Pulang~6~

7 10 0
                                    

Happy reading😇😇

Di dalam mobil mereka terdiam beberapa saat sebelum billy akhirnya memecahkan kesunyian di antara mereka,
"Eh qi daritadi lo fokus nyetir mulu, katanya lo mau nganterin cewek ini pulang?" Billy bertanya heran melihat haqi yang hanya fokus nyetir tanpa memperdulikan sekitarnya.

"Emang ini gue mau anterin dia" timbalnya santai sambil melirik sedikit ke arah spion yang menampakan sebagian wajah billy di belakang

Meir hanya diam, ia melingkarkan kedua tangan di badannya, pakaian nya sedikit basah terkena air hujan saat ia hendak masuk ke dalam mobil.

"Emangnya lo tau rumah dia?" Dengan wajah polosnya billy bertanya.

Ukhuk ukhuk
Mendengar itu haqi merasa tersedak, ia membenarkan posisinya hingga terlihat sesantai mungkin.

"Gue pernah liat dia di depan rumahnya, jadi gue udah tau" jawabnya santai dan tersenyum miring melirik ke arah sampingnya.

Billy manggut manggut mendapatkan jawaban dari haqi dan kembali diam, padahal di dalam pikirannya ia masih bertanya tanya.

Meir yang sedari tadi menyimak menyunggingkan senyumannya saat mendengar yang haqi ucapkan
Pintar juga ni orang dramanya. Batinnya tersenyum kecut.

Sekitar 15 menit berlalu, akhirnya mereka sampai di depan rumah meir yang terlihat sederhana dengan balutan warna coklat susu, dan sedikit terhiasi bunga bunga kecil di halamannya.

Meir berterima kasih tulus pada mereka atas tumpangan dan sudah mengantarkan ia sampai ke rumahnya padahal rumah mereka tak searah.

"Santai aja kali, babang billy dengan senang hati ikhlas mengantarkan neng meira" bukan pemilik mobil yang menjawab, tapi penumpang di belakang yang nyerobot duluan.
Haqi hanya melihat billy dengan wajah datarnya.

"Oh iya gue hampir lupa, tadi pas di loker nadya temen gue minta satu coklat" ucap meir sedikit ragu, ia benar benar malu harus mengatakan itu karna tingkah nadya.

"Oh, ambil aja. Lagian gue juga gak suka coklat coklat itu" jawab haqi tanpa menoleh sedikitpun.

Tangan meir meraih handle pintu mobil, ia membukanya perlahan, belum juga meir menutup pintu mobil, ayahnya keluar dari dalam rumah dan memanggil meir.

Ayah meir menghampiri mereka dan membuka payung yang ia pegang untuk menghindari air hujan membasahi tubuhnya.

Haqi dan billy langsung mengulurkan tangannya meraih tangan ayah meir dan menyalaminya dengan sopan dari dalam mobil, Pa surya (ayah meir) menyuruh mereka untuk mampir dulu ke dalam karna hujan semakin deras dan cuaca pun sangat dingin. Awalnya mereka menolak dengan sopan, tapi pa surya terus memaksa mereka untuk mampir sebentar. Akhirnya haqi dan billy keluar dari dalam mobil dan masuk ke rumah meir dengan sedikit pakaian yang basah terkena air hujan.

Di ruang tamu yang minimalis mereka duduk di atas kursi yang sedikit panjang, pa surya menyuruh meir untuk membuatkan kopi dan mengambil beberapa cemilan untuk mereka.

Mereka berbincang bincang beberapa saat hingga meir menenteng baki berisi 2 gelas teh 1 gelas kopi dan beberapa cemilan, ia meletakan nya di atas meja kaca dengan rapih.

Pa surya yang melihat ada 2 gelas teh hijau mengernyit heran
"Eh meir kok lo tau sih haqi gak minum kopi?" Belum juga pa surya bertanya, billy sudah ngomong duluan karna ia pun terheran.

Meir terpaku, ia cengengesan dan bilang kalo haqi hanya terlihat tidak menyukai kopi saja, jadi ia membuatkan teh hijau sama seperti ayahnya. Haqi pun tersenyum miring melihat yang meir lakukan.

Diligent BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang