Ini iseng aja sih. Tiba-tiba keinget seseorang yang kalo ngajakin jalan selalu bingung mau kemana.. heheehe
Ini ga terlalu manis kok. Jadi jangan berharap lebih yaaaa.Happy reading.
***
Katanya cinta bisa membuat orang yang sedang merasakannya seperti lupa diri. Lupa makan, lupa tidur, lupa kalau belum mandi. Yang diingat hanya pasangannya saja, apalagi kalau baru berpacaran. Rasanya, isi otaknya hanya pasangannya saja. Dulu itu terdengar aneh dan menggelikan, norak juga. Tapi sekarang, sepertinya Kiri harus mengakui kalau itu semua memang benar.
Ia dan Dimitri sudah genap seminggu berpacaran. Tapi ajaibnya, mereka tidak berubah. Masih seperti biasanya, terlihat seperti teman akrab yang lebih sering bertengkar dari pada baik-baikkan. Mereka masih saja sering bertengkar hanya karena hal spele. Bahkan saat seminggu lalu Dimitri menembak Kiri, mereka bertengkar saat tidak sengaja Dimitri menggigit bibir Kiri. Dengar-dengar selangkangan Dimitri berdenyut-denyut sampai malam karena dengkul Kiri menerjangnya dengan kuat.
"Akh, sakit bodoh!" Teriak Dimitri waktu itu. Kedua tangannya memegangi selangkangan dengan wajah meringis. Matanya tertutup sempurna, dan ada bulir air mata di sana.
Kiri hanya menaruh tangannya di bibir dengan alis saling bertautan. Meski ada rasa menyesal telah membuat Dimitri kesakitan seperti itu, tapi Kiri juga kesal karena Dimitri menggigit bibirnya. "Suruh siapa menggigit bibirku?!"
Mereka saling berteriak di depang muka. Mengatai bodoh satu sama lain. Tapi tetap saja, sama seperti biasanya, mereka akan berbaikan setelahnya, entah karena apa.
Kiri sedang berbaring menatapi langit-langit kamarnya dengan tatapan penuh malam ini. Masih merasakan bahagia yang teramat sangat, meskipun momen ajaib itu sudah seminggu yang lalu kejadiannya. Tapi rasanya masih membuat Kiri malu.
Bahkan wajah Kiri akan bersemu merah sekali saat melihat kontak Dimitri di ponselnya yang sekarang sudah berubah nama. "Dimitri :*". Memang sih masih Dimitri, tapi ditambahi emoticon cium. Sebenarnya Dimitrilah yang mengusulkan itu. Bahkan nama Kiri di kontak ponsel Dimitri lebih nekad lagi, "Kiri sayang :*". Kekehan kecil keluar dari bibir Kiri saat memikirkannya.
Sebenarnya ada beberapa hal yang membuat Kiri tidak terbiasa ketika hubungan mereka kini bukan lagi hanya sekedar teman. Selain nama kontak yang berubah, perilaku Dimitri yang kepalang manis juga kadang membuat Kiri mau gila. Dimitri tidak segan membisikan kata sayang ke telinga Kiri, mengecupi tangan Kiri saat ia sedang membaca buku di perpustakaan, atau ciuman panas di toilet pom bensin.
Kiri senang merasakan itu semua, bukannya kesal, tidak sama sekali. Tapi kadang Kiri kaget saja. Biasanya Dimitri tidak akan segan menoyor kepala Kiri tanpa mengatakan maaf setelahnya, tapi sekarang Dimitri akan langsung memeluk kepala Kiri ke dalam dadanya saat tidak sengaja melakukan hal kasar itu. Pria jangkung itu juga jadi jarang menyentil keningnya seperti sebelum mereka pacaran. Dua hari lalu ketika Dimitri menyentil kening Kiri karena kesal, pria tampan itu langsung menarik Kiri dari kelas menuju atap, lalu menciumi kening tempat ia mendaratkan sentilan.
"Maaf ya, Ri. Sakit ya?" Bisik Dimitri dua hari lalu.
Kiri hanya tersenyum sambil menggeleng lemah. "Tidak. Yang tadi tidak terlalu keras, biasanya lebih keras dari itu."
"Aku tidak akan sering menyentilmu."
Kemudian mereka berpelukan.
Yah seperti itu. Perubahan sifat Dimitri membuat Kiri senang sekaligus kaget.
Getaran pada ponsel Kiri yang ia letakan di perutnya membuyarkan lamunannya. Dengan cepat ia mengecek sebuah pesan yang baru saja masuk. Dalam hati Kiri menebak bahwa pesan itu datang dari Dimitri, karena entah kenapa pria itu akan muncul ketika Kiri sedang memikirkannya, entah dalam wujud tubuhnya atau sebuah pesan singkat seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestfriend. Sorry, But I Love You. (Selesai)
Teen FictionSetelah ini, kalian akan melihat. Betapa status sahabat bisa sangat menyiksa bagi mereka yang menyadari perasaan cinta. Kenyataannya, mencintai seseorang tanpa sanggup mengatakannya adalah hal yang sangat sulit.