Segerombolan cowok SMA ANGKASA terlihat asik menongkrong di rooftop, saat jam istirahat jika bukan kantin incaran mereka, maka rooftop adalah tempat ternyaman untuk menghindari keramaian dan kebisingan seluruh siswa SMA ANGKASA.
Alunan kunci gitar menguar di angkasa, jemari yang berjejer di antara lengan kekarnya menari dengan rapih, menyusun irama indah menyelinap ke indra pendengaran mereka. Ya siapa lagi kalo bukan Devano anggara, cowok paling ramah di antara orang orang yang yang saat ini tengah bersantai di atas kursi kursi usang. Tangannya begitu mahir memainkan senar, terlebih lagi suaranya yang indah tuk di dengar.
"Eh, kalian ada yang pengen ikutan pameran nanti gak?" suara David sang ketos memecahkan keheningan di sana, sontak mereka pun menoleh ke arahnya.
"Emang ada acara pameran?" tanya Billy menautkan kedua alisnya.
"Iya ntar akhir pekan, banner nya belum gue sebar." David mengangguk membenarkan. Alih alih bertanya pada yang lainnya, Devan malah tertawa nyaring mendapat pertanyaan dari ketos di sampingnya.
"Lo kan tau nilai seni gue kelampau bagus," ujarnya. membuat sang ketos tertawa manggut manggut."Kalo gue sih gak ikut, soalnya ntar karya gue malah jadi pusat perhatian," ujar Billy mengusungkan dadanya dengan bangga.
Hueekkk,
Mendengar Billy yang begitu membanggakan diri David mendadak merasa mual mual ingin muntah.
Di sisi lain Devan menonyor jidat Billy untuk menyadarkan tingkat kepedeannya.
Mereka bertiga terbahak bahak.Sedangkan beberapa meter dari sana Haqi hanya diam. David Billy dan Devan menghampirinya.
Billy menepuk pundak haqi dari belakang.
Haqi merasa badannya bergetar terguncang,
Hmmm, Ia hanya bergumam menanggapi mereka."Udah mukanya datar kayak tembok, eh sekarang tubuhnya beku kayak patung," celetuk Billy dengan santainya, ia memang cowok paling absurd di antara mereka.
Atmosfer di sekeliling mereka mendadak berubah jadi mencekam, Haqi mendelik ke arah asal suara tepat di samping belakangnya.
Mendapat tatapan silet Billy mengangkat tangannya membentuk huruf V sambil cengengesan.
David dan Devan hanya geleng geleng sembari tertawa memperhatikan 2 makhluk yang sangat kontras dihadapan mereka."Qi lo pasti ikutan pameran kan?" tanya David meluruskan suasana.
Dalam seni Haqi memang lebih baik dari mereka, ia bahkan sering less seni jika memiliki waktu senggang, tak heran jika tubuhnya sering kali mati tak berkutik. Mungkin karna dia sering berurusan dengan benda mati.🤣🤣🤣🤣 Canda guys VHaqi hanya mengedikan bahunya untuk merespon, tatapan mata elangnya tetap fokus ke angkasa yang hanya dipenuhi udara.
10 menit lagi bel masuk berbunyi, mereka bangkit dan melenggangkan kaki panjang mereka meninggalkan rooftop.
"Nis, lo udah pasang banner buat ntar akhir pekan?" tanya David pada salah satu sekertaris. Ia kini tengah berada di ruang OSIS.
Merasa namanya terpanggil, wanita bernama Anisa florenza itu menolehkan kepalanya ke asal suara.
"Baru aja gue mau pasang, sambil balik ke kelas," papar Nisa. "Nih." Tangannya terangkat ke udara, menunjukan banner yang ia pegang.
***
"Pah, minggu depan aku mau ikut pameran di sekolah, bolehkan?" pinta Meir pada Pak Surya.
Pak Surya tersenyum menatapnya dan memberikan izin pada Meira, karna ia tau itu yang Meira sukai.Setelah mendapatkan izin dari sang ayah, Meir kembali ke kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang, mata bulatnya menatap langit langit dengan berbinar, membayangkan cita-cita nya yang setinggi langit. Sejak kecil Meira sangat ingin menjadi seorang pelukis, dan untungnya bakat yang ia punya sesuai dengan harapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diligent Boy
Fiksi RemajaFollow dulu yuk... Lanjut masukin perpus😇😇 Meira cewek paling dingin di sekolahnya dengan kepribadian yang di penuhi dengan secreet, ia cewek yang males berurusan dengan orang lain kecuali kedua sahabatnya. Namun di tengah tengah kehidupannya y...