===
Seorang wanita tengah berjalan menuju depan pintu rumah miliknya menemui sang suami yang tengah menunggu dirinya dari tadi untuk berpamitan.
Berjalan sejenak melihat ke arah pintu masuk terdapat suaminya berdiri di sana, disampingnya sudah ada Desi dengan kegiatan memainkan ponsel miliknya.
"mas, udah siap kan?," Ucap mita melirik ke arah pakaian suaminya harap harap tidak ada yang tidak rapi, berjalan mendekat lalu mencium tangan sang suami.
Dibalas oleh sang suami dengan mencium kepala istrinya, dirasa sudah selesai dengan, suami dan anaknya mulai beranjak dari sana menuju mobil. Membunyikan klakson, mobil itu telah keluar dari pekarangan rumah milik keluarga kecil nya.
Sekarang tinggal mita seorang di rumah dirinya harus buru buru bersih bersih badan, hari ini dirinya akan berangkat bekerja juga menjadi seorang guru.
Sudah satu jam dirinya berkutat dengan peralatan makeup miliknya, satu jam itu bukan hanya memakai makeup namun juga di selingi dengan beres beres rumah, mandi berpakaian.
Mengunci pintu rumahnya, dia berjalan menuju depan gerbang, disana sudah terparkir taksi yang dipesan oleh dirinya tadi. Menyapa sebentar pak taksi kemudian masuk ke dalam mobil itu. Tak ada pembicaraan antara mereka, Mita mengecek kembali list kelas yang akan ia hadiri disekolah nanti.
Lamanya perjalanan akhirnya taksi itu sampai di depan gerbang sekolah, mita membuka pintu mobil itu kemudian keluar setelah memberi 2 lembar uang ratusan. Bergegas menuju pintu gerbang yang sebentar lagi akan ditutup oleh mang satpam, takut dirinya nanti akan dicap guru yang sering telat, lagipun ia guru baru disini jadi harus mencontohkan hal yang baik.
Sampai di gerbang yang tinggal 2 langkah lagi akan tertutup, mita mengangkat tangannya ke hadapan mang satpam tanda ia meminta agar jangan menutup gerbang sebelum dirinya masuk, tangan satunya lagi memegang lutut dan membungkuk, deru nafasnya tak beraturan keluar dari mulut nya karena berlari tadi. Setelah nafasnya kembali normal Mita berdiri lalu berjalan masuk sambil tersenyum ramah kepada satpam.
Suasana ruang tampak sepi, ia kira dirinya sendiri yang telat datang ternyata seluruh guru juga belum datang, berjalan menuju mejanya meletakkan tas berisi buku catatan untuk mengajar. Mendudukkan tubuhnya sambil kembali mengulang materi ajar sebelum bel jam pertama berbunyi.
Lama fokus dengan kegiatannya, mita tak sadar dikit demi sedikit para guru mulai masuk ke ruang mereka.
Menilik arloji ditangan kirinya masih tersisa 10 detik lagi bel berbunyi, dirinya sudah siap-siap merapikan kembali catatannya, setelah selesai dirinya menunggu sebentar sambil sesekali tersenyum hangat kepada guru guru yang menyapa dirinya.
Ting.
Suara nyaring bel berbunyi mengisi setiap lorong lorong kelas, para siswa yang berada di lapangan dan di kantin mulai meninggalkan tempat mereka menuju ke kelas masing-masing.
Disisi lain 5 anak berandal tengah mengupat mines 2 orang yang yang hanya menunjukkan wajah tanpa ekspresi, suara bel itu mengganggu waktu istirahat mereka. Sambil mengumpat namun mereka juga bergerak menuju ke kelas mereka. Dasar beraninya ngupat di belakang. Pikir author.
Dalam perjalanan menuju ke kelas yang terdengar hanya suara paldo yang terus menerus mengumpat, membuat bagas jengah berakhir memukul bibir paldo kuat membuat sang empu mengaduh sakit, hendak membalas namun terhenti kala mendengar sapaan Tio kepada bu wita.
"Pagi bu," sapa tio dengan mata yang tidak pernah berhenti menatap sang ibu guru sambil tersenyum manis, tampak sekali aura buaya ditubuhnya.
"Eh, pagi juga," melihat kesamping, balas mita menyapa, "kok belum masuk kelas, jam belajar udah dari 4 menit yang lalu loh," lanjut wita berujar lembut layaknya seorang guru idaman.
"Ahh, lembut sekali suaranya, jadi pengen nikahin, eh maksudnya jadi mantu," ungkap Tio kelepasan namun langsung di sanggah olehnya sendiri.
"Loh, emang kamu kenal dengan putri saya," tanya mita, dirinya pikir anaknya tidak pernah dekat dengan siapapun dan lagipun siswa di depannya ini tak pernah nampak bulu hidungnya bertamu di rumahnya. Ingat anaknya itu tak satu sekolah dengan siswanya ini.
"Loh, ternyata ibu punya anak perempuan, boleh dong kenalin ke calon mantu," balas Tio setelah ucapan yang disanggah olehnya tadi tidak melesat, para temannya yang mendengar ucapan Tio merasa khawatir dengan sikis ibu guru didepan mereka ini. Tak mau membuat ibu guru mereka terganggu oleh Tio, bima dan paldo menarik tubuh Tio menuju ke dalam kelas, Tio nampak kesal karena aktivitas dirinya yang ingin mendekatkan diri kepada sang mertua malah terganggu dengan tarikan dari kedua teman asu nya itu.
Perginya Tio, Bima dan paldo meninggalkan ken dan bagas yang masih setia berdiri di depan bu mita, tidak ada perbincangan hanya ada tatapan dalam dari salah satu siswanya itu, melihat itu membuat mita gugup apa ada yang salah dengan penampilan dirinya. Melirik ke arah siswa yang satunya yang tidak menatapnya seperti temannya itu, mita hendak bertanya namun didahului oleh suara dari belakang punggung Mita. Seorang guru laki-laki mungkin seusia Mita, berjalan mendekat lalu menyapa bu wita dengan senyuman ramah.
"Kalian kalo ga ada kegiatan lain silakan masuk ke dalam kelas!," Perintah pak guru itu setelah beralih menatap kedua siswa laki-laki yang menganggu bu guru baru itu. Bagas dan ken mulai angkat kaki dari sana, awalnya ken masih bergeming di tempat dengan masih menatap bu wita sebelum tarikan dari bagas temannya barulah setelah itu ia bergerak mengikuti bagas.
"Biasa bocah baru puber, suka ngenit," ujar pak guru itu kembali menatap Mita disampingnya. "Saya juga kalau seumuran mereka juga mau, kebetulan saya belum punya pendamping," lanjut pak guru tersebut dengan menawarkan jasa jadi calon imam buat bu wita.
Bu wita mendelik ketika tiba-tiba pak guru itu menawarkan tempat menjadi makmum di shop imamnya, dia pikir mita masih ting ting apa.
"Maaf pak, saya sudah punya imam, bapak cari makmum yang lain saja, permisi" ungkap mita dengan sopan dilanjut permisi oleh wanita itu, meladeni bapak guru itu bisa membuatnya terlambat mengajar, bisa bisa nanti ia di cap makan gaji buta oleh anak muridnya.
Berjalan memasuki kelas yang tadi terhenti oleh celotehan murid-muridnya, kelas yang sama dengan siswa yang tadi tak berhenti menatapnya bahkan kini pun anak itu masih tetap menatapnya, apa anak laki laki itu ingin mencalonkan diri jadi imamnya juga seperti pak guru tadi, plislah dirinya sudah punya mohon kerjasamanya. Mengusir pikiran yang tidak benar kebadakanya( yg asli ada badaknya hehe:), ia mulai pembelajaran pagi ini dengan bab pembuatan surat izin.
Ditengah sang guru menjelaskan, seorang siswa selalu menatap wanita itu dengan pikiran aneh dikepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
takdir
Teen Fictiondiantara batas batas yang terdefinisi dengan jelas di sekolah, seorang guru yang terhormat dan murid yang ceria menemukan diri mereka tenggelam dalam asmara terlarang. Semakin dalam cinta mereka, semakin tebal pula penghalang yang mereka hadapi. Dal...