ungkapan rasa

3 1 0
                                    

Sebelum baca part ini silakan dengar lagu diatas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca part ini silakan dengar lagu diatas

===

"apa yang sedang kau rencanakan ken?," Tanya bagas setelah lama terdiam, dirinya terus memikirkan kejadian tadi di dalam kelas.

Ken lelaki itu yang merasa namanya disebut beralih menatap Bagas dari kegiatannya mengaduk kopi, "apa?," Tanya ken menunjukkan wajah bingung.

"Bu mita," satu nama keluar dari mulut bagas, ken merubah wajahnya ketika mendengar satu nama itu kemudian kembali seperti semula,datar. Gerak gerik ken dari tadi sudah disadari oleh bagas, lelaki itu memang cerdik dalam melihat ekspresi sahabatnya itu.

Setelah ucapan terakhir yang dilontarkan oleh bagas, kini kedua sama-sama terdiam, ralat hanya ken yang terdiam bagas sepertinya tengah menunggu jawaban dari ken sahabatnya itu. Di tempat yang sama namun disisi yang berbeda nampak ketiga sahabat lainnya memusatkan perhatian mereka terhadap perbincangan kedua sahabat mereka. Ketiganya tidak lagi tidur tiduran.

Lama terdiam akhirnya ken buka suara. "Ga tau," ucap ken sambil mengambil cup kopi disamping dirinya yang hampir dingin itu.

Mendengar jawaban ken yang tak meyakinkan sebuah kata keluar kembali dari mulut bagas hal ini membuat atensi ken kembali menghadap bagas, disana sudah ada ketiga sahabat lainnya yang tengah meminta pernyataan dari dirinya juga.

"Kau suka dengan bu mita?,"

Menatap keempatnya Satu kata keluar dari mulutnya, "mungkin," dengan meminum kopi yang hangat kuku ditangannya itu.

"Gila, dia sudah punya suami tolol," kesal bagas, ken, pria itu nampak acuh.

Namun beda halnya dengan paldo dan juga Tio, keduanya nampak sedang bersitatap menyalurkan pemikiran mereka satu sama lain, seperti ada telepati tak kasat mata.

"Ken, kau yakin dengan perasaan kau itu?," Tanya tio yang mengangkat satu alisnya ke arah paldo. Menyiratkan bahwa dia tengah menjalankan misinya.

Ken menatap ke arah Tio, mengedikan bahunya tanda ia belum sepenuhnya ada rasa dengan wanita yang dipanggil guru oleh mereka itu.

Berjalan mendekat, kini tio telah berdiri di samping Ken yang telah menandaskan secangkir kopi miliknya.

"Aku punya sebuah tantangan yang seru, kau mau ikut,' ucap Tio mencoba melobi ken agar ikut dalam tantangan yang dirinya buat.

"Apa?," Tanya ken langsung.

"Kau kan belum tau tentang perasaan kau dengan bu mita apa hanya sebatas perasaan kagum atau perasaan cinta," jawab Tio, namun Dimata ken tio ini bertele tele.

"Cepat, apa intinya," ujar ken tak mau bertele tele.

"Kau pacari bu mita selama sebulan, jika perasaan kau memudar berarti itu bukan cinta," jawab Tio cepat, lelaki yang diberi tantangan itu barusan, mulai diam berpikir apakah tantangan temannya ini ide yang cemerlang, ah coba saja.

"Baiklah, akan kucoba," pungkas ken dengan senyum smirk tercetak di bibirnya.

Lain halnya dengan bagas yang malah terlihat tak setuju dengan tantangan yang diberikan oleh Tio, ken juga malah mau saja diberi tantangan yang akan membuat dirinya malu nantinya karena pacaran sama guru, itupun jikalau mereka jadian.

"Sudahlah ken, tidak usah ikuti tantangan tak jelas itu," ucap bagas.

"Kenapa kau tak setuju bagas?, Apa kau juga suka dengan bu mita?," Ujar paldo menarik atensi bagas.

"Cih, aku tak suka wanita yang lebih tua," jawab Bagas menatap tajam ke arah paldo. Ia rasa baru kali ini teman temannya semenyebalkan ini. Padahal niatnya baik agar ken tidak dapat masalah dari sekolah dan berujung dikeluarkan oleh pihak sekolah.

"Uhh, sahabat kita satu ini ternyata punya prinsip yang kuat," balas paldo dengan menyenggol bahu Bagas dengan tawa. "Lagipula tantangan ini buat meyakinkan ken apakah dia benar benar jatuh cinta dengan bu mita, tak ada maksud lain." Lanjut paldo memegang kedua pundak milik Bagas.

Sepertinya kehendak bagas untuk menghentikan ken dari tantangan tersebut akan sia sia, pasalnya ken juga setuju dengan langkah ini, bagas tak habis pikir dengan jalan pikir temannya itu. Apakah tidak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya.

Melihat bagas yang menatap ke arah lantai, membuat paldo bergerak merangkul pundak bagas meyakinkan kepadanya bahwa ini akan berjalan lancar.

"Kau tak usah khawatir, kita dukung saja," ucap paldo dengan masih merangkul pundak bagas, lelaki yang dirangkul itu melirik sekilas ke paldo menelisik ke arah matanya. Seberapa yakin temannya itu dengan jalan ini.

"Betul itu," saut Bima yang terdiam dari tadi menyimak obrolan sahabat sahabatnya itu, sebenarnya dirinya juga tidak yakin dengan tantangan ini, namun apa boleh buat ken saja menyetujui perihal tantangan ini, dirinya hanya bisa mendukung saja.

Mendengar sautan dari arah belakang membuat bagas melihat ke sumber suara, disana berdiri laki laki dengan Surai coklat miliknya. Dia bima.

"Oke baiklah, terserah kalian saja, aku mau masuk kelas bel sudah berbunyi dari tadi," ujar lelaki yang sedang dirangkul oleh paldo. Melepaskan rangkulan temannya dari sisi sebelah kiri pundaknya beranjak dari basecamp tersebut menuju ke arah luar.

Dari dalam terlihat ken juga beranjak mengikuti bagas yang telah terlebih dulu keluar dari basecamp tersebut, diikuti oleh Bima dan paldo kemudian disusul oleh Tio.

Setelah lama berjalan, kini mereka telah sampai di depan pintu kelas, membuka pelan daun pintu lalu memasuki ruangan itu menuju ke arah tempat duduk masing masing. Kenapa mereka tidak dihukum?, Ya mereka masuk sebelum guru datang ke kelas.

Waktu terus berjalan, kini seorang guru tengah mengajar di ruang fase 1, tak ada yang spesial hanya kegiatan mengajar oleh guru ke muridnya.

Disisi lain, wanita dengan modul di genggaman nya sedang berjalan menuju ruang guru, dirinya telah selesai mengajar di kelas fase 3. Mita hari ini hanya mengajar 3 kelas dan fase 3 kelas terakhir yang ia ajar. Berjalan menapaki setiap puzzle puzzle keramik, menelusuri koridor sekolah yang tampak sepi karena ini masih waktu belajar, hanya jam mengajarnya saja yang sudah selesai.

Diujung lorong telah nampak pintu bercat hijau milik ruang guru, berjalan lagi, kini dirinya sudah sampai di depan ruang guru, memasuki ruangan itu menatap seisi ruangan menyapa para guru yang berada di dalam ruang yang didominasi warna hijau telor asin.

Berjalan menghampiri mejanya dengan langsung mendaratkan pantat seksi miliknya kearah kursi, setelah berhasil mendudukkan diri, perempuan itu tengah mengaktifkan komputer yang ada ada di meja milik inventaris kantor.

Setelah menyalakan komputer, tangan mulus miliknya kini bergerilya di atas keyboard mengetik setiap data yang ia catat di buku kecil miliknya tadi. Dirinya berencana mengetiknya di komputer agar punya salinan, jikalau nanti dirinya kehilangan buku kecilnya itu maka dirinya tak perlu cemas.

Ketika sedang mengetik suara notifikasi milik hpnya berbunyi nyaring ke seisi ruangan itu,
Sebuah pesan dikirim oleh orang tak dikenal, membukanya.

"Kamu mau jadi pacarku?," Isi pesan singkat yang dibaca oleh mita membuatnya terkejut dan hampir melepaskan genggaman hp ditangannya.


"Kamu mau jadi pacarku?," Isi pesan singkat yang dibaca oleh mita membuatnya terkejut dan hampir melepaskan genggaman hp ditangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang