1

848K 10.6K 234
                                    


Zora adalah mahasiswa berprestasi dan selalu mengikuti kegiatan organisasi di kampusnya. Tidak heran namanya dikenal hampir seluruh fakultas hingga para dosen.

Memasuki semester 6, Zora sudah hampir menyelesaikan skripsinya kalau saja dosen pembimbingnya tidak mengalami stroke. Pak Gunawan salah satu dosen tertua di fakultasnya dan beliau juga adalah dosen pembimbing skripsinya.

Pak Gunawan dinyatakan pensiun secara mendadak karena kesehatannya. Niat Zora untuk lulus hanya 3,5 tahun pupus sudah, sebab dosen pembimbing skripsinya kali ini berbeda dengan Pak Gunawan yang tidak susah ditemui dan dihubungi.

Arvin, namanya. Dosen penggantinya itu selalu sulit dihubungi, bahkan pesan Zora beberapa hari ke depan baru dibalas olehnya. Dosen seperti Arvin ini sangat dihindari mahasiswa, karena seolah dosen itu memperlama skripsinya serta kelulusannya.

Sembari menunggu Arvin datang, Zora memasuki toilet terlebih dahulu. Untung saja Arvin sedang ada di kampus dan bisa ditemui. Gadis itu meringis saat melihat bibirnya memerah akibat memakan baso ditambahkan cabe yang banyak. Tanganya mengambil ponselnya saat bunyi notifikasi.

Amora: Mana cepet kirim foto dada, beb!

Zora berdecak. Ia kira teman-temannya melupakan hukuman permainan truth or dare dan Zora terkena dare yang mengharuskan gadis itu memfoto dada telanjangnya.

Aneh. Memang. Zora bukanlah gadis baik-baik, ia seringkali mendatangi club, party. Berpakaian seksi hal yang biasa bagi gadis itu, sampai teman-temannya sering menanyakan lekuk tubuhnya yang indah terutama bagian dadanya yang berukuran sempurna bagi para wanita, tidak besar dan tidak kecil.

Maka dari itu, kini teman-temannya ingin melihat secara langsung dada Zora tidak tertutup apapun. Karena salah satu temannya tidak percaya Zora mempunyai dada yang sempurna dengan tubuh ramping dan kecil. Bahkan ada yang menanyakan apakah Zora memakai implan atau tidak.

Mau tidak mau gadis itu membuka satu persatu kancing kemejanya, sebelum itu ia memasuki bilik toilet terlebih dahulu. Mengangkat bra hitamnya hingga menampilkan kedua gundukan bulat sempurna.

Zora menyalakan kamera dan menjepret dirinya yang hanya memfoto bagian dadanya saja. Sehabis itu ia kembali memakai pakaiannya dan mengirim foto nudenya kepada temannya, bersamaan dengan ia mengirim fotonya ada pesan dari Arvin yang menyuruhnya datang ke ruangannya. Segera Zora berjalan menuju ruang dosen pembimbingnya itu.

"Selamat siang, Pak Arvin," ucap Zora sesudah memasuki ruang dosennya.

Zora melangkah mendekat saat Arvin tidak menanggapinya, gadis itu kira dosennya tidak sadar saat ia sudah masuk ke ruangannya tadi. Karena Arvin terlihat sangat fokus pada ponselnya dengan kedua alis berkerut.

Saat Zora mendekat, hingga tidak sengaja melihat layar ponsel Arvin, matanya membulat sempurna apa yang terlihat di layar tersebut. Arvin yang menyadari Zora mengintip layar ponselnya pun menoleh dan menatap tajam mahasiswa bimbingannya.

"Bisa kamu jelaskan foto ini?" tanya Arvin dengan nada tajam.

"S-saya...tidak sengaja kirim ke bapak, seharusnya foto itu dikirim ke t-teman saya..." jawab Zora gugup.

Arvin menghela nafasnya. "Duduk," pintahnya.

Zora dengan ragu duduk di hadapan Arvin. Kedua tanganya bertaut, keringat mulai muncul. Di hadapannya Arvin hanya diam dan menatapnya bagai mangsa.

"Saya kira kamu mahasiswa baik-baik."

Zora menduduk, tidak berani menatap dosennya.

"Kamu bisa diskors telah mengirim foto pornography kepada dosen, bahkan bisa drop out."

Hot LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang