8

1.4K 89 12
                                    

Semenjak kejadian itu, Ping mulai melekat pada Meen. Kapan pun dan dimana pun, Ping selalu merangkul lengan Meen membuat orang rumah yang tadinya keheranan pun menjadi terbiasa. Namun, itu menjadi pemandangan yang tak pernah terbayangkan oleh Yoon maupun Ton. Bahkan, mereka mengira Ping diantar kembali pulang karena berbuat kesalahan. Alangkah terkejutnya mereka ketika tahu bahwa akan ada pertemuan dua keluarga untuk membahas pernikahan putranya.

"Aku tak percaya hari itu akan datang juga. Kukira Ping akan terus melajang." Ton benar-benar belum bisa mempercayai bahwa putra bungsunya akan segera dipinang. Ping yang mendengar itu hanya tersenyum kecil. Ia ingat bagaimana dulu menolak mentah-mentah Meen. Sekarang Meen, tak boleh lepas dari pandangannya.

"Aku juga tak menyangka kita resmi menjadi besan, Tuan Saran." Baik Apo dan Ton keduanya asik membahas bagaimana rancangan pernikahan kedua putranya.

Di lain sisi, Mile dan Yoon tampak berbicara di ruangan yang lebih tertutup. Mereka berbincang lebih serius dan tegang dibanding yang berada di luar. Tak ada yang mengetahui apa yang direncanakan oleh dua kepala keluarga itu. Penyatuan dua kubu dalam pernikahan membuat mereka menjadi satu kubu yang sama lebih kuat. Romsaithong dan Wongsavanischakorn akan bergerak bersamaan.

"Dalam darah Ping mengalir darah keturunan Keluarga Wong. Kau tak perlu ragu, dia tak selemah itu. Aku yakin, Ping dapat membawa kesejahteraan, kemajuan dan kebahagiaan dalam Keluarga Romsaithong." Yoon sangat yakin putranya memang pantas mendampingi Meen. "Aku menyerahkan Ping kepada putramu untuk dibahagiakan pula. Jangan sampai aku mendengar kalian tidak bersikap adil padanya. Akan kutarik semua perjanjian, kesepakatan dan kedamaian dua keluarga ini."

Setelah Yoon menandatangani, Mile pun melakukan hal yang sama. "Jangan khawatir, Ping akan mendapat hak istimewa. Tapi, pastinya kau paham. Tugas dan tanggung jawab Ping akan menjadi sorotan kedepannya."

Tanpa Meen atau Ping sadari. Pernikahan mereka tak ayal dari pernikahan bisnis yang dimana ketika ada satu kesalahan yang tak sengaja mereka buat akan berdampak parah bagi dua keluarga besar. Namun, keduanya tak mengetahui hal itu karena yang mereka tahu baik Meen maupun Ping saling mencintai satu sama lain.

Hari baik pernikahan pun tiba. Semua secara suka cita menyambut persatuan dua marga besar. Para tamu yang datang tak ubah seperti jamuan petinggi-petinggi yang ada di Thailand. Kebanyakan tamu berasal dari relasi atau kolega Mile dan Yoon. Mungkin bagi Meen, ia sudah biasa dan tetap menikmati acara. Namun bagi Ping, ia merasa asing bahkan tak mengenal sebagian besar tamu yang datang.

Pernikahan sesama jenis memang belum resmi tercatat dalam akta pernikahan di Thailand. Namun, pertukaran sumpah sudah mereka laksanakan seperti pasangan umum lainnya.

"Saya, Nichakoon Romsaithong mencintai Krittanun Wongsavanischakorn dan menganggap Krittanun sebagai pasangan hidup saya." Ikrar Meen secara lantang dan tak lupa menyematkan cincin ke jari manis Ping.

"Saya, Krittanun Wongsavanischakorn mencintai Nichakoon Romsaithong dan menganggap Nichakoon sebagai pasangan hidup saya." Ping pun melakukan hal yang sama dan membungkuk hormat pada Meen selaku pasangan hidupnya mulai saat ini.

Baik Meen dan Ping sudah menjalani ritual pernikahan Buddha. Meen menyanggupi mas kawin sebesar 1.000.000 THB dengan tambahan beberapa fasilitas dan hak yang Ping dapatkan. Setelah selesai dengan semua ritual, tak lupa Meen dan Ping memberi amplop kepada para biksu dan membungkuk hormat.

"Kalian sudah resmi menjadi pasangan sekarang. Untuk kedepannya, apapun masalah yang dihadapi adalah tanggungjawab bersama." Apo memberikan restunya sembari mengikat tali suci putih di lengan Meen dan Ping. Mile pun melakukan hal yang sama. "Berbahagia lah kalian, Daddy merestui."

Setelah Mile dan Apo menyematkan tali suci itu. Kini giliran Yoon dan Ton melakukan hal yang sama. "Meen, Papa percaya kamu bisa menjaga Ping dengan baik. Tapi kalau suatu saat Ping melakukan hal yang kurang menyenangkan dan membuat mu marah. Tolong kembalikan baik-baik ya." Lalu Ton menatap Ping, putranya. Karena tak kuat berkata kata akhirnya Ton menghambur ke pelukan Ping. Keduanya berpelukan erat. Sementara Yoon menepuk pelan bahu Meen. "Ingat. Kalian harus saling menjaga. Daddy titip Ping ya,"

Kedua orang tua baik dari Meen maupun Ping sudah memberikan restunya. Sekarang satu per satu saudara mereka turut serta melakukan hal yang sama.

Setelah menyelamati kedua pasangan. Fourth memutuskan menepi sejenak dari hiruk pikuk acara. Ia tak benci keramaian namun tak begitu suka dengan acara yang begitu banyak orang-orang penting. Semacam ini bukan gayanya. Walau sedari lahir Fourth terbiasa dengan situasi semacam ini, namun tetap saja ia tak nyaman.

"Hai! Kita bertemu lagi. Tak menyangka bisa menemuimu di sini." Fourth mengitari pandangan nya ke segala arah mencoba mencari tahu sumber suara. Ketemu. Ternyata orang itu Gemini. Ada urusan apa dia di sini? Walau tak berkecimpung langsung dengan bisnis keluarga. Fourth paham betul bahwa marga Vihokratana tak ada dalam daftar relasi kedua orang tuanya maupun kakak pertamanya. Kalaupun ada hubungan itu seharusnya dengan Dew secara kakak keduanya berkecimpung dalam dunia entertainment. Atau memang ia yang kurang jauh memahami situasi.

"Gemini?! Bagaimana kau bisa disini?"

Dengan raut santai sembari menegak minuman yang tersedia di meja. Gemini pun menjawab, "Tentunya dengan undangan. Kebetulan orang tua ku tak bisa hadir. Jadi, aku menggantikan nya."

Sebenarnya Fourth sedikit penasaran. Tapi, ia tak ingin bertanya lebih jauh. Oh ayolah, mereka tak seakrab itu.

Mendapati lawan bicaranya terdiam cukup lama Gemini merasa Fourth kehilangan minat mengobrol dengannya. Suasana tiba-tiba menjadi awkward.

"Ternyata kau bagian dari keluarga Romsaithong. Maaf aku tak mengenalimu." Pernyataan Gemini sontak membuat Fourth menoleh. "Itu bukan sesuatu yang penting untuk dibahas. Iya memang benar aku bagian dari Romsaithong. Lalu kau mau apa?"

Sepertinya Forth memang bukan tipe orang yang suka basa-basi dapat Gemini rasakan aura dominasi yang mana ia rasakan ke semua anggota keluarga Romsaithong.

"Tak ada yang spesial. Aku hanya ingin berkenalan lebih lanjut denganmu. Namun, aku tak terburu buru. Nikmati saja pestanya, jangan hiraukan aku." Fourth memutar bola matanya malas. Ia langsung saja pergi meninggalkan Gemini sendirian dan memilih bergabung dengan kakak kakaknya.

"Good luck."

Ia tak peduli bagaimana tanggapan Gemini tentang sikapnya. Bagaimana Gemini bisa punya keyakinan tinggi akan mendekati nya dengan mudah. Sementara, Fourth memiliki batasan dan dinding tinggi yang coba ia bangun. Oh ayolah, walaupun ayah mereka teman akrab sekalipun. Fourth tak yakin Mile akan mudah memberi jalan. Terlebih keempat kakaknya yang over protect.

"Fourth? Kau kenal pria itu? Siapa dia?" Celetuk Dew bertanya-tanya.

"Dia tidak berbuat macam-macam bukan padamu. Akan ku habisi dia kalau mengganggu mu," sahut Mosslhong emosi dan langsung ditenangkan kekasihnya.

Fourth menggeleng, "Sejauh ini aman. Dia hanya ingin berkelanan lebih jauh denganku. Tapi aku bisa menanganinya sendiri, kalian tak perlu khawatir. By the way, di antara kalian benar-benar tak mengenalinya? Dia dari marga Vihokratana. Atau mungkin relasi jauh Daddy?"

Baik Dew dan Mosslhong tak menemui jawaban yang pas. Mungkin Meen lebih tahu banyak dari mereka. Namun, tak ada yang berniat mengganggu momen dua orang yang lagi kasmaran itu. Sementara Fort, kakak ketiganya sibuk dengan dunianya sendiri. Juga tak bisa di ganggu.

***

TBC

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang