Hari pertama english class room.
####Kening wanita yang bernama Meira mengernyit mendengar perkataan dari Mrs. Rifa(guru b. Inggris) yang sangat tidak di inginkan itu.
"Isshhh kok lama banget sih," gerutu hatinya yang merasa kesal dengan apa yang terjadi.
"Satu hari aja udah bikin kepala gue pusing ... apalagi sepuluh hari." Ia menghela nafas dan mengembuskan nya dengan kasar. Wajah kesalnya pun semakin terlihat, dengan muka yang masam, keringat yang bercucuran disebabkan panasnya ruangan kecil dengan sekumpulan siswa, yang memadati seluruh sudut ruangan.
"Iya nih gue juga gak mau," keluh Nadya, menunjukan kalo ia sependapat dengan Meira.
"Tapi kita mau gimana lagi? kita harus tetap ikut tes bahasa inggris itu!" ucap Tasya dengan nada yang cukup tinggi.
Tes bahasa inggris Itulah masalah yang sedang membuat mereka begitu pusing dan emosi."Iya kita harus ikut, tapi ... ini tes bahasa inggris bukan tes baca komik," keluh Nadya selaku pecinta komik.
"Aaargghhh, udahlah kita balik aja ke kelas! Ngapain kita masih disini? Malah bikin darah tinggi aja," Putus Meir prustasi yang langsung angkat kaki dari tempat duduknya.
Yang lain pun langsung ikut pergi meninggalkan ruangan tes english itu.
~¤¤~
Di koridor tidak ada siapapun yang berlalu lalang, hanya ada mereka bertiga, hingga setiap hentakan langkah mereka pun terdengar begitu jelas.
Wajah Nadya dan Tasya sudah mulai terlihat agak biasa, tapi Meira terus saja memasang wajah yang terlihat begitu kesal dan masih tidak bisa terima, jalannya pun terlihat agak sempoyongan, benar benar tidak ada gairah hidup.
"Bukan soal bahasa inggris nya yang jadi masalah gue, tapi ...."
Seketika hati Meira berbicara, seolah ingin mengungkapkan sesuatu tapi dia tidak bisa. Ia hanya membatin dalam hati tanpa siapapun mendengarnya.
Meira memang cukup tertutup sekalipun pada sahabatnya, bagi Meir My life my secreet.***
"Braaakk,"
Dengan refleksnya telapak tangan kanan Meira menggebrak salah satu meja yang ada di kelas dengan sangat keras. Amarahnya benar-benar tidak bisa di sembunyikan lagi.
Saat itu kelas begitu hening, hanya ada dirinya yang tengah berdiri dengan tangan di atas meja, di kelilingi benda mati yang tak bisa mendengar dan melihat Meira.Semua temannya pergi ke kantin, sedangkan Meir lebih memilih tinggal di kelas.
"Kalian semua gak ngerti," lirih Meira dengan sedikit tersedu, dan merasa sangat hancur. Hatinya merasa teriris, mengingat rasa kekecewaan yang ia kubur di dasar hatinya.
Seketika lutut-lututnya melemas hingga membuat dia terkulai lemah dan tersungkur di atas lantai.
Muka yang mulai memerah, kini bukan hanya dibasahi keringat, tapi juga air mata. Tetes demi tetes mengalir begitu saja di pipinya.
Tulang-tulangnya seperti rapuh, dia bahkan tak sanggup untuk bangkit dari posisinya yang saat itu seperti orang lumpuh. Isak tangisnya semakin lama semakin menjadi.Sesekali dia berdialog sendiri seperti orang bodoh,
"KALIAN SEMUA GAK NGERTI!! Bukan itu yang sedang gue permasalahkan."Perkataan yang seharusnya dilontarkan pada temannya, malah Meir ucapkan pada ruangan kosong tak berpenghuni itu. Ia benar-benar seperti di alam bawah sadar, karna biasanya Meira tak pernah selemah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diligent Boy
Teen FictionFollow dulu yuk... Lanjut masukin perpus😇😇 Meira cewek paling dingin di sekolahnya dengan kepribadian yang di penuhi dengan secreet, ia cewek yang males berurusan dengan orang lain kecuali kedua sahabatnya. Namun di tengah tengah kehidupannya y...