6

1.4K 92 6
                                    

Fourth menatap dengan seksama lukisan yang terpajang di galeri seni. Ia memang bukan pecinta seni, tapi selalu rajin mengunjungi pameran lukisan. Ada rasa tenang melihat macam-macam ekspresi yang tertuang dalam corak kanvas.

"Jirapat Tatsanasomboon, salah satu pelukis kontemporer ternama di Thailand. Sepertinya kau sangat menikmati karya beliau." Seseorang di belakangnya tiba-tiba berbicara sendiri memecah keheningan yang ia ciptakan sendiri. "Makna lukisan beliau cukup mendalam. Kau tahu? Karya beliau cukup berani mengangkat konteks sosial negara ini. Maaf apa aku terlalu banyak bicara?"

"Tak apa. Aku sama sekali tak mengerti makna tersirat dalam karya beliau. Ada untungnya ketika seseorang mau menjelaskan secara detail." Fourth memalingkan wajahnya dan berakhir bersitatap dengan orang yang berada di belakangnya. "Sepertinya kau sangat memahami seni?"

"Aku mempelajari Seni dan Sains dalam Inovasi Terintegrasi. Jadi sedikit tahu tentang karya-karya beliau." Mendengar hal itu Fourth pun mulai memahami apa yang sedari tadi ia pandang.

"Bisakah kau mendampingi ku mengitari galeri seni ini? Aku rasa, akan lebih baik jika ada yang menjelaskan dan berbagi pandangan satu sama lain."

Kesepakatan pun terjalin. Keduanya menikmati satu demi satu lukisan. Mereka benar-benar berbagi pandangan dan argumen di setiap karya yang mereka lewati. Tak terasa keduanya berada dalam ritme yang sama. Namun anehnya, perbincangan yang semakin padat tak satu pun dari mereka berniat bertukar nama. Sampai waktu dimana Fourth harus pergi, orang itu menahannya.

"Bukankah pembicaraan kita tadi terlalu asik. Permisi, apa cukup terlambat. Gemini Norawit Vihokratana senang bertemu denganmu. Kau?" Gemini menjulurkan tangan kanannya dan disambut uluran tangan Fourth. "Fourth Nattawat."

Fourth diajarkan untuk tidak sembarangan mengenalkan marganya. Dalam bergaul ia cukup pilih-pilih. Ia yakin saat ini ada yang mengawasinya. Tak ingin orang asing masuk lebih jauh ke dalam kehidupannya, Fourth memilih untuk segera meninggalkan galeri seni. Mereka bahkan tak sempat bertukar Id Line atau media sosial apapun. Walau, tadi Gemini sempat menanyakannya.

Fourth kembali ke rumah. Entah mengapa ada suasana tegang yang menyelimuti Papo dan kakaknya, Mosslhong. Rupanya ada wajah baru dalam keluarga mereka. Isbanky, kekasih kakaknya yang cukup dewasa. Sepertinya satu per satu abangnya akan mengenalkan kekasih mereka. Fourth tak banyak bicara ataupun komentar. Selama mereka bahagia dengan pilihan nya sendiri, Fourth ikut senang.

Fourth memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat. Saat ia mulai memejamkan mata. Ponselnya pun berdering. Tertera nama Bang Fort di sana. "Iya, halo?"

"Fourth, abangmu menggila di sini. Cepat kau bawa dia pergi. Sebelum orang tua mu turun tangan."

Mendengar hal itu, mata Fourth pun kembali segar. Dengan segera ia bergegas pergi menjemput abangnya. Sebenarnya apa yang terjadi? Fort yang ia kenal selalu menjaga nama baik keluarga mereka. Mengapa sekarang bisa kecolongan? Sebelum berita ini sampai ke Mile dan Apo, Fourth harus bisa menyelesaikan masalah ini sendiri.

Orang tersebut mengirimkan alamat nya ke sebuah bar. Fourth yang sudah cukup umur pun diperbolehkan masuk. Ia melihat kekacauan yang diperbuat oleh Fort. Kakak ketiganya itu berceloteh seperti orang gila dan tak ada yang berani menghentikannya. Fourth mengambil segelas air dan menyiramkannya ke wajah Fort. Tak cukup itu ia pun tak segan menampar wajah kakaknya.

"Fourth?" Ada seseorang mendatangi nya dan membawa orang yang tak ia kenal ketakutan dengan wajah memelas dan badan bergetar. "Ini Noeul, kekasih Fort. Abangmu tadi membuat keributan dan hampir menelanjangi kekasihnya di sini. Tapi, tak ada yang berani untuk menghentikannya."

Fourth mengusap kasar wajahnya. Ini benar-benar gila. Entah apa yang akan terjadi di rumah. Hukuman apa yang menanti Fort yang sudah kelewat batas ini. Fourth melepaskan jaket miliknya untuk menutupi badan Noeul.

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang