7

1.7K 91 11
                                    

Apo memasuki kamar Fort dan melihat sang anak terkulai lemah di atas ranjang. Luka lebam memenuhi hampir seluruh tubuhnya. Sekecewa apapun ia pada Fort, Fort tetaplah anaknya. Ada rasa sesak ketika ia tak bisa menyelamatkan sang anak dari amarah Mile. Apo memanjakan anak anaknya? Tidak juga. Sikap otoriter yang selama ini ia tunjukan hanyalah tameng untuk menahan Mile mendidik mereka secara lebih keras.

Ia duduk di sisi anaknya dan mengusap usap lembut kening sang anak. Apo memperlakukan Fort benar-benar seperti anak bayi. Hal yang tak pernah ia lakukan ketika anaknya dalam keadaan sadar. Naluri nya sebagai orang tua tetaplah ada. Mata Fort mengernyit menandakan ia akan segera bangun. Apo pun memutuskan keluar kamar.

Perlahan tapi pasti Fort mengedipkan matanya dan memandang sekitar ruangan. Badannya terasa kaku untuk bergerak ataupun berpaling. Kepalanya masih terasa pusing. Ia pun masih belum bisa menangkap apa yang terjadi.

"Sudah bangun?" Suara Dew mengejutkannya. Abang keduanya pun membantu membenarkan posisi bantal agar ia bisa duduk menyender dengan baik di ranjang. Tak lupa Dew memberinya segelas air putih.

"Bang Dew, apa yang terjadi?" Fort berusaha mengingat ingat kejadian sebelumnya. Ia tak mengetahui pasti apa yang membuat tubuhnya mati rasa seperti ini.

"Kau payah sekali. Bahkan, ingatanmu sungguh buruk. Kau tahu? Kau baru saja memancing amarah Daddy. Sikapmu saat mabuk sungguh kekanakan. Kau menggemparkan seisi rumah." Jawaban Dew membuatnya berpikir dua kali. Ia mencoba mengingat kejadian sebelumnya.

Bisnis yang dilimpahkan padanya mengalami penurunan membuat Meen harus bekerja ekstra. Peat yang memblokir semua akses sosial hingga ia sama sekali tak bisa menghubunginya. Noeul yang terus saja melekat pada dirinya saat ia sedang frustasi. Pertengkaran tak terelakkan di bar karena ia memutuskan untuk minum-minum. Hingga membuka semua rahasianya pada Noeul. Noeul marah dan dia yang kehilangan kesadaran membuat ia melakukan sesuatu yang memalukan Noeul di depan publik. Fourth menolongnya namun tak bisa menahan amarah Mile. Semua itu terputar bagai kaset rusak di kepalanya. Ia merasa banyak yang dirugikan di sini.

"Bang? Aku harus melakukan sesuatu untuk menebusnya." Dew memberi tahunya bahwa ia tak bisa bertemu Noeul untuk sekedar meminta maaf karena apa yang telah ia lakukan telah memunculkan rasa trauma Noeul. Tapi, Mile dan Apo sudah mewakilinya untuk meminta maaf. Tak hanya itu, Mile juga sudah menyiapkan hukuman untuk dirinya ketika lukanya mulai pulih.

Di lain tempat, Meen tampak bernegosiasi dengan Mile. Ia menjelaskan tentang penurunan pemasukan yang mengganggu sistem. Semua itu memang terjadi karena keteledoran Fort yang hanya sibuk mencari selingkuhannya. Namun, Meen sama sekali tak mengeluhkan perbuatan adiknya. Ia bahkan meyakinkan Mile bahwa sang adik sudah membantunya mengelola dengan baik.

"Meen, kau terlalu memanjakan semua adikmu. Semua tanggung jawab kau ambil alih. Daddy akan pastikan mereka semua akan mengisi setiap divisi yang kita punya. Memang seharusnya begitu agar tak ada oknum yang curang." Tidak bisa diganggu gugat. Keputusan yang Mile ambil pasti akan terlaksana. "Satu persatu dari mereka sudah menemukan titik lemah. Pasangan kalian nanti akan menjadi umpan empuk para predator di luar sana."

"Dad untuk Fort dan Mosslhong, Meen yakin mereka mampu mengemban tugas. Namun untuk Dew, Meen sangsi ia akan menurut. Fourth juga baru saja mengambil pendidikan bisnis, biarkan dia menikmati masa mudanya. Adapun, masalah pasangan itu adalah masalah internal mereka. Papo juga tak akan membiarkan menantunya lemah. Papo melatih Ping dengan baik."

Mile terkekeh. Sikap Meen antara percaya pada Apo atau hanya ingin membanggakan kekasihnya saja. "Papo-mu yang terbaik. Tapi jangan lengah. Emosi kalian belum stabil dan mungkin saja satu persatu pasangan kalian akan menimbulkan masalah yang tak terduga."

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang