1

4.6K 146 4
                                    

Romsaithong Group, perusahaan yang bergerak di bidang retail, hotel dan pembangunan properti milik pribadi keluarga bermarga Romsaithong. Mile Phakphum Romsaithong sudah menggeluti usaha tersebut dalam beberapa dekade dan dengan hasil yang memuaskan. Sekarang sudah waktunya ia lengser dari jabatannya.

Nichakoon Romsaithong, putra pertamanya telah terlatih sedari dini mengurus semua bisnisnya. Bahkan Mile tak ragu meminta sang putra menggantikan dirinya di suatu acara. Seperti saat ini, ada acara pesta namun ia harus meninjau tempat yang berbeda. Ia meminta Meen mewakili dirinya.

Meen tampak bergaul dengan beberapa petinggi penting yang hadir dalam acara tersebut. Ia sama sekali tak canggung dan menikmati pembicaraan tentang bisnis.

"Saya permisi Tuan-Tuan, silakan dilanjutkan pembicaraannya." Meen undur diri, ia berjalan menuju toilet. Dalam perjalanan, pandangannya tertuju pada pemuda yang masih mengenakan seragam universitas nya sedang asik memakan cemilan yang begitu banyak. Mulutnya saja terlihat penuh. Postur tegap namun terlihat menggemaskan. Sedang apa anak itu di tengah pesta orang dewasa.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tak lama wajah itu mendongak dan saling bersitatap satu sama lain. Matanya bersinar dengan polosnya. Tanpa menunggu persetujuan Meen segera duduk di sisi pemuda tersebut. "Hanya bosan, di dalam penuh dengan orang-orang kaku. Lebih baik di sini dan ngemil." Jawaban itu membuat Meen terkekeh.

"Lalu bagaimana bisa kau ada di acara seperti ini dengan pakaian kampus?" Sebenarnya ia bukan tipikal yang penasaran atas kehidupan orang lain. Entah mengapa Meen begitu tertarik dalam sepersekian detik pertemuan pertama. "Daddy biasanya suka ajak Ping buat kenalan sama relasi nya. Makanya Ping suka menjauh dari acara." Dari nada bicaranya yang lirih, sepertinya Ping  cukup lelah karena ini bukan dunianya.

Tak terasa keduanya mengobrol tentang banyak hal. Komunikasi mereka cukup nyambung dan terarah. Meen bisa mengimbangi sifat Ping begitu pula sebaliknya.

"Ternyata di sini kau rupanya," ujar pria paruh baya dan mungkin pasangannya yang merangkul tangannya. Meen tahu betul siapa yang ada di hadapannya. Jadi Ping adalah anak dari Tuan Phusanu dan Saran yang merupakan relasi Mile selaku ayahnya. Baik Meen maupun Ping segera berdiri.

"Oho, sayang kau lihat ini. Pantas saja putra kita selalu menolak dijodohkan, ternyata seleranya Tuan Nichakoon." Yoon membisikkan hal  itu pada Ton, tetapi masih bisa didengar oleh Meen dan Ping. Ton menanggapi dengan tersenyum, "Ping sayang, sejak kapan kalian saling mengenal? Dilihat lihat kalian cocok bersama."

Muka Ping memucat. Orang tuanya pasti mengira  mereka memiliki hubungan, padahal dia baru saja bertemu dengan Meen. Mau ditaro dimana mukanya kalau sampai mereka membahas hal yang tidak-tidak pada seseorang yang baru ia temui.

"Sepertinya ada kesalahpahaman. Aku dan Meen baru saja bertemu, kalian asal bicara." Yoon menghela nafas kecewa. "Sàwàddee kráb' Tuan Phusanu dan Tuan Saran. Maaf saya terlambat menyapa." Meen tak lupa memberi Wai pada orang tua Ping dan dibalas hal serupa.

"Kalian tampak akrab. Dad, aku setuju dia menjadi menantu kita." Ton Saran sangat menyukai kepribadian Meen dan juga latar belakang keluarganya. Yoon yang juga memiliki pemikiran sama pun juga setuju. Sementara Ping semakin merasa tidak enak. Mereka berdua tak ada habis habisnya menjodohkan dirinya. Sekarang orang asing pun ikut terseret dalam masalahnya.

"Jika diperbolehkan saya meminta waktu untuk pendekatan dengan anak Tuan?" Mata Ping terbelalak mendengar respon Meen, sementara orang tuanya tersenyum kemenangan. "Silahkan. Kalau begitu kami undur diri masuk ke dalam pesta, kalian bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin."

Ping mempoutkan bibirnya, "Kenapa kau melakukan ini? Kau tahu mereka tak akan mudah melepaskanmu." Meen yang gemas pun mengacak rambut Ping. "Apa yang kau khawatirkan? Aku tertarik dan menyukaimu lalu meminta izin mereka yang dengan mudah memberi restu."

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang