Tahun pelajaran berganti, tak terasa Alvaro sudah menempati kelas 12 selama satu bulan. Semuanya berjalan baik tetapi masalah malah menghampiri hubungannya dengan Celsa. Sudah tiga hari ini mereka tidak berkomunikasi, dia sudah beberapa kali mencoba namun Celsa terus menolak. Jika saja hubungan mereka lain, mungkin dia akan dengan bebas menemui Celsa. Kalau sudah seperti ini bagaimana lagi.
"Hai." sapa seorang gadis pada Gama sembari mengusap lengan lelaki itu yang sedang berjalan di koridor bersama teman-temannya terkecuali Alvaro yang entah pergi kemana.
Gama Elang Alendra, wakil dari geng motor Arcegas yang diketuai sendiri oleh Alvaro. Gama dikenal sebagai seorang lelaki yang tampan dan menyimpan banyak segudangperempuan. Tiada hari tanpa berkencan dengan para gadis walaupun akan berakhir di ranjang. Namun kenyataanya walaupun semua orang tahu itu, kebanyakan perempuan tetap ingin berkencan dengan Gama setidaknya mereka ingin mencoba walau hanya sekali.
Caka memperhatikan gadis itu sampai kepalanya menoleh ke belakang, setelahnya dia menarik Gama agar bertukar posisi.
"Halo Gam." sapa gadis lainnya yang dibalas senyum tipis oleh Gama.
Caka menatap lelaki itu tak terima. Seakan hatinya iri ingin mendapatkannya juga.
"Lo kenapa sih?!" kesal Gama menatap Caka.
"Mastiin aja posisi gue udah pas."
Bio tertawa sembari memasukan tangannya ke dalam saku. "Mau lo kayang pun Cak. Kalau Gama yang lebih unggul lo bisa apa."
"Kepala lo kayang. Gue ini kurang gatel aja ga kaya temen lo."
"Lo gini aja udah gatel, mau ditambah gatelkaya gimana lagi emangnya?"
"Yang bisa digaruk."
"Pantat lo!"
"Kenapa? Semok. Lo iri?"
"Najis!"
Gavier geleng-geleng kepala. "Lo berdua bisa diem!" sentaknya menghentikan perdebatan mereka yang mengganggu jalan.
Caka memberikan jari tengahnya kepada Bio sebagai pengakhir perdebatan mereka.
Di tengah-tengah perdebatan itu, Shena kemudian datang dengan senyum manisnya. Menatap Gama dan Bio bergantian lalu menyerit karena takmendapati Alvaro bersama mereka.
"Halo neng Shen Shen."
Shena tersenyum membalasnya. "Alvaro mana ya?"
"Oh cari Alvaro. Lagi berak kali Shen."
Bio menendang Caka yang ada di depannya. "Ga usah sok tahu nyet!"
"Gama kamu tau, Alvaro dimana?"
"Cari aja sendiri." ketusnya tanpa meninggalkan tatapan dinginnya.
Shena menghela nafas. Menatap kotak bekal yang ingin ia berikan pada Alvaro.
"Bisa kamu kasih ini ke Alvaro? Dia bilangbelum sarapan, jadi aku bawain bekal. Tolong ya?"
Gama memperhatikan uluran tangan Shena.
"Gue sibuk."
Shena mengangguk, menarik tangannya.
"Ya udah deh aku kasih nanti aja." katanya ingin berbalik pergi."Kenapa lo bisa sebodoh ini Shen?!" Gama berujar dengan kemarahan dan kebencian pada Shena yang terpaku.
"Apa?"
Gama menggeram saat menyadari tak bisa menahan perasaannya. Tanpa membalas pertanyaan gadis itu, Gama langsung berlalu pergi dengan langkah lebar.
Setelah kepergian Gama, Shena menunduk. Apa Gama belum bisa melupakan perasaanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAULT
أدب المراهقينCelsa mengira menjadi kekasih bayangan untuk Alvaro sudah cukup baginya. Tetapi nyatanya ia tak puas untuk hal itu, ia ingin Alvaro sepenuhnya bukan hanya menjadi nomer dua untuk lelaki itu. Ketika semuanya semakin sulit dijalani, tiba-tiba saja Ga...