Kalau Saja Ia Mampu

295 25 0
                                    


Seperti hari sabtu biasanya, Fourth selalu merusuh di kamar Gemini. Entah mereka hanya berdiam diri sambil bermain ponsel, atau berbincang mengenai apapun. Namun kali ini, Gemini merasa yang berbeda dengan sahabat karibnya itu. Sedari tadi Fourth hanya bermain ponsel sambil tersenyum lebar di atas kasur Gemini, sedangkan sang pemilik kasur tengah duduk di meja belajarnya.

Gemini memutar kursinya menghadap Fourth yang masih tersenyum lebar, Ia jadi berpikir apa gigi sahabatnya itu tidak kering kalau tersenyum begitu terus. "Wajah lo kayak lagi chatan sama gebetan" celetuknya.

Fourth tampak sedikit terkejut sebelum balik menatap Gemini, "Kelihatan banget, ya?"

Demi Tuhan, Gemini hanya bercanda dengan ucapannya tadi. Ia tidak menyangka bahwa ucapan sepintasnya itu merupakan kebenaran.

"Sejak kapan lo punya gebetan?" Gemini terkejut. Fourth tidak pernah bercerita tentang percintaannya kepada Gemini, kecuali mengeluh tidak ada yang suka dengannya. Ia tidak tahu saja, bahwa Gemini sudah menyukainya sejak lama. Hanya saja ia tidak berani melangkah lebih, takut akan merusak persahabatan mereka yang sudah terjalin beberapa tahun, tipikal friendzone. Maka dari itu, Gemini terkejut setengah mati begitu tahu bahwa sahabatnya itu tengah memiliki gebetan.

Fourth menaruh ponselnya di atas nakas samping kasur milik Gemini, seakan bersiap untuk bercerita panjang lebar. "Bukan gebetan sih sebenernya. Lo tahu Kak Mark gak?"

Tentu saja Gemini tahu! Mark Pakin, yang ia kenal sebagai temannya Nanon, sang kakak kelas dan lawannya setiap pertandingan badminton di final. Gemini tentu hafal dengannya. Namun, bagaimana bisa Fourth kenal dengan Mark? Dan sejak kapan mereka dekat? Padahal Gemini yakin bahwa ia selalu bersama Fourth. Apa yang ia lewatkan?

"Temennya bang Nanon?" Walau Gemini tahu, ia tetap mencoba memastikan. Berharap semoga tebakannya salah.

Tapi semesta berkehendak lain. Fourth mengangguk, mengiyakan tebakan Gemini. "Iya. Kan gue sama bang Nanon itu satu studio dan Kak Mark sering ngikut bang Nanon ke studio, jadi gue sering ketemu sama dia. Kemarin gue dianter pulang sama Kak Mark terus dia bilang kalo dia tertarik sama gue dan minta ijin buat pdkt, so yeah."

Tubuh Gemini melemas, kekuatannya seakan menghilang. Ia benar-benar telah melewatkan banyak hal penting.

Dengan lemas, Gemini bertanya. "Lo iyain?"

Kembali Fourth mengangguk, "Gue bilang sama Kak Mark kalau ini pertamakalinya ada yang suka sama gue dan kata Kak Mark gak papa kita pelan-pelan aja, gitu. Jadi yaudah, gue mau coba sama dia."

Andai saja Gemini lebih berani mengungkapkan perasaannya kepada Fourth. Andai saja ia tak takut untuk melangkah. Andai saja ia tak bersembunyi di balik hubungan pertemanan mereka. Apakah posisinya akan seperti posisi Mark saat ini?

Gemini tersenyum, "Semoga itu yang terbaik buat lo, ya!"

Sudah terlambat dan yang kini hadir hanyalah penyesalan.

"Thank you, my best friend!"

Kalau saja Gemini mampu, sudah ia kejar langkah Fourth agar dapat berjalan berdampingan. Kalau saja Gemini mampu, sudah ia hujam Fourth dengan banyak rasa cintanya. Kalau saja Gemini mampu, sudah ia ungkapkan perasaan terdalamnya kepada Fourth. Kalau saja Gemini mampu, sudah ia pastikan bahwa ia yang pantas untuk Fourth sandingkan. Sayangnya, ia tak mampu.






.

.

.







sun and his sunflower • geminifourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang