Tanda Tangan

201 21 4
                                    

Training camp tim voli nasional Jepang hari ini terlihat begitu intens. Semua orang bersemangat mengikuti latihan. Suara decit dari sepatu, teriakan semangat, suara pukulan yang nyaring, bola memantul kesana dan kemari, orang-orang sungguh sibuk hari ini.

"Ishikawa! Ada apa denganmu hari ini?! Sesi one on one sudahi saja, pergi ke bangku dan tenangkan pikiranmu. Takahashi Kentaro! Gantikan Ishikawa!" Teriak pelatih dari sudut ruangan.

Yuki tercekat mendengar pelatihnya berbicara, tanpa kata dan suara, ia berjalan dengan lesu menuju bangku untuk beristirahat.

Otake datang menghampiri Yuki duduk disebelahnya, "Ki lo mikirin apaan sih?! Sumpah ya, baru kali ini gue liat lo gak semangat latihan."

Yuki acuh mendengarkan celotehan Otake sambil meminum air mineralnya. Yuki menutup matanya sekejap sambil berusaha mengatur napasnya dengan baik. Pikirannya kini sedang tidak karuan. Botol air mineral tersebut seketika remuk dan menciut, Yuki menggenggam dengan erat, melampiaskan amarah dan kekecewaannya pada dirinya sendiri.

Otake menepuk bahu Yuki berulang-ulang, berusaha untuk memberikan dukungan dan menenangkannya, "Cerita sama gue apa yang bikin lo bersikap kayak gini? Masa lo mau latihan kayak gini terus si Ki?"

Yuki membuka matanya perlahan, wajahnya menengadah, ia menatap langit-langit ruangan tersebut, "Ini konyol banget, tapi anehnya gue kepikiran terus."

Otake ikut terdiam sejenak, mencoba menerka apa yang temannya ini pikirkan. Kira-kira hal apa yang membuatnya hingga tidak bersemangat latihan hari ini?

Jangan-jangan...

"Ki! Yang bener aja lo kepikiran Viola?"

Yuki masih asik menatap langit-langit, namun satu tangannya mengepal dengan kuat, memukul pahanya berulang, "Kazuha emang brengsek."

Otake melirik Yuki, mulutnya terbuka lebar tidak percaya akan apa yang dikatakan temannya itu, "Wah gila, lo beneran naksir sama dia ya?"

Yuki diam tidak menjawab, Otake terkekeh melihat respon Yuki, "soal itu...Gue nanya Kazuha waktu itu karena Mika minta tolong ke gue, Ki. Sorry kalau lo mendengar jawaban yang gak sesuai ekspektasi lo. Gue juga gak nyangka jawabannya dia ninggalin Viola yang katanya mereka lagi ngedate hari itu karena mantannya telepon dan minta ketemu. Eh malam itu juga balikan."

Otake memukul lengan Yuki, "Lo kalau kesel jangan ke gue dong! Tonjok aja tuh si Kazuha sekalian."

Yuki masih terdiam juga, namun tatapannya beralih ke temannya ini, "Gue gak kesel ya."

Otake terkekeh, "Nggak usah ngeles deh."

Yuki pun beranjak dari duduknya sudut pandangnya beralih menuju Masahiro Yanagida yang sedang membantu membereskan perlengkapan. Yuki meninggalkan Otake yang masih terduduk dengan bingung, "Ki! Mau kemana lo!?" Teriaknya.

"Mau minta tanda tangan Masa san!"

~

Langit malam saat ini begitu cerah dan dipenuhi dengan bintang-bintang yang berkilauan. Setelah melewati beberapa minggu yang melelahkan dalam training camp, Yuki akhirnya kembali ke asrama. Namun, semangatnya sedikit meredup saat ia menyadari bahwa sebagian besar teman-temannya masih tinggal di lapangan latihan untuk sesi terakhir mereka. Dengan perasaan campur aduk, ia memutuskan untuk menyendiri sejenak di lounge untuk merenung.

Saat Yuki duduk sendirian, ia memutuskan untuk menonton ulang rekaman pertandingan voli terakhir. Akan tetapi, pandangannya tiba-tiba tertangkap oleh siluet yang duduk di sudut ruangan. Hatinya berdebar kencang saat ia menyadari bahwa itu adalah Viola, adik tingkat yang saat ini menjadi 'temannya' karena insiden menggemparkan semester lalu. Yuki juga tahu kalau Viola memiliki obsesi besar pada Masa, si pangeran voli kepunyaan Jepang itu. Dengan perasaan campur aduk antara senang dan gugup, Yuki melangkah mendekati Viola.

"Viola!" serunya dengan suara penuh semangat.

Viola mengangkat kepalanya dengan senyuman cerah begitu ia melihat Yuki mendekat. Keduanya saling bertukar senyum dan akhirnya duduk bersama di sofa yang nyaman.

Waktu berlalu dalam keheningan yang nyaman, keduanya menikmati kehadiran satu sama lain. Namun, keberanian Yuki akhirnya mengatasi ketidakpastiannya. Dengan wajah yang memerah, ia merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah kertas berlipat.

"Ini... buat lo," ucap Yuki, seraya menyerahkan kertas itu kepada Viola.

Viola menerima kertas itu dengan pandangan bingung. Saat ia membukanya, matanya melebar terkejut. Ternyata, itu adalah tanda tangan Masa, pemain voli yang menjadi idola Viola.

"Ini... ini tanda tangan Masa?" tanyanya tidak percaya.

Yuki mengangguk sambil tersenyum. "Lo suka kan sama Masa san?"

Viola sangat sumringah dan terlihat bahagia sekali,"Jelas lah! Gue fans berat dia Yuki senshu!"

"Ini beneran buat gue? Dalam rangka apa?" Viola menatap Yuki dengan heran. Yuki tersenyum simpul, "Nggak ada intensi apapun, beneran."

Namun, di balik tindakan sederhana itu, Yuki memiliki niat yang lebih dalam. Ia ingin sesungguhnya ingin mencoba menghibur Viola yang masih (terlihat) merasa sedih karena insiden Kazuha. Apalagi, Yuki mendengar sendiri dari Viola soal perasaannya terhadap Kazuha. Yuki tahu bahwa Viola masih merasa sedih, kesal, dan sakit hati. Diam-diam, Yuki suka mendengarkan curhatan Mika kepada Otake mengenai Viola yang sering menangis karena perasaannya tidak terbalas. Terlebih lagi, akan perlakuan tidak mengenakan dari Kazuha terhadap Viola.

Oleh karena itu, Yuki ingin memberikan sedikit kebahagiaan pada temannya itu.

Viola terdiam sejenak, tatapannya beralih dari kertas tanda tangan ke wajah Yuki. Matanya berkaca-kaca, dan tiba-tiba dia merasakan campuran perasaan bahagia dan haru yang begitu mendalam.

"Terima kasih banyak! Sumpah ini beneran berarti buat gue," kata Viola dengan suara lembut, sambil menahan air mata yang hampir jatuh.

Yuki tersenyum. "Gue tahu kalau tanda tangan ini gak bisa mengubah apa yang terjadi, Viola. Tetapi, gue harap, lo merasa bahagia walau sedikit."

Vioala diam termenung mendengarkan Yuki.

Ah...ternyata Yuki tahu.

Viola perlahan ikut tersenyum, "Terima kasih, Yuki senshu. Gue bahagia kok!"

Keduanya duduk berdampingan dalam keheningan yang penuh makna. Perlahan, obrolan mereka kembali mengalir, membawa cerita dan tawa, menghapus sedikit demi sedikit kesedihan yang masih membayangi Viola.

Malam semakin larut, tetapi Yuki dan Viola masih duduk bersama di lounge, terus berbicara dan berbagi cerita. Ternyata, tanda tangan Masa hanyalah permulaan dari persahabatan yang lebih dalam di antara mereka. Yuki belajar bahwa kebaikan yang sederhana bisa memiliki dampak besar dalam mengatasi kesedihan, dan Viola menyadari bahwa di balik tanda tangan itu, tersembunyi niat tulus Yuki untuk menghiburnya.

Dalam tanda tangan itu, terkandung harapan dan semangat untuk membantu Viola melampaui kesedihannya dan merasakan kebahagiaan lagi.

Malam ini, Yuki dan Viola menemukan dukungan, persahabatan, dan mungkin saja, potensi untuk lebih dari sekadar teman.

My Second Fav (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang