Dua

428 43 0
                                    

" panggil saja Mikey, yoroshiku.. "

Senyuman seadanya diberikan, beberapa keterangan singkat tentang dirinya dijelaskan didepan kelas, tanda perkenalkan singkat.

Si murid baru diminta untuk duduk di bangku kosong belakang Takemichi.

Mata hitamnya terus menelusuri si pemuda acuh, tertarik melihat bekas lebam dan ungu yang ketara pada wajah itu.




Guru mulai untuk pelajaran pertamanya. Namun Takemichi tidak bisa fokus.
Ia yakin sedang ditatapi sedari tadi oleh si murid baru.

Dan begitu ia menoleh kebelakang, dugaannya benar.
Mikey terus memandanginya dengan menopang sebelah dagu.

" Apa liat-liat?"

Takemichi mendelik dengan suara kecil. Takut guru mereka tau jika dia sedang tidak fokus.

Mikey menggeleng, kini seuntai senyuman lebar direntangkannya.
Kalau saja Takemichi adalah siswi-siswi centil dikelasnya, ia pasti sudah nge-fly, melayang melihat senyum dari siswa tampan itu.

Tapi sayangnya dia cowok, dan masih normal.

Memilih untuk cuek, Takemichi kembali fokus pada guru yang sedang menerangkan sembari mencorat-coret papan tulis.

Belum ada satu menit, punggungnya serasa ditoel oleh jari dibelakangnya.


Makin didiemin makin juga ngelunjak.


Capek sama isengnya Mikey dibelakang, Takemichi sedetik itu juga membuat satu kelas menoleh kearah mereka.

" BISA DIEM GAK SIH! "


" Hanagaki! "

Lemparan kapur dari depan langsung mengenai kepala pirang, Takemichi mendapat satu glare maut dari sang guru.

" Kalau kamu gak bisa mengikuti pelajaran bapak lebih baik berdiri didepan kelas! "

Oh sialnya..

Satu kelas terkikik geli melihat dirinya sudah mirip orang bodoh.
Berjalan keluar dan berdiri disamping jendela.

Takemichi merutuki Mikey yang cuma tersenyum sembari melambaikan tangannya kecil.

Sialannya..

Pikir si pirang.



















" Ne ne.. Mikey-kun. Mau ke kantin bersamaku?"

Jam saat itu sudah menunjukkan waktu istirahat, Mikey yang sibuk dengan gawainya menoleh begitu seorang siswi mengajaknya untuk ke kantin bersama.

Mikey menolak ajakan gadis itu. Tapi seperti kata orang, perempuan memang makhluk pemaksa, jadi kalau dia bilang ya berarti tidak bisa dibantah/?

Siswi itu malah sudah menarik lengan Mikey, dengan bujukan dan suara yang dimanis-maniskan. Dia berharap anak baru ini mau diajak sekalian modus-modus pedekate.

Adegan itu berhenti ketika punggung perempuan itu bersenggolan dengan Takemichi yang baru balik kelas dari ruang guru.

" Kalo jalan pake mata! "

Ketus siswi itu.

Males meladeninya, Takemichi memilih untuk minta maaf dengan singkat.

Namun baru mau jalan, kakinya disengkat gadis itu sampai terjatuh ke lantai.

Si perempuan hanya tersenyum meledek diikuti satu kelasnya.

Belum lagi siswa dekat pintu melemparinya dengan bola kertas dan mengatainya pecundang.

Dan bulian pun dimulai.

Tiga siswa mulai mengerubungi Takemichi, salah satunya merangkul pundak si pirang, berkata sok hebat sebelum anak itu didorong ke siswa lain.

Mikey hanya terdiam melihat Takemichi dipermainkan.

Bahkan kepala anak itu sudah ditumpahi susu dan ditertawakan.



Lemah sekali si pirang yang hanya bisa terdiam sembari meremas ujung seragamnya.
Terlalu takut untuk membalas mereka.




















" Kau harus sesekali memukul wajah mereka satu persatu "

Mikey melihat Takemichi yang mengusak matanya, kepergok lagi nangis diatap sekolah. Ia lagi duduk sendirian dengan baju yang sudah diganti dengan baju olahraga.

" Urus saja urusanmu sendiri, atau kau mau bergabung dengan mereka "

Takemichi ketus.

Mikey menyenderkan punggungnya pada tembok dibelakang.
Masih memperhatikan si pirang yang sudah diam dari isakannya namun hidungnya merah ketara membuatnya terlihat lucu.

" Kau pikir aku akan jadi sama seperti mereka? Pembuli murahan. Heh.. aku bisa saja lebih buruk dari itu "

Seringai kecil tertampang diwajah tampannya, Mikey kelihatan sok dan Takemichi sempat berfikir Mikey akan jadi bagian dari mimpi buruknya disekolah ini, alias bergabung dengan para pembuli.

" Aku tidak tertarik bermain permainan pecundang "

Mikey mengambil duduk disebelah Takemichi.
Menghela nafas dan menatap langit seolah atap sekolah adalah tempat yang melegakan hatinya.

Tujuannya tadinya memang begitu, mencari ketenangan ditempat ini kalau saja ia tidak menemukan sosok si pirang.

Mereka sama-sama terdiam.
Sampai beberapa menit setelahnya keduanya berucap berbarengan.

" Kau...

" Mikey. "

" Y-ya maksudku Mikey, kenapa kau bisa pindah ke sekolah ini? B-bukan maksudku untuk kepo ya "

Takemichi tidak pandai mengobrol, tapi kalau diam-diaman tidak enak juga.
Ia kesusahan mencari bahan obrolan dan cuma bisa bertanya pertanyaan umum untuk siswa yang baru pindah. Apalagi pindahnya pas disemester akhir.

" Heh.. kau ingin tau? "

Masih dengan seringai sama Mikey menoleh pada pemuda disampingnya.

" Aku pindah karena masalah kecil.. bisa dibilang ini ancaman terakhir orang tuaku karena masalah yang ku buat "

Takemichi mengerutkan kening, melihat Mikey yang masih santai tampak ingin melanjutkan cerita.

" Kau anak bermasalah? "

Takemichi bertanya, namun pertanyaannya dibalas dengan pertanyaan lain.

" Apa aku tampak seperti anak baik-baik? "

Gelengan kepala Takemichi membuat Mikey tersenyum lebar.

Bagus.. memang gak kelihatan sih.

" Maka anggaplah aku begitu "

Takemichi menatap penasaran. Kenakalan apa yang bisa dibuat anak sekolah selain pembulian?

Dan Mikey memulai ceritanya.

" Aku pindah kesini karena ada satu masalah yang kubuat dan membuatku masuk ke penjara anak-remaja..

















tbc






Together || MaiTake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang