Ruang tengah kediaman Aca menjadi sepi karena si empunya tempat tinggal tertidur. Selain suara tv yang menampilkan siaran anime kesukaanku, tidak ada lagi yang menginterupsi runguku.
Sesekali aku meliriknya yang tertidur di pangkuanku. Kepalanya sengaja kualasi dengan bantal supaya pahaku tidak cepat pegal dan Aca bisa tidur lebih nyaman.
Selain suasana yang tenang, yang aku suka dari tidurnya Aca adalah wajahnya. Ya walaupun bukan berarti wajahnya berubah ya, tapi menyaksikan Aca memejamkan mata dengan nafas yang teratur membuatku tenang entah bagaimana jalannya.
Dalam situasi seperti ini, aku benar benar bisa mengagumi figur Aca. Ia memang bukan perempuan dengan paras bak bidadari, tubuh ramping semampai, dan raga tanpa celah. Tidak sama sekali.
Aca tuh tidak tinggi, malah cenderung pendek. tubuhnya juga tidak seramping itu, justru cenderung hmm.. montok? Entah lah aku bingung harus mendeskripsikannyadengan kata apa. Lengannya cukup berisi hingga kadang aku jahili karena gemas. Wajahnya yaa, biasa saja sih. Aku bisa melihat ada pimple di dahinya, lingkaran hitam pada kantung matanya, ya begitu lah. Intinya aca jauh dari kata sempurna.
Jika sedang tidur begini, mendadak imej perempuan keras kepala hilang dari penampilannya. Aku rasa aku cukup beruntung karena aku dapat melihat sisi lain Aca yang hanya ditampilkan saat ia dalam keadaan tidak sadar. Tapi di sisi lain aku merasa kasihan pada diriku sendiri karena meskipun aku adalah salah satu dari segelintir orang terdekatnya, tampaknya aku tidak sespesial itu di mata Aca.
Tidak peduli sebanyak apapun waktu yang kami habiskan bersama, Aca tidak pernah membagikan apa-apa tentangku di sosial medianya. Sumpah untuk mengatakan ini sebenarnya aku malu sekali. Seolah aku cemburu dengan alasan yang sepele. Kekanak-kanakan sekali. Tapi serius deh, aku juga mau direkam diam-diam, difoto diam-diam, atau apapun lah yang menunjukkan kalau Aca sedang bersamaku lho. Aku juga pernah mencoba memotretnya diam-diam jika ia sedang melakukan sesuatu, merekamnya yang sedang makan atau ngambek, atau bahkan foto berdua dengan jemari saling bertaut atau tangannya yang memeluk lenganku, tapi tidak ada satupun yang aku bagikan ke media sosial. Jadi kedekatan kami hanya diketahui oleh orang di sekitar kami saja.
Aku tidak tahu apa ia juga bercerita tentangku pada teman-teman prianya yang lain sebagaimana ia menceritakan tentang mereka kepadaku. Tapi jika boleh jujur aku menyimpan rasa cemburu setiap kali Aca bercerita tentang mereka. Aku cemburu pada siapapun itu aku enggan meningat nama mereka. Aku cemburu pada mereka yang tangannya menggenggam tangan Aca, mereka yang mengantar Aca ke rumah pukul duabelas malam, mereka yang membuat Aca mengingat makanan kesukaan mereka, mereka yang membuat Aca mengatakan "Eh ke situ yuk, kata si A/B/C makanannya enak lho."
Terlebih lagi, aku kesal pada fakta bahwa aku hanya bisa menyimpan semua itu kepada diriku sendiri. Tidak untuk orang lain termasuk teman-teman terdekatku. Apalagi untuk Aca yang bisa jadi membuatnya malah menjauh dariku.
Terkadang aku benci pada fakta bahwa aku jatuh cinta pada sahabatku sendiri.
Kuhela nafasku pelan. Aku menyesali pikiranku barusan yang malah membuatku merasa buruk karena sudah jatuh hati pada sahabatku sendiri, walaupun itu bukan hal yang sepenuhnya salah karena siapa sih yang bisa mengatur perasaan manusia? Aku kembali melirik perempuan yang sedang tertidur di pangkuanku. Beruntung ia sulit terganggu, jadi aku bisa mengusap rambut legamnya tanpa takut ia akan terbangun dan menyadari adanya raut cemas pada wajahku saat ini.
Alih-alih dikagetkan dengan Aca yang tetiba terbangun, aku justru kaget saat mendengar knop pintu terbuka. Aku refleks menoleh, mendapati sepasang mata yang serupa dengan milik perempuan yang tidur di pangkuanku ini sedang melihatku dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. Entah kah terkejut? Marah? Semoga saja bukan marah sih, mengingat yang barusan datang ini adalah bang Jeremy, mantan gitaris yang tempo hari aku bicarakan dengan Samuel sekaligus kakak laki-laki dari Aca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Your Arms
Fiksi PenggemarRachael dan Delroy, sepasang muda-mudi yang sudah terlalu lamaa bersama walau tidak ada status di antara mereka. Antara takut kehilangan dan takut salah satu diambil orang.