Together || MaiTake

Empat

Sekolah hari itu terlihat biasa, namun ketika jam istirahat berlangsung, Takemichi lagi-lagi menjadi sasaran pembuli.

Kali ini mereka lebih keterlaluan.

Si pirang dituduh mencuri dan siapapun sudah menaruh sejumlah uang kas kelas kedalam tasnya.

Habislah ia jadi samsak dan ejekan dari orang-orang sekelas.

Ia dibuat berlutut dan disuruh meminta maaf atau dilaporkan pada guru.

Semua orang yang melihat itu tertawa geli.

Namun tidak dengan Mikey.

Ia bangkit dari duduknya dan menarik lengan Takemichi untuk bangun.

Pembelaan itu tentu saja menjadi bahan untuk ejekan berikutnya.

"Oh Sano, jangan bilang kalau sekarang kau jadi pahlawan si pecundang"

" Menjijikkan.. apa kalian selama ini sudah jadi pasangan homo "

" Ayolah.. semua orang tau, Hanagaki adalah pelacur ayahnya yang pemabuk "

Takemichi yang diam meremas kuku jarinya.
Telinganya sangat panas, sampai ia merasa muak dan marah.

Ia menepis tangan Mikey kasar.

Matanya sudah memerah karena diujung amarah.

Cukup...

Takemichi yang gelap mata langsung menghampiri siswa itu.

Menarik seragamnya dan menghempaskannya ke lantai.

Buaghh

Buaghh

Buaghh

Takemichi memukul siswa itu dipipi dengan sangat keras.

Bahkan tangannya meraih buku tebal dan membabi buta wajah itu dengan buku dikedua tangan.

Darah mulai mengalir, lengan dan buku ditangan berubah merah karena tercetak darah lawan pukul.

Beberapa siswa menghentikan aksinya. Para siswi berteriak ketakutan.

Takemichi yang gelap mata langsung menyadari apa yang sudah ia perbuat.

Matanya membulat dan tangannya bergetar.

'apa yang sudah aku lakukan?'

" APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN ANAK BERANDAL! ANAKKU PATAH HIDUNG! KU TUNTUT KELUARGAMU! "

ruang kepala sekolah dipenuhi guru dan wali murid.
Ada dua wali kelas dan satu kepala sekolah, juga sepasang orangtua dan seorang pria dipanggil atas nama sekolah. Mereka duduk melingkari sebuah meja panjang dalam ruangan tersebut.

Para orangtua ini dipanggil setelah insiden berlangsung beberapa waktu lalu.

Seorang pria yang terlihat kesal menunjuk pada wajah Takemichi yang hanya bisa merunduk, tidak terima anaknya dihajar sampai dibawa ke rumah sakit.

" Saksi para murid mengatakan, anakmu mengatai puteraku. Kalian bahkan membulinya dan menyebutnya pencuri. Aku yang seharusnya menuntut untuk keadilan. Aku juga bisa menuntut sekolah ini. "

Wajah ayah Takemichi terlihat serius juga mengancam.
Ia melirik puteranya yang sedari tadi hanya bergetar ketakutan.

" Tuan-tuan, kita disini untuk menyelesaikan semua masalah ini secara kekeluargaan, harap tenang. "