Malam ini adalah acara ulangtahun Fana. Gama sengaja datang ke rumah Celsa lebih awal, menunggu gadis itu yang tengah bersiap. Hingga akhirnya, suara ketukan sepatu membuat Gama menoleh sampai dua kali, melihat Celsa yang datang menghampiri dengan dress hitam berlengan spageti dan membentuk tubuhnya yang ramping.
Melihat Gama malam ini Celsa langsung kehilangan semangatnya. Apalagi dia harus satu mobil dengan lelaki itu yang kini memakai kemeja putih dan rambut yang tertata rapi seperti biasanya.
Setelah Celsa masuk ke dalam mobil. Gama sempat melempar tatapannya ke arah gadis itu.
"Kalau gue ga dateng cepet, lo pasti bakal kabur kan?"
Celsa memutar bola matanya malas. "Emang. Apa lo ga mikir nanti yang mereka pikirin tentang kita berdua."
"Lo harus tau, gue ga pernah perduli apa kata orang. Hidup gue terlalu berharga buat mereka ikut campuri."
Celsa mencibir dalam hati, tidak lagi menyahuti ucapan Gama sampai dia merasakan mobil mulai berjalan menuju ke rumah Fana.
Setelah menempuh beberapa menit di perjalanan, kini akhirnya Gama dan Celsa sampai di rumah Fana yang dihias begitu indah, balon-balon mengisi kolam sedalam 2 meter itu sedangkan langit-langitnya dihias lampu kerlap-kerlip. Semua orang yang datang begitu menikmati. Fana hari ini pun tampil memukau dengan dress merah dan rambut panjang bergelombang yang tengah menyambut para tamu.
Salah jika beranggapan Fana yang akan jadi pusat perhatian. Karena begitu Gama dan Celsa memasuki pesta dengan tangan saling tertaut, semua tamu di sana memandang mereka terkejut yang datang bersama. Mereka jadi pusat perhatian bahkan jadi pembicaraan hangat melebihi yang memiliki acara ini.
"Happy birthday." kata Celsa lalu memeluk Fana yang malah memandangi Gama lalu berdeham saat bersitatap dengan lelaki itu.
"Kok bisa?" bisik Fana bertanya yang tak Celsa jawab malah menepuk pipinya lalu pergi.
Gama merangkul pinggang Celsa mesra, menunjukan kedekatan mereka. Mendapati respon itu tentu saja Celsa berniat melawan namun karena Gama memberikannya lirikan tajam ia pun hanya bisa menghela nafas pasrah, sampai tatapannya bertemu dengan Alvaro yang berdiri menggerombol dengan teman-temannya juga ada Shena.
Kedua mata Alvaro menghunus tajam, memegang gelas kaca ditangannya erat melihat Celsa yang seperti biasa saja bahkan tengah berpelukan dengan Fana.
"Ternyata yang lebih bahaya itu Gama ya. Dia kelihatannya ga deket sama siapapun eh tiba-tiba bawa cewek ke pesta orang." celetuk Bio masih bertahan memperhatikan Gama yang sedang berbincang dengan Celsa.
"Kita lihat aja besok masih bertahan atau ga. Atau malah Gama cuma bawa cinderella 12 jam." kata Gavier sembari tersenyum kecil memperhatikan keduanya.
"Stock cewek cantik pun semakin menipis. Kira-kira siapa ya jodoh gue?"
"Belum lahir kali."
"Kelamaan dong. Adek lo aja gimana?" tawar Caka pada Bio yang memiliki adik perempuan masih smp.
"Ogah! Kalaupun cowok di dunia ini tinggal lo, gue ga akan rela nikahin adek gue sama lo!"
"Lo tega banget sama gue. Awas aja lo nanti gue gandeng cewek, lo sampai netes."
"Emang gue lo yang suka gosthing cewek. Kasihan tuh Fana." balas Caka menyindir.
Arah pandang Bio membalik pada Fana yang ditunjuk Caka dengan dagunya.
"Sok tau lo!"
"Jadi kamu lagi deket sama Fana, Bi?" tanya Shena sembari tersenyum.
"Hehehee iya Shen."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAULT
Fiksi RemajaCelsa mengira menjadi kekasih bayangan untuk Alvaro sudah cukup baginya. Tetapi nyatanya ia tak puas untuk hal itu, ia ingin Alvaro sepenuhnya bukan hanya menjadi nomer dua untuk lelaki itu. Ketika semuanya semakin sulit dijalani, tiba-tiba saja Ga...