Buka matamu dan kamu akan melihat miliaran cerita yang tak kamu sangka hadir di setiap sudut kota yang kamu singgahi.
---
Surakarta. Sudah dua tahun Faris berada di kota ini. Awalnya ia merantau ke Solo untuk alasan pendidikan. Rela pergi dari kota kelahirannya. Faris pikir ia akan membencinya, jauh dari keluarga tersayang. Namun ternyata, merantau ke kota ini tidak terlalu buruk. Ia dapat jalan-jalan menyusuri Pasar Gede, jogging di Manahan, dan bertemu dengan banyak cerita unik di setiap sudutnya. Kata orang, Yogjakarta merupakan kota romantis. Namun menurutnya, Surakarta lah yang paling romantis.
Pemikiran itu berasal ketika Faris mendapatkan tugas untuk memotret Kota Solo yang harus di kemas dengan sebuah makna. Tugas itu membawanya keliling Solo, meskipun kala itu ia belum hafal jalan yang membuat Faris tersesat disebuah gang sepi di tambah gerimis yang tiba-tiba datang dan mantel yang tak dibawa menciptakan hari itu sebagai hari terburuk untuknya. Namun beruntungnya, ia melihat sebuah plang bertulisan Cerita Kedai Teh, nama yang unik. Faris yang siang itu telah lelah dan hampir basah pun tanpa babibu lekas masuk ke dalam. Ia berpikir untuk beristirahat sejenak sebelum pulang kembali ke kos.Lonceng berbunyi kala ia masuk ke dalam Kedai, membuat seorang pria keluar dari sebuah pintu.
"Selamat datang! Ada yang bisa saya bantu?" Pria itu tersenyum. Faris bisa tahu bahwa pria itu pelayan ketika melihat apron dengan name tag di sana. Galih, hanya itu yang terbaca olehnya sebelum beralih untuk membaca menu yang tersedia.
Sebelumnya Faris hanya tahu es teh, teh panas, dan teh tawar. Namun setelah melihat menu, ia baru tahu bahwa teh juga memiliki banyak jenis, seperti kopi. Masalahnya adalah, ia tidak tahu apa-apa selain teh melati di menu tersebut.
Seperti tahu akan kebingungan Faris, sang pelayan yang diketahui bernama Galih itu memberikan sebuah pilihan. "Kebetulan saya baru buat resep baru, mau coba?"
Maka tanpa berpikir panjang, ia mengangguk.
Faris memilih untuk duduk di pojok dekat pintu masuk, lebih tepatnya di samping jendela yang sekarang menampilkan hujan lebat. Matanya menelusuri struktur kedai dan ia setuju bahwa kedai ini penuh dengan tulisan di sudutnya, tapi tetap rapi dan indah. Ia baru tahu ada tempat seperti ini di Solo.
Lalu matanya beralih menatap Galih ketika mendengar langkah pria itu menuju ke arahnya.
"Di minum dulu tehnya." Galih menaruh secangkir teh yang masih mengebul. Dan bukannya kembali ke area dapur, ia malah duduk di depan Faris.
Sedangkan Faris tak mempermasalahkan hal itu. Ia malah lebih terpana dengan wangi segar dari teh racikan Galih, seperti wangi hujan pertama di bulan Juni.
Tak mau terpesona lebih lama, ia lekas meminum teh itu dan demi apapun yang ada di alam semesta, ini merupakan teh paling enak yang pernah Faris rasakan. Tubuhnya langsung menghangat, seakan udara dingin dari luar telah terusir pergi.
"Tehnya enak." Faris berucap sembari mendongak dan langsung bertatapan dengan manik Galih yang memang sedari tadi tak berpaling menatapnya.
"Terima kasih." Galih tersenyum, senyum yang menurut Faris terasa tulus.
Faris baru tahu bahwa pria di hadapannya ini memiliki wajah yang tampan dengan ras cina sedikit, mengingatkan Faris dengan koko-koko yang sering ia temui di Pasar Gede. Proporsi wajh dan mata yang pas, hidung mancung, juga bibir yang melengkung indah. Sepertinya Tuhan sedang dalam keadaan senang ketika menciptakan Galih.
Faris menggeleng, berusaha untuk menghentikan segala pikiran dari otaknya tentang pria yang duduk dihadapannya.
Lantas, ia berbasa-basi. "Apa nama teh ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
sun and his sunflower • geminifourth
Fanfictiona compilation of various genre stories with Gemini and Fourth as main character. • bxb (Gemini x Fourth) • bahasa • oneshoot collection