5

1.4K 92 6
                                    

Keesokan harinya Mosslhong mengajak Banky menuju rumahnya. Mereka sudah memantapkan hati apapun yang akan terjadi di sana. Sesampainya di gerbang Banky malah menahan lengan Moss kencang. Bagaimana tidak? Baru sampai gerbang saja, sudah banyak penjaga yang mengintai. Dengan penuh keyakinan Moss menggenggam tangan kekasihnya masuk ke dalam. Hal itu menambah sedikit kepercayaan dalam diri Banky.

Moss memanggil kepala pengawal. "Dia kekasihku dan lolos dari pemeriksaan tamu. Aku minta kau hormati dia seperti pasangan Bang Meen, ingat itu baik-baik." Kepala pengawal itu mengangguk patuh dan ia memberi jalan untuk mereka memasuki rumah.

"Moss, bukankah tadi sedikit berlebihan." Banky menarik lengan kekasihnya. Menurut Banky, Moss sudah terlalu over. Ia baru saja memberanikan diri untuk berkenalan dengan keluarga Moss. Namun, sudah diperlakukan seperti pasangan resmi menikah. Oh, ayolah ia tak gila hormat.

"Tak apa. Kau bisa membiasakan diri sayang. Sekarang aku akan dengan lantang mengatakan pada seluruh dunia bahwa kau kekasihku." Moss tetaplah Moss. Lelaki dengan prinsip kuat. Bahkan, Banky tak berdaya saat berdebat dengan kekasih yang usianya jauh lebih muda darinya.

Keduanya pun bergandengan tangan mesra memasuki ruang tamu. Di sana ada Apo dengan kacamatanya sedang membaca laporan harian. "Kau sudah pulang Moss?" Tampaknya Apo tak terkejut dan seperti sedang menunggu kedatangannya. Jangan bilang Apo sudah tahu latar belakang Banky yang ia bawa kemari. Seperti Apo yang mengetahui ketertarikan Nichakoon pada Krittanun. Tapi ini sudah dua tahun berjalan. Mengapa Apo membiarkannya terjadi?

"Mengapa diam saja? Kau tak mau mengenalkan seseorang yang kau bawa itu?" Apo menatap sang anak yang menatap kekasihnya. Apo tersenyum tipis, tak ada salahnya juga jika ia sedikit menggoda anak keempatnya. "Lebih baik kita bicarakan sembari duduk," Apo terlebih dahulu duduk dan mempersilakan keduanya duduk.

"Tanpa mengurangi segala hormat. Izinkan Moss mengenalkan kekasih Moss, Papo. Dia Isbanky Mondop, kami sudah menjalin hubungan selama dua tahun terakhir." Moss melihat tak ada perubahan dari gurat wajah Papo-nya. Tak ada ekspresi senang atau marah. Apo memang sedikit tersenyum tipis, ia sangat mengontrol mimik mukanya. Sehingga tak ada yang tahu bagaimana tanggapannya.

"Sàwàddee kráb' Nyonya Nattawin." Banky memberi Wai dan dibalas hal serupa oleh Apo. Terjadi keheningan dalam beberapa saat. Mereka tak melanjutkan pembicaraan karena respon Apo terbilang cukup dingin.

"Lalu apa yang kau inginkan? Membuka hubungan yang telah lama kalian sembunyikan. Apa yang kalian rencanakan? Tunangan atau menikah?" Baik Banky ataupun Moss, keduanya terdiam. Bukankah pertanyaan ini terlalu mengintimidasi. Mereka belum memikirkan sejauh itu. "Banky kau yakin bisa hidup bahagia bersama Moss?"

"Saya yakin Nyonya. Mohon maaf sebelumnya sudah menyembunyikan hubungan kami. Tak ada maksud lain, saya hanya merasa belum pantas saat itu. Sekarang semua sudah terbuka, jadi saya ingin mendapat restu Anda." Banky berusaha meyakinkan Apo sebaik mungkin.

"Jadi, bagaimana pendapatmu Papo? Kami memang belum ada pemikiran ke jenjang lebih tinggi. Tapi restumu membuat kami lebih nyaman," Mosslhong dengan tak sabar menunggu respon Apo.

Apo tak langsung menjawab. Ia membuka kacamata bacanya dan menyeruput teh di hadapannya. "Kalian sudah lama berhubungan. Lalu aku harus bersikap seperti apa. Menentang dan memisahkan kalian yang berujung panjang ke depannya. Tidak mungkin. Restuku berada di tangan kalian." Senyum merekah menghiasi bibir Moss maupun Banky. Tapi, mereka merasa Apo terlalu mudah memberi restu. Namun, tanggapannya masih dingin.

"Nak Banky, kau salah meminta restu padaku. Seharusnya kau meminta restu pada calon menantu pertama keluarga ini. Karena aku memberinya tanggung jawab untuk mengemban  urusan menantu lain di keluarga ini. Saat ini Ia sedang dalam perjalanan pulang menjemput calon suaminya."

Pernyataan Apo di luar prediksi anak dan kekasihnya.  "Bukankah itu terlalu banyak. Dia saja belum resmi menjadi bagian keluarga kita. Mengapa aku merasakan ada tindakan diskriminasi di sini?"

Apo menatap anak keempatnya yang masih mempunyai ledakan emosi dan ditenangkan oleh Banky yang usianya jauh di atas anaknya. "Kau salah paham Moss. Papo membagi rata tugas untuk semua pasangan kalian. Kesejahteraan dan kerukunan antar menantu sudah menjadi tanggung jawab Krittanun dan menghormati keputusannya adalah hal yang diperlukan."

Mosslhong tak mengerti mengapa Papo-nya begitu konvensional di era gen Z. Ia sangat memahami perbedaan karakter Apo dan Banky. Moss hanya berharap Banky tak menyerah  atas tekanan yang Apo berikan. Jiwa Banky yang bebas dengan pemahaman Apo yang rumit. Memikirkan karakter yang begitu bersebrangan membuat kepalanya ingin meledak.

"Saya terima. Anda menginginkan yang terbaik untuk kedamaian rumah ini. Saya mencintai putra Anda apa adanya, jadi syarat apapun itu saya setuju." Banky menyuarakan isi hatinya karena sejak ia memutuskan untuk mengungkap hubungan mereka. Maka, apapun yang terjadi ia akan berani mengambil sikap.

Pembicaraan tegang antar ketiganya pun berakhir karena ternyata orang rumah sudah mulai berdatangan pulang. Fourth Nattawat, putra bungsu Romsaithong terlebih dahulu datang untuk menyapa Papo dan mengakhiri kesunyian yang terjadi.

"Sàwàddee kráb' Papo, Bang Moss." Tak lupa Fourth memberi Wai pada tamu yang duduk di samping abangnya. "Sepertinya ada pembicaraan serius di sini. Maaf mengganggu lebih baik aku pergi."

"Tak apa Fourth. Kau bisa duduk di sini dan berkenalan dengan ipar baru mu." Binar bahagia di mata Fourth begitu terlihat. Mereka pun mulai berkenalan satu dengan lain. Tak lama kemudian pasangan yang ditunggu tunggu akhirnya pulang. Nichakoon dan Krittanun.

"Bang Meen aku rasa mereka menunggu kedatanganmu." Ping berbisik pelan. Baik Meen maupun Ping pun menyapa semua orang. Pandangan Ping terhenti ketika bertatap muka dengan Banky. Ia mencoba untuk mengingat ingat.

"Kak Banky?" Yang disapa pun menyapa balik dan mengenal siapa Ping. Oh astaga, jadi Krittanun yang dimaksud adalah seseorang yang ia kenal. Mereka pun berpelukan singkat.

"Kalian saling kenal?" Apo memberi jeda atas kehebohan para menantunya.

"Iya Papo. Dia adalah sahabat Cooheart, pacar Bang Santa. Kami cukup lama kenal." Oke sepertinya situasi berbanding terbalik. Banky yang tadinya takut tak cocok dengan menantu pertama pilihan Apo kini bernafas lega. Ping juga dengan mudahnya memberi restu. Ada rasa segan ketika Banky meminta restunya untuk memacari Mosslhong. Akhirnya Moss dan Banky mulai terbuka untuk bermesraan di depan umum bahkan tak malu di depan keluarga Moss. Gagal sudah rencana Apo untuk menggoda Moss lebih lama. Ternyata kedua menantunya berteman akrab.

Setelah acara pengenalan yang berlangsung lama. Fourth pun mengundurkan diri dari semerbak romansa kakak kakaknya. Fourth memiliki agendanya sendiri. Sebagai anak bungsu, ia sedikit diberi kebebasan berekspresi oleh orang tuanya. Namun, adakalanya Fourth merasa hidup dalam pengawasan banyak mata.

***

TBC

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang