading!
•
•
•Rafael membunyikan klakson agar para wartawan yang berkumpul di gerbang rumahnya menyingkir. Arthur Haynes, satpam di rumah keluarga Davis, segera keluar dan meneriakkan perintah pada para wartawan untuk memberi jalan.
Rafael bisa mendengar para wartawan itu menyerukan namanya dari luar mobil, beberapa dari mereka dengan berani mengetuk kaca jendelanya. Pria itu tak menggubris keramaian tersebut. Ia melajukan mobilnya memasuki rumah, membiarkan Arthur menutup gerbang depan.
Michael mengikuti ayahnya turun dari mobil. Ia berjalan di belakang sang ayah, dan langkah pemuda itu terhenti ketika netra birunya menangkap keberadaan sang ibu di ruang tamu.
Seketika, ia teringat akan cacian para murid di sekolahnya. Mereka mengolok Michael dan menyebutnya anak haram. Pemuda itu mengetatkan rahang demi menahan rasa sakit di hatinya.
Dia menurunkan pandangan, tak ingin menatap mata ibunya.
"Duduklah dulu, Michael. Kita harus bicara," ujar sang ayah.
"Aku lelah," sela Michael. Ia melanjutkan langkahnya. "Aku akan naik ke kamarku dan beristirahat sebentar."
"Micha." Mia meraih lengan putranya, menghentikan langkah pemuda itu. "Kami bisa menjelaskannya padamu."
"Kumohon, Ma," pinta Michael. "Aku ingin istirahat."
Sebelum sang ibu sempat membalas, Michael melepaskan tangan ibunya dan berjalan cepat-cepat menuju ke kamarnya yang terletak di lantai dua.
.
.Michael berubah menjadi anak yang pendiam dan tertutup. Sebagian murid masih mengoloknya. Dalam kurun waktu kurang dari satu minggu, berita itu dengan cepat melejit, bahkan beberapa kali menjadi bahan perbincangan di acara gosip televisi.
Michael menghabiskan waktunya berdiam diri di kamar, menghindari semua orang, bahkan berhenti untuk turun dan makan bersama orang tua serta adiknya. Di sekolah, ia membiarkan Trevor mengikutinya tanpa suara, membiarkan murid-murid menghujatnya tanpa ampun, dengan Chase yang masih setia membelanya.
Michael tak diperbolehkan pergi keluar rumah atas perintah sang ayah. Sahabatnya tak diperbolehkan berkunjung. Dirinya juga dilarang untuk mengunggah apa pun ke sosial media, termasuk melakukan perekaman video untuk akun streaming-nya.
Michael hampir keluar dari gerbang sekolah ketika seseorang menarik lengannya dan membawa pemuda itu menjauh. Dia reflek memberontak karena kaget. Orang itu memakaikan sebuah topi ke kepala Michael, sebuah tangan menahan kepalanya agar tetap tertunduk.
"Shhh! Michael! Ini aku," orang itu mendesis pelan.
Michael pun mendongak, dan seketika berhenti memberontak begitu ia mengenali pria tersebut. "Dexter?" gumamnya. Pria paruh baya itu tersenyum kecil, lalu membawa Michael meninggalkan area sekolah. "Apa yang kau lakukan?"
"Ikutlah denganku."
Pemuda itu menahan diri, membuat Dexter mengernyit bingung. "Aku tidak bisa," gumam Michael. "Dad melarangku untuk pergi ke mana-mana. Dia mengharuskanku agar segera pulang ke rumah setelah sekolah."
"Dan kau akan mematuhinya begitu saja?"
Michael terdiam, lalu menjawab, "Ya."
"Aku janji ini tak akan memakan waktu lama," Dexter berusaha membujuk. "Aku hanya perlu berbincang sedikit denganmu. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang."
"Dexter--"
"Kumohon?" potong Dexter. Ia lalu melirik ke arah sopir Michael yang tengah berdiri di samping mobil, menanti kedatangan sang majikan. "Hanya sebentar. Aku berjanji. Ya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/312979910-288-k615622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Of The Past [END]
Teen Fiction⚠️ BUDAYAKAN FOLLOW DAN TINGGALKAN VOTE SEBELUM MEMBACA ⚠️ ㅤㅤ [ BOOK TWO OF TWISTED FATE ] ㅤㅤ Semua orang menyukai Michael Davis. Ia pemuda yang ramah pada setiap orang yang ditemuinya, merupakan salah satu murid cerdas di sekolahnya, dan memiliki s...