Ternyata benar apa yang dikatakan oleh teman-teman Gemini, tingkah Fourth memang tidak baik untuk kesehatan jantung.
---
Sore hari, di mana jam sibuk terulang kembali, tetapi halte di depan kampusnya tetap sepi. Mungkin karena mendung yang datang tiba-tiba membuat orang-orang mengurungkan diri untuk keluar, takut hujan turun ditengah perjalanan, sebab sebagian orang menganggap mendung seperti kegelapan yang belum tiba, menandakan bahwa badai sedang dalam perjalanan.
Sangat di sayangkan halte di depan kampusnya itu tidak memiliki fasilitas yang baik, bahkan sekedar kursi untuk duduk pun tidak ada. Mau tidak mau, Gemini berdiri dengan sabar menanti bus berwarna biru yang seharusnya sudah lewat lima belas menit yang lalu. Kalau saja bukan karena mobilnya yang di pakai sang kakak pergi ke luar kota dan ponselnya yang mati sehingga ia tidak bisa memesan ojek online, mana mungkin ia rela berdiri menghalau pegal di kaki dan dinginnya udara sore yang mendung ini. Ia mungkin memang suka mendung, tapi tidak dengan hujan. Maka dari itu, ia ingin cepat sampai di kediamannya sebelum hujan turun membasahi kota kelahirannya. Sungguh sial sorenya.
Tiba-tiba sebuah motor fazzio berhenti di depan halte, mengalihkan perhatian Gemini dari jalan raya yang ramai. Ia menatap motor itu bingung. Dia seperti pernah melihat motor itu, tapi di mana?
Sang pengendara motor melepaskan helmnya lalu menoleh ke arah Gemini. Ah, sekarang ia tahu. Pengendara itu adalah Fourth, adik tingkatnya yang merupakan mahasiswa baru bimbingannya ketika ospek dulu.
"Fourth?" Gemini memanggil terkejut. Setahunya jadwal kuliah mahasiswa baru tidak sampai sore. Paling mentok sampai jam dua siang, tapi adik tingkatnya ini ada di hadapannya di sore hari.
Fourth tersenyum, "Ayo naik, aku anter sampai rumah." Ia berujar sambil menepuk belakang motor fazzio berwarna biru miliknya.
"Gak ngerepotin elo?" Gemini bertanya. Pasalnya dulu ketika ospek ia tak sengaja melihat Fourth menolak temannya yang ingin menumpang pulang, jadi ia berpikir bahwa Fourth tidak senang seseorang membonceng di motor kesayangannya, seperti yang dikatakan oleh adik tingkat yang merupakan teman dekat Fourth.
Fourth menggeleng, "Kalau repotin, aku gak bakal nawarin."
Gemini menimang. Ia menatap belakang motor Fourth, kemudian menatap langit yang semakin mendung. "Ya udah."
Akhirnya ia menerima tawaran dari sang adik tingkat. Dari pada terkena hujan, ia lebih rela berboncengan dengan Fourth. Lagian ia dapat menghemat uang dan tidak perlu repot berdesakan di dalam bus.
Gemini berjalan menghampiri Fourth yang menyerahkan helm cadangan dari jok motor. Ia baru tahu kalau Fourth selalu membawa satu helm berwarna putih di motornya. "Ini, pakai helmnya."
Setelah memastikan Gemini nyaman di jok belakang, Fourth mengendarai motornya membelah jalanan yang ramai sore itu. Orang-orang seakan berlomba siapa yang paling cepat sampai di rumah, tapi tidak dengannya. Rasanya ia ingin mengulur waktu saja sore ini sebelum sadar akan peringatan awan mendung pekat diatasnya yang mengharuskannya untuk cepat-cepat sampai di rumah kakak tingkat yang ia boncengkan.
Motor yang dikendarai Fourth telah sampai di tempat tujuan. Gemini pun turun sambil membuka kaitan helm putih yang dipinjamkan sang pemilik motor.
"Makasih ya, Fourth." Gemini sambil menyerahkan helm yang dipakainya tadi.
Fourth mengambil helm yang diserahkan Gemini, "Sama-sama. Besok-besok kalau gak bawa mobil bilang ke aku ya, nanti biar aku yang anter jemput."
"Kenapa gitu?" Gemini mengerutkan keningnya.
Fourth mengedikkan bahunya, "Ya mau aja, siapa tahu nanti aku bisa deket sama kamu."
"Idih." Gemini diam-diam tersenyum.
Fourth terkekeh melihat respon dari Gemini, perkataan dan wajah yang ditunjukkan kakak tingkatnya itu sangat berbeda.
"Salim." Ucap Fourth sambil mengulurkan tangannya.
Gemini terkekeh melihat tingkah aneh sang adik tingkat. Memang bukan rahasia umum kalau Fourth itu penuh dengan hal-hal random di pikirannya. "Emangnya kita dilan sama milea apa pakai salim."
Fourth menggeleng, "Beda. Itu kan milea yang salim, kalau ini aku yang salim. Kan kamu yang lebih tua."
"Duh adek manis, sini salim sama kakak." Ejek Gemini sambil membalas uluran tangan Fourth.
Fourth pun mendekatkan wajahnya pada tangan Gemini dan kemudian mencium punggung tangannya. Gemini yang melihatnya terkejut, tak sadar jika telinganya memerah.
Fourth kembali terkekeh ketika melihat ekspresi Gemini, "Salim yang bener kan nyium punggung tangan" ujarnya tanpa dosa sedangkan lawan bicaranya hanya bisa menatapnya syok. Memang benar dengan rumor yang dikatakan temannya kalau Fourth merupakan bocah dengan tingkah ajaib.
Fourth mencolek dagu Gemini yang kemudian membuatnya sadar, "Aku pulang ya!" Dan kemudian Fourth pergi setelah melambai singkat kearah yang lebih tua.
Gemini tidak tahu apakah hal ini terjadi karena sore atau mendung, tapi ia yakin bahwa mendung ini adalah awal dari sebuah perubahan untuk mereka, mungkin baik atau buruk, tapi setiap perubahan memerlukan keberanian untuk menghadapinya. Maka dari itu ia menarik perkataannya tadi, mungkin sore ini bukanlah sialnya sebab ia bertemu dengan adik tingkatnya yang mampu membuat jantungnya berisik.
Sekali lagi benar apa yang dikatakan oleh temannya, Fourth memang tidak baik untuk kesehatan jantung.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
sun and his sunflower • geminifourth
Fanfictiona compilation of various genre stories with Gemini and Fourth as main character. • bxb (Gemini x Fourth) • bahasa • oneshoot collection