5

546K 7.4K 133
                                    



Sudah seminggu lebih Zora tidak bertemu atau berkomunikasi dengan Arvin. Zora beberapa kali menghubungi dosennya itu untuk bimbingan skripsi pun tidak ada respon, selain itu juga sebenarnya Zora merindukan sosok Arvin.

"Gue baru inget deh mau nanyain pas gue dateng minggu lalu ke rumah lo dan lo baru pulang tapi gue enggak sengaja liat ada bercak keunguan di leher lo itu? Lo udah punya cowok diem-diem? Parah ya lo enggak cerita!"

Baru saja Zora menduduki kurisnya di kantin, Wilona sudah menyerbunya dengan pertanyaan yang membuat Zora sontak menutupi lehernya dengan rambut.

"Apaansih, salah liat kali. Eh mau pesen apa nih?" jawab Zora mengahlihkan pembicaraan.

"Ck, jangan ngalihin deh. Lo udah punya pacar kan?" tanya Wilona.

"Enggak!" Zora tidak tahu kenapa ia menjadi gugup.

"Lo salah liat kali, Wil. Siapa tau itu Zora lagi memar di lehernya atau habis digigit nyamuk," seru Amora.

"Nyamuk besar maksud lo?" Wilona memutar matanya. "Keliatan jelas kalau itu kissmark! Lagian gue cuman nanya ke Zora dia udah punya doi? Kalau iya ya bagus karena udah moveon dari mantannya yang brengsek itu!" Wilona menjadi kesal sendiri.

"Gue habis pijet kemarin!" spontan Zora mengucapkannya.

Wilona terlihat ragu dengan jawaban Zora. Zora berdecak. Memikirkan hal yang membuat temannya itu yakin lagi. "Waktu itu salah bantal. Leher gue enggak bisa noleh. Udah deh jangan mikir kejauhan. Kalau gue punya pacar juga pasti gue kasuh tau kok. Kalian tau kan, gue lagi fokus sama skripsi dulu."

Untung saja Zora mengatakannya dengan lacar dan meyakinkan kedua temannya termasuk Wilona yang sedari tadi keras kepala menanyakan terus.

"Tuh Wil, makanya jangan nuduh dulu!" seru Amora.

"Iya. Gue minta maaf banget ya beb!" Wilona tersenyum dan memeluk Zora. Zora pun membalas.

Berselang beberapa menit mereka menunggu makanan belum datang juga, Zora memutuskan untuk bangkit dan menanyakan makanannya yang belum datang juga.

Saat Zora kembali dengan kedua tangan membawa nampan, Amora langsung berceletuk yang membuat Zora hampir menjatuhkan nampannya.

"Ra, lo ada hubungan apa sama Pak Arvin?" celetuk Amora.

"Eh, eh, hati-hati!" Sigap Wilona memegang nampan Zora yang hampir jatuh.

"Loh? Kok lo nanya gitu, Mor?" Wilona juga bingung.

Amora menunjukan dengan matanya ke arah ponsel Zora yang tergeletak di meja. "Gue tadi liat ada pesan masuk dari Pak Arvin."

"Hah?!" pekik Zora kencang hingga beberapa pasang mata menoleh ke meja mereka.

Saat Wilona ingin meraih ponsel Zora untuk melihat pesan yang Amora katakan, Zora dengan cepat pun mengambil ponselnya.

"Emang apasih pesannya? Gue mau liat dong."

"Enggak!" panik Zora

Pikiran Zora berkecamuk. Apakah Arvin memberikannya pesan yang aneh-aneh? hingga membuat Amora menanyakan ada hubungan dengan dosen itu?! Zora meremas tangannya di bawah meja.

"Kenapa lo ketakutan gitu?" tanya Wilona. "Gue kan kepo, emang apa isinya sih, Mor?"

Amora yang diam saja sedari tadi karena sibuk menyantap basonya. "Ohh, itu Pak Arvin bilang kalung Zora ketinggalan di rumahnya."

Hot LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang