9

1.4K 81 13
                                    

Selang sehari perayaan pernikahan putra pertama Romsaithong. Meen mengajukan honeymoon sebulan penuh ke Maldives tanpa gangguan yang telah disetujui Mile. Otomatis  semua tanggung jawab Meen berpindah pada Dew. Sejujurnya Dew terus saja menggerutu tak terima. Namun, kata-katanya ditarik kembali setelah mendengar sindiran Mile.

"Bukankah itu ringan. Kau hanya diminta sebulan bertugas. Setelah itu kau bisa kembali  ke dunia hiburanmu. Ingat Dew, Meen banyak mengambil tanggung jawab juga karena dia terlalu memanjakan kalian. Jadi, Daddy menyetujui permintaan abangmu. Dan kau tak bisa menghindar lagi. Sudah seharusnya sejak awal begitu."

Setelah pembicaraan panjang  akhirnya Dew memutuskan hiatus. Dan itu menjadi  perbincangan khalayak ramai. Bahkan, para sahabatnya pun kehilangan kontak. Dengan begitu Dew akan fokus menjalani  kehidupannya sebagai Romsaithong bukan Dew Jsu.

Sejujurnya berat bagi Meen untuk melempar tugas demi kepentingan pribadi seperti ini.  Namun, ia teringat kekhawatiran Mile tentang adik adiknya apalagi Dew yang memutuskan  mengambil jalan berbeda.

Hari ini Dew pun telah resmi menggantikan sementara posisi Meen. Begitu banyak dokumen yang harus ia tanda tangani agar proyek bisa berjalan dan ditindak lanjuti oleh Fort. Saat pikirannya berkecamuk di depan tumpukan berkas, sekretaris nya memberitahu perwakilan Jongcheveevat  datang ingin menemuinya.

"Tidak ada janji dengan beliau. Kau usir saja mereka." Namun, sekretaris  itu pun hanya menunduk takut. Ia mengaku tidak berani berurusan dengan marga itu. Pintu pun terbuka, menampilkan sosok dengan gigi kelinci nya.

"Win?! Bagaimana kau bisa berada disini?!" Dengan langkah pasti Metawin memasuki ruangan Dew dan duduk slay di sofa. Sekretaris  itu pun keluar dan menutup pintu.

"Koneksi. Mengunjungi teman yang tak ada kabar dan sekarang wow dia ada di posisi eksekutif." Win menganggukkan kepalanya berulang kali. Dan kemudian duduk di kursi Dew yang sebelumnya ditempati Meen.

Dew menghela nafas frustasi. Sebenarnya apa yang akan temannya itu lakukan. Lalu, tiba-tiba Win berdiri dan tertawa. "Ya ampun, Dew. Mukamu sangat kaku berbeda sekali saat di depan kamera. Kalau saja Nani tahu, mungkin dia juga akan tertawa."

Tak menanggapi soal Nani, Dew langsung menanyakan maksud kedatangan sahabatnya  itu. "Win ... To the point, ada apa?"

Metawin pun menggerutu kecil. Ia memainkan  bibirnya seperti anak kecil dan dalam sekejap mengubah ekspresinya menjadi datar. "Dew, kamu gak bisa menghilang  gitu aja. Bahkan, pernikahan abangmu kau tak mengundang Nani. Oh okey, keluarga kalian memang sensitif masalah pasangan. Kau juga pasti akan segera dituntut memiliki pendamping setelah abangmu."

Win menghela nafas dan melanjutkan. "Dew, jujur saja apa hambatan mu memberi tahu mereka tentang Nani?"

Dew memijat pelipisnya. Kekasih Bright ini pintar sekali menggali informasi. "Win, sebaiknya  kau kembali pulang. Ada banyak hal yang harus ku urus. Apa kekasihmu tidak  mencari mu?"

Win menggeleng. "Tidak, dia sudah tahu aku datang bertemu denganmu, Dew. Sebenarnya kita bisa menjalin koneksi antara Jongcheveevat  dan Romsaithong. Kalau kau butuh bantuan, hubungi saja aku."

Metawin pun pergi meninggalkan Dew sendiri. Ia benar-benar tak menemukan celah apa yang disembunyikan sahabatnya itu. Mengapa Dew menjebak Nani dalam hubungan Friend with Benefit. Win benar-benar  tak habis pikir. Begitu banyak rekaman ketika Dew mabuk dan menyatakan cintanya pada Nani. Namun, ia tak akan merespons ketika dalam posisi sadar.

Ditengah kegalauan Dew antara bisnis yang ia emban sekarang dan masalah Win yang mengacaukan pikirannya. Ada Fourth yang terus saja diganggu oleh kehadiran Gemini. Fourth juga heran mengapa Gemini memiliki akses menemuinya dimanapun itu.

Mendengar hal itu, Dew yang memiliki akses penuh perusahaan, mencoba untuk mengoneksi Vihokratana yang ternyata memiliki latar belakang media group dengan nama Polca Entertainment. Jujur saja, Dew memiliki mimpi kerja sama dengan mereka. Namun, Mile pasti tak akan setuju. Karena Mile sudah memblokir  mimpi Dew dalam dunia hiburan. Ia memiliki nama besar juga atas pemberontakan dan pembuktian atas apa yang ia lakukan.

Justru, karena Mile sangat membenci dunia hiburan. Bagaimana bisa Mile memberi akses anak yang terlahir dalam darah seni mendekati si bungsu. Nani juga terlahir dari darah seni keluarga Satur yang merupakan penyanyi. Kalau Fourth bisa bersama dengan  anak pemilik  Polca Entertainment. Bisakah ia berharap Mile membuka hati untuk pasangannya yang berdarah penyanyi. Bukankah itu berarti antara ia dan Nani sama sekali tak berkecimpung  dalam bisnis keluarga. Apa Mile akan terima hal itu.

Dew hanya tak ingin membawa nani masuk dalam problematika personal dirinya dan sang Daddy. Mile juga menerima Banky menjadi pasangan  Moss yang memiliki background modeling seperti dirinya. Semua pikirannya berkecamuk mengenai baik buruk pasangannya dan adik adiknya. Menantu idaman seperti  apa yang diharapkan oleh Mile dan Apo. Kak Ping memiliki latar keluarga yang mirip dan langsung menikah.

Selama ini pasti Mile dan Apo sudah mengetahui ia suka bergonta ganti pasangan dan tidak menyenggol dirinya. Lantas, kalau ia berkomitmen dengan satu orang. Apakah Nani, akan seperti Banky yang diinterogasi atau malah Ping yang langsung dilatih pertahanan diri. Atau berbeda?

"Bang Dew, Bang?!" Celetukan Fort membawa kembali kesadarannya. Dengan sigap Dew menegakkan badannya.

"Ada apa?" Ucapnya  sembari pura-pura sibuk dengan dokumen ditangannya.

Fort menyadari sesuatu yang aneh pada abang keduanya. Namun, ia tak ingin mengganggu pikiran Dew. Ia pun mencoba menjelaskan duduk permasalahan nya. "Kerjaan Fort semua udah beres. Proyek yang abang tanda tangani tinggal di eksekusi besok. Jadi, Fort mau minta dispen hari ini pulang cepet."

Dew menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Fort mau cari Peat, Bang." Lanjutnya seperti mengerti tatapan  Dew. Butuh waktu lama, hingga akhirnya ia pun setuju. Tapi, walaupun Fort sudah menemukan Peat dan mereka bersama. Apakah Peat cukup tangguh melunakan hati Paponya?

Fort sudah melakukan segala cara untuk menghubungi Peat, namun tak ada yang berhasil. Satu satunya cara ia harus berurusan dengan orang tua Peat yang bermarga Potiwihok. Upayanya untuk mendatangi rumah sakit keluarga Peat tak ayal mendapati penolakan mentah-mentah.

"Saya mau bertemu Dr. Jitaraphol sekarang, Sus!" Ia berusaha  bernegosiasi dengan perawat namun tetap saja hasilnya nihil. Akhirnya yang bisa ia lakukan  hanya duduk sembari menunggu  ayah pujaan hatinya muncul. Butuh waktu berjam jam hingga akhirnya yang ditunggu pun muncul.

"Tunggu Dr. Jimmy." Fort menahan Dr. Jitaraphol dengan nama panggilan akrabnya hingga akhirnya Jimmy pun menghentikan  langkahnya.

"Ada perlu apa datang menemui saya, Tuan?" Mendengar kalimat datar yang terlontar membuat Fort gugup. Namun, ia harus cepat. Kesempatan tak datang dua kali.

"Saya ingin menanyakan keberadaan Peat, Doc?" Dilihat dari raut wajah Jimmy. Sepertinya agak susah ia mendekati kembali putranya.

"Maaf Tuan, jadwal saya sibuk. Tidak baik membahas masalah pribadi di sini." Jimmy pun melangkah pergi menjauhi Fort. Berjalan menuju ruangan pribadinya. Fort merasa usahanya sia-sia. Namun setelah beberapa langkah Jimmy berhenti berjalan.

"Kamu bisa menghubungi saya disini. Kita bisa membicarakan hal ini di luar." Dengan senang hati Fort mengambil kartu nama calon ayah mertuanya. Ternyata usahanya berujung manis. Tak lupa Fort mengucapkan banyak terimakasih pada Jimmy yang ditanggapi dengan senyum datar khas nya.

***

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang