Dimitri masih terpaku di tempatnya. Bibirnya juga terasa kelu dan tenggorokannya mendadak kering. Dimitri ingin sekali bicara tapi suaranya tertahan di tenggorokan dan tidak bisa ia loloskan. Usahanya untuk tetap berekspresi natural jelas saja sudah gagal. Kalau dilihat, Dimitri sudah seperti seseorang yang baru saja menerima kabar duka.
Dimitri masih belum percaya apa yang dia dengar. Mendengar seseorang menyukai Kiri bukan hal baru dan pertama baginya, tapi ini pertama kalinya ia mendengar pengakuan seseorang yang menyukai Kiri secara langsung. Dan Dimitri tidak suka mendengarnya, ada perasaan panas yang menjalar cepat di dadanya. Rasanya seperti hatinya dibakar dari dalam.
Wajah Bastian yang kebingungan tidak lagi terlihat di mata Dimitri. Matanya terbuka lebar tapi pandangannya kabur, mulutnya berkedut seperti ingin bicara tapi desahanpun tak terdengar. Bastian terlihat sedikit panik, ia sentuh bahu Dimitri untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa Dimitri baik-baik saja.
“Dim, kau baik-baik saja?” Tanya Bastian pelan sambil mengambil langkah mendekat. Bastian sedikit menggoyang-goyangkan tubuh Dimitri yang membeku. Tidak ada reaksi.
“Dim,” Panggil Bastian dengan suara sedikit keras.
Dimitri menarik nafasnya. Sadar kalau reaksinya sudah sangat berlebihan sekarang. Ia palingkan wajahnya dari Bastian, mencoba menolak kontak mata.
“Ah, jadi kau suka dengan Kiri?” Tanya Dimitri dengan nada biasa. Dengan seluruh kemampuannya, Dimitri coba tersenyum dan kembali menatap Bastian.
Bastian mengangguk ragu. Masih ada sedikit guratan khawatir dan bingung di wajahnya, reaksi Dimitri di luar dugaannya. Dalam bayangan Bastian, Dimitri akan tertawa keras saat ia mengatakan perasaannya pada Kiri, atau paling tidak Dimitri akan menasihatinya untuk berhati-hati pada Kiri yang notabene nakal. Tapi yang ia lihat sekarang, Dimitri seperti baru saja mendengar bahwa ia menyukai pacar Dimitri. Seketika Bastian memiliki pemikiran aneh, apa Dimitri suka pada Kiri? Batin Bastian mulai bertanya-tanya.
“Kau tidak suka kan dengan Kiri?” Tanya Bastian hati-hati.
Mendengar itu membuat Dimitri seperti di sengat listrik ribuan volt. Rasanya ingin lari dari sini dan menghindari pertanyaan itu, Dimitri ingin jujur tapi ia tidak tahu untuk apa ia jujur, tapi Dimitri juga tidak mau berbohong dan mengatakan sesuatu yang berlainan dengan hatinya. Bibir Dimitri tampak bergetar, berat sekali untuk membuka suara.
Kekehan tiba-tiba terdengar keluar dari mulut Dimitri, lama-lama malah jadi tawa keras yang semakin membuat Bastian bingung. “Apa?” Tanya Dimitri sambil terus tertawa. “Suka dengan Kiri? Dengan anak nakal seperti dia? Tidak, Bas. Aku tidak bisa bilang bahwa aku tidak akan suka dengan laki-laki, maksudku, mungkin saja aku akan jatuh cinta pada laki-laki nanti. Tapi tidak dengan Kiri, aku mau pacaran dengan orang yang menurut denganku, orang yang mau mendengarku. Dan Kiri jelas bukan orang yang seperti itu. Tenang saja, kau bisa dekati dia.” Dimitri menatap cermin setelah mengatakan kata-katanya, dan entah mengapa pantulan wajahnya terlihat menyedihkan sekali di sana. Ia baru saja membohongi dirinya, membohongi perasaannya. Dan Dimitri tidak tahu kenapa ia melakukan itu.
Bastian tertawa di sampingnya. Dimitri merasakan tangan Bastian tersampir di punggungnya saat ia sedang membungkuk untuk mencuci wajah. Kesal sekali, apa yang Dimitri rasakan sekarang adalah kesal, dan menyesal. Dia baru saja membukakan Bastian pintu yang lebar menuju tempat Kiri.
“Terima kasih, Dim. Dan maaf sudah sedikit mencurigaimu tadi.” Ujar Bastian di ikuti kekehan pelan. “Anak nakal seperti Kiri memang bukan untukmu yang kalem, Dim. Dia untuk orang yang nakal juga, sepertiku. Benarkan?” Tanya Bastian dengan suara yang terdengar seperti cemoohan di telinga Dimitri.
Diam-diam, Dimitri mengepal tangannya di atas westafel, merasa tidak bisa menahan untuk meninju wajah Bastian kalau ia terus mendengarkan ocehan Bastian tentang Kiri. Dengan cepat Dimitri berjalan menuju pintu keluar toilet yang berada di samping bilik toilet. Namun langkah Dimitri terhenti saat ia melihat sosok Kiri berdiri menyandar di balik pintu. Mata Dimitri melebar menatap Kiri yang hanya diam dengan tatapan senduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestfriend. Sorry, But I Love You. (Selesai)
Teen FictionSetelah ini, kalian akan melihat. Betapa status sahabat bisa sangat menyiksa bagi mereka yang menyadari perasaan cinta. Kenyataannya, mencintai seseorang tanpa sanggup mengatakannya adalah hal yang sangat sulit.