Alvaro menutup pintu uks dan menguncinya begitu mendapati Celsa sudah menunggunya di sana. Bibirnya menyinggung senyum manis saat Celsa menghampiri dan memeluknya.
"Kangen." kata Celsa, memejamkan mata dan memeluk Alvaro erat.
Alvaro mengangguk, mengecup sisi wajah gadisnya. "Gue juga."
"Akhir-akhir ini hubungan kita jadi renggang. Gue ga suka."
Celsa melepaskan tubuh mereka lalu mendongak menatap lelaki itu. "Ayo jalan. Nanti malem gue pengin ke event di alun-alun. Hari ini terakhir."
Mendengar perkataanya, Alvaro menjadi terdiam, masalahnya dia juga memiliki janji dengan Shena. Namun melihat tatapan penuh harap Celsa membuat ia bimbang sendiri. "Maaf. Gue ga bisa."
Celsa bergerak menjauh. "Kenapa?"
Lelaki itu terlihat berfikir keras sampai akhirnya dia menjadikan nama teman-temannya sebagai kambing hitam kali ini. "Gue ada urusan penting sama yang lain, maaf Cel. Gue janji lain waktu gue bawa lo jalan."
Celsa membuag nafas tampak kecewa. "Mau gimana lagi."
Kecupan mendarat di kening Celsa. "Hari ini bolos bareng mau?"
Mendengar itu Celsa langsung mengangguk antusias. Menerima uluran tangan Alvaro yang membawanya keluar uks karena jam pelajaran telah dimulai itu artinya tak akan ada yang tahu kedekatan mereka sat ini.
***
Suasana di dalam kelas sangat tentram karena guru yang sedang mengajar terkenal sebagai guru killer. Bahkan Caka yang biasanya rusuh kini hanya bisa berulang kali menghela nafas, menatap teman-temannya yang sedang menguap dan ada pula yang sudah menjatuhkan kepalanya ke meja tertidur.
"Ssttt!" Caka berdesis pada Gama yang sempat melihatnya namun memalingkannya lagi. Memang biadab.
Caka menyenggol lengan Gavier yang sedang menahan kantuk dan berusaha tetap fokus pada pelajaran. "Alvaro mana?" bisiknya.
Gavier mengangkat bahunya acuh, menghiraukan ucapan Caka.
"Kalian kerjakan soal di depan. Kalau sudah selesai saya tunjuk."
Bruk! Lalu tiba-tiba terdengar barang jatuh yang sangat keras dan itu dari Pak Damis yang ditujukan pada Gama yang sedang bermain ponsel.
"Keluar kamu sekarang dari ruangan saya!" bentak Pak Damis yang segera Gama turuti. Beranjak lalu melangkah begitu saja.
Caka mengangkat tangannya. "Pak."
"Apalagi kamu?! Mau jawab soal di depan?"
Caka menggeleng keras. "Engga pak. Saya mau ke kamar mandi. Kebelet nih. Darurat."
Pak Damis berdecak. "Cepat keluar!"
Caka tersenyum lebar, menolehkan kepalanya pada Bio dan Gavier dengan tatapan mengejek lalu beranjak dan mengejar Gama.
Namun saat sudah di depan pintu kelas, dia sudah tak mendapati Gama di sana. Caka menggaruk kepalanya gatal, ingin masuk kembali ke kelas tapi dia malas juga, akhirnya Caka pun memutuskan untuk membolos hari ini.
Baru kaki Gama setengah masuk di roftoop dia tak sengaja mendengar suara tawa orang lain disana. Begitu matanya ingin melihat jelas, Gama mendapati Celsa dengan Alvaro yang sedang duduk bersama sembari bercanda gurau.
Emosi Gama memuncak, dadanya bergemuruh sampai tangannya mengepal kuat. Jika kejadiannya seperti ini, mungkin sejak lama Gama akan melarang Shena bersama Alvaro. Kalau sudah seperti ini, bagaimana lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/348008719-288-k464321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAULT
أدب المراهقينCelsa mengira menjadi kekasih bayangan untuk Alvaro sudah cukup baginya. Tetapi nyatanya ia tak puas untuk hal itu, ia ingin Alvaro sepenuhnya bukan hanya menjadi nomer dua untuk lelaki itu. Ketika semuanya semakin sulit dijalani, tiba-tiba saja Ga...