17

236K 6.8K 749
                                    


Arvin tidak percaya apa yang dilihatnya sekarang. Bahkan tidak menyadari posisinya dengan Zora sangat intim sekarang.

"Mama tunggu di luar," ucap Melinda—mama Arvin dengan tegas setelah melihat kegiatan senonoh anaknya.

Zora dengan cepat bangkit dan membenarkan baju serta roknya, begitu juga dengan Arvin. Pria itu masih terdiam blank, jantungnya berdetak cepat. Bagaimana bisa Melinda beradari di sini?!

"Mas, kamu aja yang jelasin," ucap Zora gelisah. Apalagi saat melihat tatapan mama Arvin tadi begitu tajam kepadanya.

"Kenapa? Mama aku nggak gigit."

"Jangan bercanda!" decak sebal Zora.

"Ayo." Arvin memegang tangan Zora.

Wanita itu menggeleng takut. "Aku takut!"

"Gapapa. Mama udah tau kamu kok," jawabnya menenangkan.

Mata Zora melebar. "Serius?!"

Arvin mengangguk. Keduanya pun melangkah keluar ruang perpustakaan menuju ruang keluarga.

"Serius kan mama kamu tau aku? Kamu nggak bohong kan?" Zora bertanya kembali.

Arvin menghela nafas pelan. "Iya, sayang. Tenang aja ya." Seraya mengelus kepala Zora pelan.

Saat sudah di ruang keluarga, Arvin berdeham pelan. Melinda yang tadi melamun menatap jendela menoleh menatap anaknya serta wanita di sampingnya.

Melinda diam saja menatap Arvin yang menuntun Zora untuk duduk di sampingnya sembari menggengam tanganya erat.

Keadaan hening. Melinda menunggu anaknya berbicara. Arvin yang terlihat gugup pun mencoba menghembuskan nafasnya perlahan.

"Mama." Arvin mengeluarkan suara. "Sebelumnya aku udah cerita bukan mengenai wanita yang aku cintai?"

Melinda menangguk. Tiga tahun belakangan ini memang sikap Arvin terkesan dingin walau sebenarnya memang dingin namun kepada orang tuanya tidak sedingin itu.

Akhirnya Arvin bercerita setelah Melinda memaksanya untuk bicara mengapa sikapnya berbeda. Arvin mengatakan bahwa wanita yang ia cintai sudah pergi, meninggalkannya tanpa kabar. Hidupnya jadi berantakan dan tidak mempunyai tujuan kedepannya. Hanya yang dipirkan Arvin, Zora kembali padanya saat itu.

Hanya itu saja yang Arvin katakan padanya. Ternyata wanita yang anaknya cintai sudah ada di hadapannya. Melinda bingung, wanita itu kenapa kembali lagi setelah membuat anaknya berubah dulu.

"Kalian sudah sejauh apa?" Melinda membuka suara, bertanya pada keduanya. Sebab apa yang dilihatnya tadi pasti anaknya sudah melakukan sesuatu yang diluar batas.

"Aku dan Zora sudah melakukan hubungan intim," jujur Arvin. Tidak bisa mengelaknya.

Melinda terlihat menghela nafas. Ia tidak tahu tabitat Arvin sebelum bertemu Zora padahal suka sekali bermain banyak wanita.

"Karna itu kamu mau cepat menikahi Zora?" tanya Melinda pada Arvin. Kemarin Arvin memberinya pesan bahwa ia sedang mau menikah.

Arvin mengangguk. "Itu salah satunya. Tapi ada hal yang lain mengharuskan kita menikah secepatnya."

"Hal lain?" tanya Melinda.

Gengaman tangan Arvin kian erat. Arvin bisa merasakan tangan Zora gemetar kecil. Wanita itu terlihat gelisah dan takut. Arvin menatap Zora sejenak, menenangkan wanita itu. Seolah mengatakan semua akan baik-baik saja.

Arvin kembali menatap mamanya dengan serius. Dengan satu tarikan nafas, Arvin mengatakan yang sejujurnya. "Anak. Aku udah punya anak bersama Zora. Karna itu kita harus menikah secepatnya."

Hot LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang